Dua Anak, Dua Kondisi Gigi: Apa yang Membuat Perbedaan Meskipun Kebiasaan Sama?
Eduaksi | 2024-12-11 12:18:55Menjaga kesehatan gigi pada anak-anak, terutama yang berusia sekitar 5 tahun, adalah tantangan yang penting bagi setiap orang tua. Pada usia ini, anak-anak biasanya mulai belajar bagaimana cara menyikat gigi dengan benar, dan orang tua berusaha untuk mengajarkan kebiasaan yang baik, seperti menyikat gigi dua kali sehari, menggunakan pasta gigi yang aman untuk anak-anak, serta menghindari makanan dan minuman manis yang dapat merusak gigi. Namun, meskipun dua anak dengan kebiasaan perawatan gigi yang sama bisa terlihat memiliki kesehatan gigi yang baik, kenyataannya bisa sangat berbeda. Salah satu anak bisa memiliki gigi yang sehat, sementara yang lainnya mungkin mengalami kerusakan gigi. Lalu, apa yang sebenarnya mempengaruhi perbedaan ini?
1. Faktor Genetik dan Kekuatan Enamel Gigi
Meskipun kebiasaan menjaga kebersihan gigi yang baik adalah faktor utama, faktor genetik juga memiliki peran yang signifikan dalam kesehatan gigi anak. Setiap orang, termasuk anak-anak, memiliki komposisi genetik yang berbeda meskipun mereka berasal dari orangtua yang sama. Salah satu aspek yang dipengaruhi oleh genetika adalah kualitas enamel gigi—lapisan pelindung keras yang melapisi permukaan gigi. Beberapa anak mungkin dilahirkan dengan enamel yang lebih kuat, yang membuat gigi mereka lebih tahan terhadap asam dan bakteri, sementara yang lain mungkin memiliki enamel yang lebih tipis atau lebih rapuh, yang menjadikan gigi mereka lebih rentan terhadap kerusakan meskipun mereka menjaga kebersihan gigi dengan baik.
Penelitian oleh Goto dan Kubo (2007) dalam *Journal of Dental Research* menunjukkan bahwa faktor genetik bisa mempengaruhi kekuatan enamel gigi dan kerentanannya terhadap kerusakan gigi. Anak dengan enamel yang lebih kuat lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami kerusakan gigi, meskipun mereka mungkin memiliki kebiasaan merawat gigi yang serupa dengan saudara mereka yang lain.
2. Pengaruh Konsumsi Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman yang dikonsumsi anak juga memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan gigi mereka. Meskipun kedua anak mungkin disarankan untuk menghindari makanan manis, realitanya anak-anak cenderung menyukai camilan manis seperti permen, kue, atau jus buah. Konsumsi gula yang berlebihan adalah faktor utama yang dapat memperburuk kesehatan gigi dan meningkatkan risiko gigi berlubang, meskipun anak-anak menyikat gigi dengan baik.
Penelitian oleh Sheiham dan James (2014) dalam *Community Dentistry and Oral Epidemiology* mengungkapkan bahwa konsumsi gula yang tinggi sangat terkait dengan peningkatan kerusakan gigi pada anak-anak. Meskipun menyikat gigi yang teratur dapat membantu, makan makanan manis secara berlebihan tetap menjadi faktor risiko besar untuk kerusakan gigi. Jadi, meskipun dua saudara ini mungkin menjaga kebersihan gigi mereka dengan cara yang sama, pola makan mereka bisa sangat berbeda dan memberikan dampak besar pada kesehatan gigi mereka.
3. Perbedaan Teknik Menyikat Gigi
Pada usia 5 tahun, anak-anak masih belajar teknik yang tepat dalam menyikat gigi. Meskipun mereka menyikat gigi dua kali sehari, teknik menyikat yang digunakan bisa sangat bervariasi. Salah satu anak mungkin lebih teliti dalam menyikat gigi, menggunakan gerakan yang tepat dan membersihkan semua bagian gigi, sementara anak yang lain mungkin hanya menyikat bagian depan gigi atau melakukannya dengan terburu-buru.
Menurut penelitian Duckworth dan Suckling (1990) yang dipublikasikan dalam *Community Dentistry and Oral Epidemiology*, teknik menyikat yang tepat, seperti gerakan melingkar, dapat secara signifikan mengurangi penumpukan plak dan tartar, yang pada gilirannya mencegah masalah gigi seperti gigi berlubang dan penyakit gusi. Jadi, meskipun kedua anak mungkin menyikat gigi dengan frekuensi yang sama, efektivitas teknik mereka bisa sangat menentukan kondisi gigi mereka.
4. Pemilihan Sikat Gigi yang Tepa
Pemilihan sikat gigi yang tepat untuk anak-anak sangat penting. Jika anak menggunakan sikat gigi dengan bulu yang terlalu keras, hal ini bisa menyebabkan kerusakan pada gusi dan enamel gigi, meskipun mereka menyikat gigi dengan benar. Sebaliknya, penggunaan sikat gigi yang terlalu lembut atau tidak sesuai dengan usia dan ukuran mulut anak juga bisa mengurangi efektivitas pembersihan gigi.
Sebuah studi oleh Zero dan Lussi (2005) dalam *Journal of the American Dental Association* menyebutkan bahwa pemilihan sikat gigi yang sesuai, dengan bulu yang lembut dan ukuran yang tepat, dapat mengoptimalkan kebersihan gigi anak tanpa merusak enamel. Anak yang menggunakan sikat gigi yang lebih tepat cenderung memiliki gigi yang lebih sehat meskipun mereka memiliki kebiasaan perawatan yang sama dengan saudara mereka yang lain.
5. Kondisi Kesehatan dan Produksi Air Liur
Kesehatan tubuh secara keseluruhan juga memengaruhi kesehatan gigi anak. Misalnya, anak-anak yang memiliki masalah dengan produksi air liur yang rendah (misalnya akibat dehidrasi atau kondisi medis tertentu) lebih rentan terhadap kerusakan gigi. Air liur berfungsi untuk membersihkan mulut dari sisa makanan dan bakteri serta menetralkan asam yang dapat merusak enamel gigi.
Zero dan Lussi (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa saliva memiliki peran penting dalam kesehatan gigi karena dapat membantu mencegah kerusakan gigi dengan mengurangi kadar asam di mulut dan memecah partikel makanan yang tertinggal. Anak yang memiliki kondisi medis yang memengaruhi produksi air liur mereka mungkin lebih rentan terhadap masalah gigi meskipun mereka menjaga kebersihan mulut dengan baik.
6. Kebiasaan Sehari-hari dan Pengaruh Gaya Hidup
Selain itu, kebiasaan lain yang lebih bersifat perilaku, seperti kebiasaan mengisap jari atau menggunakan empeng, dapat memengaruhi posisi dan perkembangan gigi anak. Kebiasaan ini, meskipun tampak sepele, bisa menyebabkan masalah pada gigi depan atau gigi geraham, bahkan jika anak sudah menyikat gigi dengan benar.
Ballantyne dan Boylan (2013) dalam *Pediatric Dentistry* mengidentifikasi bahwa kebiasaan buruk seperti mengisap jari atau menggunakan empeng dapat menyebabkan masalah pada pertumbuhan gigi, seperti gigi depan yang maju atau kesulitan dalam penyusunan gigi permanen. Oleh karena itu, meskipun kebiasaan menyikat gigi anak sudah baik, kebiasaan lainnya tetap harus diperhatikan.
Kesimpulan
Meskipun dua anak berusia 5 tahun memiliki kebiasaan yang serupa dalam menjaga kebersihan gigi, faktor-faktor lain yang lebih mendalam bisa menyebabkan perbedaan yang signifikan dalam kondisi gigi mereka. Genetik, kebiasaan makan, teknik menyikat gigi, pemilihan sikat gigi, kondisi kesehatan, dan kebiasaan sehari-hari semuanya memiliki peran penting dalam menentukan apakah gigi mereka tetap sehat atau rusak. Oleh karena itu, orang tua perlu memperhatikan tidak hanya kebiasaan menyikat gigi yang benar, tetapi juga faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kesehatan mulut anak, seperti pola makan, kebiasaan hidup, dan pemeriksaan gigi rutin.
Referensi
1. Goto, T., & Kubo, Y. (2007). *Genetic factors influencing dental health and caries susceptibility*. *Journal of Dental Research*, 86(3), 304-307.
2. Sheiham, A., & James, W. P. T. (2014). *A reappraisal of the role of sugar in the prevention and cause of dental caries*. *Community Dentistry and Oral Epidemiology*, 42(5), 350-359.
3. Duckworth, J. M., & Suckling, G. W. (1990). *Effect of different tooth brushing techniques on plaque control and gingival health in young children*. *Community Dentistry and Oral Epidemiology*, 18(4), 209-212.
4. Zero, D. T., & Lussi, A. (2005). *Saliva and dental health*. *Journal of the American Dental Association*, 136(6), 733-740.
5. Ballantyne, M., & Boylan, L. M. (2013). *Oral health and habits in children: A review of common oral health problems and the importance of preventive measures*. *Pediatric Dentistry*, 35(3), 235-241.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.