Bahasa Indonesia pada Era Digital: Selamat atau Terancam Punah di Kampus UNAIR?
Info Terkini | 2024-12-11 12:27:58Dalam era digital yang semakin berkembang, Bahasa Indonesia menghadapi tantangan yang kompleks. Di satu sisi, teknologi memberikan peluang untuk memperluas penggunaan dan pelestarian bahasa, namun di sisi lain, juga mengancam eksistensi bahasa tersebut. Di Kampus Universitas Airlangga (UNAIR), fenomena ini menjadi sorotan penting, mengingat peran kampus sebagai pusat pendidikan dan budaya. Digitalisasi telah membuka berbagai platform untuk penggunaan Bahasa Indonesia. Media sosial, aplikasi komunikasi, dan berbagai konten digital memungkinkan generasi muda untuk berinteraksi dalam bahasa mereka. Misalnya, banyak mahasiswa yang menggunakan Bahasa Indonesia dalam konten kreatif di platform seperti Instagram dan TikTok. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa kita masih relevan dan dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Salah satu tantangan utama bagi bahasa Indonesia adalah Indonesia memiliki banyak dialek dan variasi bahasa daerah yang kaya. Namun, keberagaman ini bisa menjadi tantangan dalam membangun komunikasi yang efektif di lingkungan kampus. Mahasiswa dari berbagai daerah mungkin mengalami kesulitan dalam memahami satu sama lain jika tidak ada kesepakatan mengenai penggunaan bahasa standar. Selain itu, dominasi bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya di berbagai platform digital.
Dengan meningkatnya penggunaan media sosial dan aplikasi komunikasi, banyak pengguna yang lebih memilih menggunakan istilah asing karena dianggap lebih praktis dan modern. Hal ini berpotensi menggerus kosakata bahasa Indonesia dan memengaruhi kemampuan berbahasa formal generasi muda. Era digital juga memunculkan gaya komunikasi baru yang sering kali tidak memperhatikan kaidah bahasa baku. Penggunaan singkatan, jargon, dan emotikon menjadi hal yang umum di kalangan pengguna media sosial. Ini dapat mengurangi kualitas penggunaan bahasa Indonesia secara keseluruhan, terutama di kalangan mahasiswa yang seharusnya menjadi teladan dalam berbahasa.
Namun, penggunaan bahasa ini sering kali disertai dengan campuran bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Fenomena ini dikenal sebagai "code-switching," di mana penutur beralih antara Bahasa Indonesia dan bahasa asing dalam percakapan sehari-hari. Meskipun hal ini mencerminkan keterbukaan terhadap budaya global, ada risiko bahwa Bahasa Indonesia akan terpinggirkan. Kepunahan bahasa daerah di Indonesia menjadi perhatian serius. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat 11 bahasa daerah yang telah punah dan 19 lainnya dalam kondisi terancam punah. Adapun minimnya jumlah penutur asli menjadi salah satu penyebab utama kepunahan ini.
Semakin banyaknya generasi muda yang lebih memilih menggunakan bahasa gaul atau bahasa asing, identitas budaya yang terkandung dalam bahasa daerah semakin terancam. Kampus sebagai tempat pendidikan seharusnya menjadi garda terdepan dalam pelestarian Bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Namun, jika mahasiswa tidak merasa bangga menggunakan bahasa mereka sendiri, maka upaya pelestarian akan semakin sulit dilakukan. Oleh karena itu, perlu ada inisiatif dari pihak kampus untuk mendorong penggunaan Bahasa Indonesia dalam setiap aspek kehidupan akademik.
Untuk menjaga keberlangsungan Bahasa Indonesia di era digital, beberapa langkah dapat diambil: yaitu dengan pendidikan berbasis bahasa dimana mengintegrasikan pengajaran Bahasa Indonesia dengan teknologi digital dalam kurikulum. Ini dapat mencakup penggunaan aplikasi pembelajaran interaktif yang mempromosikan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Selanjutnya mengadakan kampanye di kampus untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menggunakan dan melestarikan Bahasa Indonesia serta bahasa daerah.
Kegiatan seperti lomba penulisan atau pembacaan puisi dalam Bahasa Indonesia bisa menjadi cara efektif untuk menarik minat mahasiswa. Selain itu, memanfaatkan teknologi untuk mendokumentasikan dan mendigitalisasi bahasa daerah. Inisiatif seperti pembuatan kamus digital atau platform pembelajaran online dapat membantu melestarikan kosakata dan tata bahasa yang mungkin hilang seiring waktu. Serta, bekerja sama dengan komunitas lokal untuk mendukung pelestarian bahasa daerah melalui program-program pengajaran dan sosialisasi kepada masyarakat luas.
Bahasa Indonesia di era digital berada pada persimpangan antara peluang dan ancaman. Di satu sisi, kemajuan teknologi memberikan kesempatan untuk memperkenalkan dan memperkuat identitas budaya melalui penggunaan bahasa Indonesia secara kreatif dan inovatif. Di sisi lain, ada risiko kehilangan kualitas dan keaslian bahasa akibat pengaruh luar yang kuat. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa UNAIR untuk menyadari tanggung jawab mereka dalam melestarikan dan mengembangkan bahasa Indonesia di era digital ini. Dengan sikap proaktif dalam menggunakan dan mempromosikan bahasa Indonesia, mereka dapat memastikan bahwa bahasa ini tidak hanya selamat tetapi juga berkembang pesat di tengah perubahan zaman yang terus berlangsung.
Di Kampus UNAIR, peran aktif mahasiswa dan dosen sangat krusial dalam menjaga keberlangsungan bahasa ini. Melalui pendidikan yang tepat, kesadaran kolektif, dan pemanfaatan teknologi, kita dapat memastikan bahwa Bahasa Indonesia tidak hanya selamat tetapi juga berkembang di tengah kemajuan zaman. Jika tidak ada upaya nyata dari kita semua, bukan tidak mungkin bahwa kita akan menyaksikan kepunahan bukan hanya bahasa daerah tetapi juga identitas budaya bangsa kita sendiri.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.