Kesalahan Tindakan Operasi Akibat Kelalaian dalam Membaca Hasil Pemeriksaan
Edukasi | 2024-12-26 14:20:34Ketika mendengar kata "malpraktik", sering kali yang terbayang adalah kelalaian dokter yang berujung pada kesalahan fatal dalam tindakan medis. Salah satu bentuk malpraktik yang paling serius adalah kesalahan dalam tindakan operasi akibat kelalaian membaca hasil pemeriksaan medis. Fenomena ini tidak hanya menyebabkan penderitaan fisik dan psikologis bagi pasien, tetapi juga menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan.
Salah satu penyebab utama kesalahan medis, termasuk dalam tindakan operasi, adalah ketidakmerataan distribusi tenaga kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2022, sekitar 60% dari dokter di Indonesia terkonsentrasi di Jawa, sementara wilayah luar Jawa seperti Papua hanya memiliki 3,7 dokter per 100.000 penduduk. Hal ini menyebabkan beban kerja yang berlebihan di daerah padat dan keterbatasan akses layanan medis di wilayah terpencil, yang pada akhirnya meningkatkan risiko kesalahan dalam diagnosa dan tindakan medis.
Berikut beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan medis:
1.Keletihan dan Kurangnya Pelatihan: Tenaga medis sering kali harus bekerja dalam jam kerja panjang tanpa pelatihan yang memadai, mengurangi ketelitian mereka dalam membaca hasil pemeriksaan.
2.Kinerja yang Tidak Optimal: Kondisi kerja yang berat dan tekanan yang tinggi dapat menurunkan kinerja tenaga medis, meningkatkan kemungkinan kelalaian.
3.Kesalahan Membaca Hasil Diagnosa: Misinterpretasi hasil pemeriksaan, seperti hasil laboratorium atau radiologi, dapat menyebabkan tindakan operasi yang salah.
Contoh nyata dari kesalahan operasi akibat kelalaian dalam membaca hasil pemeriksaan terjadi di Desa Sumenep. Irwan Sutami, warga Desa Kolor, mengalami gejala perut kembung dan sakit hebat. Berdasarkan hasil diagnosa dan foto rontgen, dokter memvonisnya dengan usus buntu dan melakukan operasi. Namun, setelah operasi, diketahui bahwa Irwan juga mengalami kebocoran pankreas yang tidak terdiagnosa sebelumnya. Kelalaian ini menyebabkan keluarga Irwan merujuknya ke rumah sakit lain, namun sayangnya, Irwan meninggal dunia sebelum mendapat pertolongan.
Untuk menangani malpraktik, langkah kuratif seperti tindakan hukum dan kompensasi finansial bagi pasien yang dirugikan sangat penting. Namun, langkah kuratif saja tidak cukup. Pencegahan harus menjadi prioritas utama. Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP), pelatihan berkelanjutan, dan penguatan budaya keselamatan pasien adalah langkah-langkah penting untuk mengurangi risiko malpraktik. Selain itu, penggunaan teknologi canggih seperti sistem rekam medis elektronik dapat membantu meminimalkan kesalahan administratif dan meningkatkan akurasi data pasien.
Dengan mengintegrasikan langkah kuratif dan preventif secara seimbang, serta memperkuat kolaborasi antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat, risiko malpraktik dapat diminimalkan. Upaya ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia, tetapi juga memulihkan dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi medis.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.