Menjaga Empati di Tengah Stigma: Peran Perawat dalam Merawat Pasien HIV/AIDS
Edukasi | 2024-12-21 20:06:42Lonjakan kasus HIV/AIDS di Indonesia terus menjadi perhatian serius. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa pada periode Januari hingga September 2024, terdapat 35.415 kasus baru HIV dan 12.481 kasus baru AIDS. Jumlah ini hampir melampaui angka yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu. Bahkan, sepanjang 2023, lebih dari 50 ribu kasus baru HIV/AIDS dilaporkan.
Di balik angka-angka ini, ada realitas yang tidak kalah penting yaitu stigma terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) masih sangat kuat di masyarakat. ODHA sering dianggap sebagai "aib" atau "hukuman" atas perilaku tertentu, yang membuat mereka tidak hanya harus melawan penyakit tetapi juga menghadapi diskriminasi. Dalam situasi ini, peran perawat menjadi sangat krusial, tidak hanya dalam memberikan perawatan medis tetapi juga dukungan psikologis dan sosial yang dibutuhkan ODHA untuk tetap bertahan dan menjalani pengobatan.
Perawat memiliki posisi yang strategis untuk menciptakan lingkungan perawatan yang inklusif dan penuh empati. Empati bukan hanya soal memahami perasaan pasien, tetapi juga menciptakan ruang di mana ODHA merasa diterima tanpa dihakimi. Dalam praktik sehari-hari, ini bisa dimulai dengan cara sederhana, seperti mendengarkan keluh kesah mereka, menghindari kata-kata yang berpotensi menyakitkan, dan menunjukkan apresiasi atas keberanian mereka melawan stigma.
Namun, membangun empati ini tidak mudah. Banyak perawat juga harus menghadapi stigma dari masyarakat atau bahkan dari lingkungan kerjanya sendiri. Kurangnya pelatihan tentang komunikasi terapeutik sering kali menjadi penghalang bagi perawat untuk dapat memberikan perawatan holistik. Selain itu, beban kerja yang tinggi dan keterbatasan waktu juga membuat interaksi mendalam dengan pasien menjadi sulit dilakukan.
Meski begitu, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendukung perawat dalam perannya ini. Pelatihan khusus untuk menangani pasien HIV/AIDS harus menjadi prioritas, termasuk bagaimana mengatasi stigma di tingkat individu dan masyarakat. Pemerintah dan institusi kesehatan juga perlu menciptakan kebijakan yang mendukung, seperti memberikan waktu lebih banyak bagi perawat untuk berinteraksi dengan pasien dan memperkuat kerja sama lintas disiplin dengan konselor atau psikolog.
HIV/AIDS bukan hanya tentang angka, tetapi tentang manusia yang ada di balik data tersebut. Mereka adalah individu yang membutuhkan dukungan, bukan penghakiman. Dengan membangun empati, perawat dapat menjadi jembatan antara ODHA dan harapan, membantu mereka menjalani kehidupan yang bermakna meskipun menghadapi penyakit yang kompleks.
Sudah waktunya kita semua, baik tenaga kesehatan maupun masyarakat, bersatu melawan stigma. Dukungan terhadap ODHA tidak hanya meringankan beban mereka tetapi juga memperkuat perjuangan melawan HIV/AIDS di Indonesia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.