Mengapa Mahasiswa Lebih Memilih Bekerja Sendiri?
Edukasi | 2024-12-19 21:36:26Sebagai mahasiswa, kolaborasi dalam tugas kelompok atau proyek bersama adalah bagian penting dari kehidupan akademik. Namun, tak jarang kita menemui mahasiswa yang lebih memilih mengerjakan tugas kelompok sendiri daripada berkolaborasi dengan anggota kelompok lainnya. Salah satu penyebab utamanya adalah perilaku individualisme yang muncul ketika mereka merasa kurang puas dengan hasil kerja orang lain. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai perilaku individualisme mahasiswa dalam tahap kolaborasi, serta bagaimana cara mengatasi tantangan ini agar kolaborasi dapat berlangsung lebih efektif dan produktif.
Individualisme di kalangan mahasiswa bukanlah fenomena baru. Dalam banyak kasus, mahasiswa merasa lebih nyaman bekerja sendiri, terutama ketika mereka merasa kualitas pekerjaan orang lain tidak sesuai dengan standar pribadi mereka. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam konteks tugas kelompok atau proyek bersama. Kolaborasi adalah keterampilan yang penting untuk masa depan, baik dalam dunia akademik maupun profesional, namun perilaku individualisme sering kali menghambat proses tersebut. Menurut Higgins (2014) dalam jurnalnya yang membahas dinamika kerja kelompok, individu cenderung merasa lebih aman dan puas dengan hasil kerja mereka sendiri, terutama ketika mereka memiliki standar atau ekspektasi yang tinggi. Perasaan ini sering kali muncul dari ketidakpuasan terhadap kontribusi rekan sekelompok yang dianggap tidak sebanding atau tidak berkualitas.
Ketidakpuasan terhadap Hasil Kerja Tim
Salah satu faktor utama yang menyebabkan mahasiswa memilih bekerja sendirian adalah ketidakpuasan terhadap hasil kerja orang lain dalam kelompok. Mahasiswa yang memiliki standar tinggi terhadap kualitas pekerjaan sering kali merasa bahwa anggota kelompok lainnya tidak berkontribusi dengan baik. Ini bisa terjadi karena beberapa alasan, antara lain ketidakmampuan untuk bekerja dalam tim, perbedaan cara berpikir, atau kurangnya komunikasi yang jelas. Survey yang dilakukan oleh Johnson & Johnson (2009) menyatakan bahwa kolaborasi yang buruk dapat muncul akibat kegagalan dalam komunikasi dan pembagian tugas yang tidak merata. Mahasiswa yang merasa bahwa mereka bisa mengerjakan tugas lebih cepat dan lebih baik daripada anggota kelompok lainnya cenderung mengambil alih pekerjaan dan menyelesaikannya sendiri, mengabaikan potensi kontribusi dari teman-teman sekelompok. Hal ini menciptakan ketegangan dalam kelompok, mengurangi efisiensi kerja, dan pada akhirnya merusak rasa percaya antar anggota tim. Selain itu, mahasiswa yang lebih memilih bekerja sendiri karena ketidakpuasan terhadap hasil kerja orang lain sering kali mengabaikan manfaat kolaborasi, seperti peningkatan kreativitas, pengembangan keterampilan interpersonal, dan pemecahan masalah yang lebih efektif melalui pertukaran ide.
Mengapa Kolaborasi Itu Penting?
Dalam dunia pendidikan tinggi, kolaborasi bukan hanya tentang menyelesaikan tugas kelompok, tetapi juga tentang mengembangkan keterampilan yang penting untuk karier di masa depan. Kolaborasi mengajarkan mahasiswa bagaimana bekerja dengan orang lain, mendengarkan dan menerima ide yang berbeda, serta menghargai kontribusi masing-masing anggota tim. Penelitian yang dilakukan oleh Sawyer (2006) dalam bukunya "Group Genius" menunjukkan bahwa kolaborasi dapat menghasilkan ide-ide yang lebih inovatif dan solusi yang lebih kreatif. Hal ini disebabkan oleh kemampuan kelompok untuk menggabungkan berbagai perspektif dan keterampilan yang berbeda, sesuatu yang sulit dicapai jika bekerja sendirian. Di sisi lain, mahasiswa yang enggan berkolaborasi karena individualisme berisiko kehilangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial, komunikasi, dan kepemimpinan. Hal ini bisa memengaruhi kesiapan mereka menghadapi dunia kerja, yang sangat membutuhkan kemampuan kolaborasi dan kerja tim.
Cara Mengatasi Perilaku Individualisme dalam Kolaborasi
Ada beberapa solusi yang dapat membantu mahasiswa agar lebih terbuka dalam bekerja sama dan mengurangi perilaku individualisme yang sering muncul, Misalnya :
1. Meningkatkan Komunikasi dalam Tim
Salah satu kunci utama untuk menghindari ketidakpuasan terhadap hasil kerja kelompok adalah komunikasi yang jelas dan terbuka. Mahasiswa perlu merasa nyaman berbicara tentang ekspektasi mereka terhadap kualitas pekerjaan, serta mendengarkan masukan dari anggota kelompok lainnya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tannen (1994), komunikasi yang efektif terbukti dapat mengurangi ketegangan dan meningkatkan efektivitas kolaborasi dalam kelompok. Membuat ruang diskusi yang terbuka dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok memahami tujuan dan pembagian tugas adalah langkah pertama yang penting.
2. Penyusunan Peran dan Tanggung Jawab yang Jelas
Pembagian tugas yang jelas dan adil sangat penting untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok berkontribusi dengan maksimal. Menetapkan siapa yang bertanggung jawab atas bagian tertentu dari proyek dapat menghindari konflik mengenai ketidakpuasan terhadap hasil kerja tim. Penelitian oleh Smith (2015) menunjukkan bahwa kelompok yang memiliki pembagian peran yang jelas lebih mampu menyelesaikan tugas dengan efektif dibandingkan kelompok yang tidak memiliki pembagian tugas yang terstruktur.
3. Memberikan Penghargaan terhadap Kerja Tim
Menekankan pentingnya pencapaian tim daripada individu dapat menjadi solusi dari permasalahan ini. Dengan memberikan penghargaan atau pengakuan kepada kelompok yang berhasil bekerja sama dengan baik dapat meningkatkan semangat kolaboratif. Menurut McGrath (1991), kelompok yang merasa dihargai dan diakui cenderung lebih produktif dan lebih terbuka dalam berbagi ide.
4. Meningkatkan Kepercayaan dalam Tim
Kepercayaan adalah elemen dasar dalam setiap hubungan kerja yang sukses, termasuk dalam kolaborasi kelompok. Mahasiswa perlu menciptakan suasana yang mendukung dan membangun rasa saling percaya antar anggota kelompok. Ketika kepercayaan terbangun, mahasiswa akan merasa lebih nyaman untuk berbagi ide dan menerima saran dari anggota kelompok lainnya.
Kesimpulan
Perilaku individualisme mahasiswa dalam kolaborasi adalah tantangan yang perlu diatasi agar proses pembelajaran dan pengembangan keterampilan dapat berjalan dengan optimal. Ketidakpuasan terhadap hasil kerja orang lain sering kali mendorong mahasiswa untuk memilih mengerjakan tugas sendiri, namun ini bukanlah solusi terbaik untuk perkembangan pribadi dan akademik mereka. Dengan meningkatkan komunikasi, penyusunan peran yang jelas, memberikan penghargaan terhadap kerja tim, dan membangun kepercayaan, mahasiswa dapat mengatasi tantangan ini dan memaksimalkan potensi kolaborasi mereka. Kolaborasi yang efektif bukan hanya tentang menyelesaikan tugas, tetapi juga tentang bagaimana membangun keterampilan sosial dan interpersonal yang akan berguna di masa depan. Dengan memahami pentingnya kolaborasi dan mengatasi perilaku individualisme, mahasiswa dapat lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja yang penuh dengan kerja sama tim.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.