Antara Media Sosial dan Kesehatan Mental: Apa yang Harus Diubah?
Edukasi | 2024-12-11 13:59:37Media sosial saat ini merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan zaman sekarang, terutama generasi muda. Platform media sosial seperti Instagram, Tiktok, dan X memiliki akses yang sangat luas untuk mencari informasi dan bebas mengekspresikan apapun. Namun, dibalik akses yang sangat luas tersebut, penggunaan media sosial tentu saja sering membawa dampak buruk untuk kesehatan mental penggunanya. Bagaimana kita dapat mengatasi permasalahan tersebut?
Platform media sosial juga kerap mendorong tekanan pada seseorang untuk tampil sempurna. Foto dan video yang nampak di media sosial menciptakan standar gaya hidup dan kecantikan yang sangat tinggi sehingga sulit dicapai. Selain itu, fenomena cyberbullying dan hate speech di berbagai platform juga semakin memperburuk kondisi mental pengguna, khususnya remaja. Bahkan, di media sosial juga terdapat algoritma sehingga para penggunanya terjebak dalam lingkaran kecanduan digital.
Meski demikian, media sosial tentu juga memiliki dampak positif dan potensi untuk mendukung kesehatan mental jika digunakan secara bijak. Platform media sosial ini memungkinkan individu menemukan komunitas yang saling mendukung satu dan lainnya, berbagi cerita pribadi, dan meningkatkan kesadaran terhadap isu-isu kesehatan mental. Misalnya, kampanye seperti #MentalHealthAwareness yang telah membantu jutaan orang merasa lebih terbuka untuk mendiskusikan permasalahan mereka. Platform media sosial seperti Instagram juga memudahkan para penggunanya untuk menyebarluaskan kampanye baik melalui fitur Add Yours sehingga diketahui banyak orang dan dapat meneruskan kampanye baik tersebut.
Melalui cara tersebut, media sosial dapat digunakan sebagai alat edukasi untuk menyebarkan informasi yang akurat dan membangun komunitas di antara pengguna yang memiliki pengalaman yang serupa. Namun, harus diingat bahwa manfaat ini dapat dirasakan apabila media sosial digunakan secara bertanggung jawab.
Untuk mengurangi dampak-dampak negatif yang timbul dari tidak bertanggung jawabnya individu dalam menggunakan sosial media, terdapat berbagai cara yang bisa diupayakan oleh berbagai pihak yaitu peran individu, peran komunitas, dan peran platform media sosial itu sendiri.
Sebagai individu yang menggunakan sosial media kita perlu untuk dapat membatasi waktu dalam penggunaan sosial media sehingga kita tidak terjebak dalam algoritma yang diberikan oleh platform. Selektif dalam memilih konten, alangkah lebih baiknya kita memilih konten yang positif, unfollow akun-akun palsu penyebar hoax, dan melaporkan konten yang terindikasi ujaran kebencian yang akan membawa dampak negatif. Sebagai individu juga perlu menyadari bahwa apa yang ditampilkan di media sosial tidak sepenuhnya gambaran kehidupan yang sebenarnya.
Peran komunitas dalam permasalahan ini yang bisa dilakukan adalah dengan membangun ruang aman yang mendorong sikap terbuka terhadap keberagaman, saling tolong menolong satu sama lain tanpa meninggalkan salah satunya, dan menghentikan perilaku bullying. Komunitas juga diharapkan mengadakan kampanye yang mempromosikan penggunaan media sosial secara bijak dan bertanggung jawab.
Peran yang dapat dilakukan oleh platform media sosial adalah dengan cara mengembangkan algoritma yang memprioritaskan konten-konten positif. Menyediakan fitur pelaporan yang lebih efektif untuk menangani konten yang terindikasi menyebabkan munculnya ujaran kebencian. Memberikan notifikasi pengingat apabila pengguna platform terlalu lama menggunakan waktunya untuk bersosial media.
Pada akhirnya, media sosial hanyalah alat; dampaknya tergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Dengan memahami risiko yang ada dan mengambil langkah-langkah yang dapat meminimalisir dampak negatif, kita dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan mendukung. Prioritas kita harus ditujukan pada kesehatan mental, baik secara individu maupun kolektif. Mari kita gunakan media sosial sebagai sarana untuk membangun, bukan merusak.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.