Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bilqis Zaikra Uzlah

Membaca Cerita Fiksi: Menambah Imajinasi atau Menjadi Penghalang untuk Belajar?

Edukasi | 2024-12-23 09:13:50

Membaca cerita fiksi merupakan salah satu kegiatan menyenangkan untuk mengisi waktu luang, karena membaca cerita fiksi dapat sejenak mengalihkan pikiran kita dari tekanan hidup. Terlebih lagi, cerita fiksi dapat dengan sangat mudah diakses, tidak hanya melalui buku cetak, tetapi juga dapat melalui aplikasi seperti twitter, instagram, wattpad, dan aplikasi khusus membaca cerita fiksi lainnya. Dengan kemudahan ini, individu yang gemar membaca, akan semakin sering meluangkan waktunya untuk membaca. Membaca cerita fiksi, membuat seorang pembaca memiliki imajinasi yang luas akan cerita yang dibaca. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa terlalu banyak membaca cerita fiksi dapat membuat seseorang melupakan tugas-tugas yang harus dikerjakan dan secara tidak langsung menjadi penghalang seorang siswa maupun mahasiswa untuk belajar. Lantas, manakah yang benar? Mari kita bahas lebih lanjut.

Manfaat membaca cerita fiksi

1. Meredakan Stress

Membaca cerita fiksi dapat meredakan stress karena dengan membaca buku, kita akan tenggelam dan terbawa ke dalam dunia lain, yang memberikan ruang untuk kita sejenak melupakan tekanan hidup.

2. Membuat Perasaan Lebih Bahagia

Perasaan bahagia bisa timbul dari mana saja, salah satunya adalah lewat membaca cerita fiksi dengan genre yang disukai oleh pembaca. Jika kita merasa nyaman saat membaca sebuah cerita, perasaan bahagia maka akan turut mengikuti.

3. Memperkaya Kosakata

Sebagai pembaca tentu kita terkadang merasa asing dengan adanya kosakata baru di dalam cerita yang kita baca. Lalu selanjutnya kita akan mencari tau apa arti dari kosakata yang baru kita ketahui tersebut, dan ecara tidak langsung kita sudah memperkaya kosakata yang kita miliki lewat membaca.

4. Meningkatkan Kreativitas

Banyak sekali penulis cerita fiksi yang sebelum menjadi penulis, mereka adalah seorang pembaca. Lewat membaca cerita fiksi imajinasi mereka meningkat, dan akhirnya terinspirasi untuk membuat sebuah karya tulis indah untuk dinikmati oleh para pembaca. Banyak juga pembaca yang menjadi terasah kemampuan mengarang cerita yang dimilikinya berkat membaca.

5. Meningkatkan Kekuatan Otak

Cerita fiksi terdapat beberapa macam genre, mulai dari romantis, fantasi, komedi, dan horror sekalipun. Di dalam setiap genre pastilah terdapat bumbu teka-teki, yang membuat otak kita secara sadar berfungsi untuk berpikir secara kritis agar dapat menebak teka-teki yang ada.

6. Meningkatkan Rasa Empati

Membayangkan kondisi dalam cerita fiksi, membuat pembaca turut merasakan emosi yang dialami oleh tokoh. Melalui proses ini, pembaca belajar untuk memahami emosi orang lain melalui sudut pandang yang berbeda, dan hal dapat diterapkan oleh pembaca di kehidupan sehari-hari.

7. Melatih Konstentrasi dan Fokus

Untuk memahami alur cerita secara detail terutama dalam cerita misteri, pembaca memerlukan tingkat konsentrasi dan fokus yang tinggi. Dengan terus membaca, seseorang dapat melatih tingkat konsentrasi dan fokusnya dalam berbagai aspek kehidupan. Di kehidupan nyata, kemampuan ini berperan penting dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks, memecahkan masalah, dan mencapai tujuan secara efektif.

8. Melatih Daya Ingat dan Pemahaman

Saat membaca cerita dengan alur kompleks, pembaca perlu mengingat detail-detail yang diberikan oleh penulis dan harus mampu menghubungkan elemen-elemen yang ada dalam cerita. Proses ini mendorong otak untuk bekerja dengan lebih efisien, sehingga meningkatkan kemampuan kognitif secara keseluruhan.

Setelah mengetahui begitu banyak manfaat yang didapatkan oleh pembaca saat membaca cerita fiksi, apakah membaca cerita fiksi tetap dianggap sebagai sebuah penghalang untuk belajar? Sejatinya, sesuatu yang berlebihan bukan merupakan hal yang baik, begitupun dalam hal membaca cerita fiksi. Membaca cerita fiksi secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa dampak negatif, khususnya di kalangan pelajar.

Dampak Negatif Membaca Cerita Fiksi

1. Mengabaikan Kehidupan Bersosialisasi

Tempat tenang sangat dibutuhkan saat kita ingin fokus membaca sebuah cerita fiksi, dan kamar pribadi menjadi solusi terbaik untuk mendapatkan ketenangan. Namun, terlalu lama berdiam diri di dalam kamar menyebabkan kita sebagai makhluk sosial lupa bersosialisasi dengan manusia disekitar kita. Hal tersebut tentu bukan hal yang baik.

2. Melupakan Kewajiban sebagai Seorang Pelajar

Sebagai seorang pelajar, kewajiban kita adalah belajar. Membaca cerita fiksi dapat dilakukan dikala senggang dan memang butuh hiburan. Namun sayangnya, masih banyak pelajar yang menyepelekan tugas mereka lantaran sibuk membaca cerita fiksi, sehingga menyebabkan terlantarnya tugas-tugas yang seharusnya mereka selesaikan.

3. Merusak Kesehatan Mata

Terlalu lama melihat buku atau smartphone, terlebih lagi di kondisi yang gelap dengan posisi tidur, dapat menyebabkan kerusakan mata. Mata tidak diberikan istirahat sehingga otot mata pembaca sudah tidak fleksibel lagi.

Merangkum dari manfaat dan dampak negatif dari membaca cerita fiksi, kita dapat menyimpulkan bahwa membaca cerita fiksi memiliki manfaat yang sangat berguna di kehidupan sehari-hari. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, hobi ini dapat menjadi penghalang dalam proses belajar yang seharusnya lebih fokus pada hal-hal teknis dan akademik. Solusi yang dapat ditawarkan adalah, setiap pembaca harus mampu mengatur waktu dan menciptakan keseimbangan antara kegiatan membaca fiksi dan tugas belajar lainnya. Dengan pendekatan yang tepat, cerita fiksi tidak hanya menjadi hiburan belaka, tetapi juga sarana yang memperkaya kehidupan intelektual dan emosional pembacanya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image