Bagaimana Karya Fiksi Mempengaruhi Pikiran Generasi Muda
Edukasi | 2024-12-26 13:19:47Dari zaman dahulu, karya fiksi memiliki dampak besar dalam mempengaruhi bentuk pemikiran dan budaya manusia, mulai dari Shakespeare hingga fiksi modern dalam novel maupun film. Karya-karya tersebut terkadang menjadi patokan dalam terbentuknya imajinasi dan cara memproses emosi generasi muda yang masih mencari identitas serta memahami kehidupan. Fiksi berperan sangat besar dalam kehidupan mereka. Cara generasi muda berpikir, merasakan, dan memahami posisi mereka dipengaruhi oleh karya-karya fiksi yang berisi cerita menghibur, mendidik, dan terkadang mengandung pesan moral.
Artikel ini akan membahas bagaimana generasi muda menumbuhkan empati melalui karya fiksi, dampak tokoh fiksi sebagai role model terhadap pembentukan moralitas diri mereka, serta tantangan yang dihadapi dari karya fiksi yang dapat memengaruhi kehidupan generasi muda. Di era digital ini, karya fiksi terus berkembang dalam berbagai aspek yang akan memengaruhi generasi-generasi muda yang akan datang, di mana merekalah golongan pertama yang terpapar pada hal-hal semacam ini.
Salah satu indikator terpengaruhnya generasi muda oleh karya fiksi adalah bagaimana mereka menumbuhkan empati. Sebagai contoh, film berjudul The Help yang disutradarai oleh Tate Taylor merupakan film drama Amerika Serikat yang mengadaptasi kisah dari novel Kathryn Stockett dengan judul yang sama. Berlatar pada era 1960-an, film ini mengisahkan tentang rasisme yang dialami oleh para wanita Afrika-Amerika dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai asisten rumah tangga para wanita sosialita berkulit putih. Dengan sudut pandang tentang ketidakadilan rasial ini, penonton dapat melihat perspektif lain serta memahami sudut pandang yang mungkin tidak mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menempatkan sudut pandang baru, generasi muda akan lebih mudah memahami bagaimana dunia bekerja—dalam tingkat yang lebih inklusif dan sadar akan masalah sosial—sehingga hal ini menjadi lebih bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
Tokoh-tokoh fiksi juga menjadi acuan dalam pembentukan karakter maupun moralitas diri mereka. Banyak anak muda terinspirasi untuk menjadi lebih berani melalui karakter Harry Potter, ketangguhan Katniss Everdeen, atau teguhnya moral King T'Challa dalam film Black Panther. Karakter-karakter dengan sifat dan moralitas berkualitas tinggi akan mendorong generasi muda untuk menerapkan sifat-sifat luar biasa tersebut pada diri mereka. Saat dihadapkan pada tantangan di dunia nyata, mereka mampu membayangkan diri sendiri menghadapi tantangan tersebut dan bahkan membuat perubahan di dunia menjadi lebih baik. Fiksi berperan sebagai mentor yang mendorong kepercayaan diri dan pertumbuhan pribadi. Cerita fiksi ini sangat membantu mereka membentuk persepsi tentang hal-hal yang benar, adil, dan pantas dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menciptakan individu yang sadar akan nilai moral dan kemanusiaan.
Namun, besarnya kemungkinan rusaknya cara pandang mereka terhadap realitas akibat menyerap isi karya fiksi secara berlebihan tidak bisa dihindari. Penggambaran yang terkadang tidak realistis dapat menyebabkan efek buruk terhadap bagaimana mereka menetapkan standar atau memahami kenyataan. Kekecewaan berat akibat tidak tercapainya standar tersebut dan kenyataan yang tidak sesuai ekspektasi dapat menyebabkan perasaan negatif di kalangan audiens muda. Hal ini sering kali mendorong mereka untuk mengejar hal-hal yang menurut mereka adalah “sempurna”—baik dalam standar kecantikan, kekuasaan, maupun kehidupan yang diromantisasi. Tidak hanya kekecewaan berat yang akan mereka rasakan; tetapi juga dapat menyebabkan kecemasan, rendah diri, ketidakpuasan berkepanjangan, bahkan beberapa kasus penyakit mental akibat tidak tercapainya ekspektasi tersebut.
Oleh karena itu, kesadaran untuk membantu generasi muda memahami perbedaan antara fiksi dan kenyataan sangat penting bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat agar mereka dapat menilai pengaruh-pengaruh fiksi dengan pemikiran kritis. Aspek negatif lainnya dari pengaruh fiksi adalah kemampuannya memberikan pelarian dari kenyataan. Dengan tekanan dari sekolah, keluarga, masyarakat, dan diri sendiri, fiksi sering kali menjadi "safe haven" atau tempat berlindung bagi mereka yang tidak ingin menghadapi kerasnya kenyataan sebagai cara untuk melarikan diri. Pelarian ini dapat membantu memproses emosi dan mengisi ulang energi; misalnya dengan membaca novel dunia ajaib seperti The Chronicles of Narnia dan Percy Jackson & The Olympians, atau menonton film science-fiction seperti Interstellar, dapat membantu mereka melupakan bagaimana dunia sebenarnya berjalan.
Jika hal ini terjadi secara berlebihan, mereka akan lupa tentang semua tanggung jawab dan tantangan di kehidupan nyata akibat ketergantungan pada dunia fiksi yang menyebabkan keterputusan dari kehidupan nyata. Kunci dalam memanfaatkan manfaat fiksi tanpa jatuh ke sisi negatifnya adalah moderasi. Di era digital, fiksi modern telah berkembang menjadi lebih imersif dan berdampak. Dengan meningkatnya cerita fiktif di media seperti video game, film, dan buku interaktif, generasi muda mendapatkan isi fiksi yang berbeda dibandingkan beberapa tahun lalu. Pembuatan permainan peran dalam video game atau film berfokus pada narasi menciptakan lingkungan di mana pemain dan penonton terlibat secara aktif dengan ceritanya. Hal ini membuat pelajaran dan emosi yang disampaikan oleh karya fiksi menjadi lebih nyata dan berkesan bagi pikiran muda.
Munculnya beberapa platform pembuatan karya fiksi seperti Wattpad atau Webtoon juga memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk mengembangkan keterampilan dan meluaskan imajinasi dalam bercerita. Fiksi memiliki kekuatan besar dalam membentuk pikiran generasi-generasi muda. Menumbuhkan empati menginspirasi nilai-nilai moral serta menyediakan panduan dan pelarian; namun demikian, fiksi juga memiliki tantangan tersendiri yang harus ditangani dengan hati-hati. Mengenali aspek-aspek positif fiksi sambil mengurangi penyerapan sisi negatifnya dapat membantu orang tua, pendidik, dan pembuat karya mendukung generasi muda menjadi individu tangguh serta penuh empati. Kemampuan karya fiksi untuk menjadi alat membentuk masa depan serta sebagai bentuk hiburan menjadikannya sumber inspirasi berdampak positif bagi hidup mereka serta masyarakat di sekitar mereka.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.