Pelecehan Seksual: Sebuah Pelanggaran yang Masih Diabaikan
Edukasi | 2024-12-11 08:25:02Beberapa bulan terakhir, semakin banyak terdengar kasus pelecehan seksual yang terjadi. Entah itu di lingkungan rumah, sekolah, kampus, atau bahkan di lingkungan masyarakat. Fenomena itu menandakan semakin berkurangnya zona aman bagi kita untuk terhindar dari kasus pelecehan seksual. Hal itu juga mencerminkan betapa kurangnya edukasi seksual sehingga dengan mudahnya oknum melakukan perbuatan tersebut.
Pelecehan seksual adalah suatu tindakan mengganggu dan merendahkan orang lain yang dilakukan secara sepihak dalam bentuk perilaku seksual. Tindakan ini dapat merugikan dan berdampak pada kondisi fisik bahkan kondisi psikologis korban. Bentuk pelecehan seksual sangat beragam. Pelecehan secara fisik adalah adanya sentuhan secara paksa seperti mencium atau memeluk. Pelecehan secara non fisik biasanya dilakukan dengan mengeluarkan kata-kata merendahkan dan mempermalukan seseorang. Pelecehan visual, pelaku akan memperlihatkan foto, video, atau poster yang mengarah pada seksualitas.Banyaknya kasus pelecehan seksual yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Beberapa faktor tersebut seperti:
1. Normalisasi perilaku tertentu
Bagi beberapa orang mungkin sudah menormalisasi suatu perilaku seperti candaan yang tidak pantas, menyentuh secara paksa bagian sensitif yang sebenarnya merugikan korban.
2. Kurangnya edukasi seksual
Kurangnya pendidikan seksual yang mencakup pengajaran seperti batasan pribadi, hubungan yang sehat bisa menyebabkan kebingungan dan kesalahan dalam pemahaman perilaku yang dapat dianggap pelecehan seksual.
3. Kesadaran untuk melaporkan
Alasan kasus pelecehan seksual sering terjadi juga karena pengaruh masyarakat yang sadar tentang perbuatan yang melecehkan sehingga terdapat dorongan untuk melaporkan kasus tersebut.
Pelecehan seksual dapat berdampak pada kondisi fisik, psikologis, dan dampak sosial. Korban pelecehan seksual yang disertai dengan kekerasan fisik, akan mengalami cedera pada tubuh, baik ringan maupun berat. Selain itu, korban dapat mengalami gangguan pada sistem reproduksinya, bahkan yang paling parah dapat menyebabkan kehamilan. Dalam hal psikologis, korban akan merasa stres dan mendapat tekanan batin. Korban juga akan mengalami trauma berat yang sulit untuk dipulihkan. Belum lagi dalam lingkungan masyarakat, korban akan merasa malu meskipun itu bukan kesalahan mereka.
Di Indonesia, salah satu peraturan yang mengatur tindakan pelecehan seksual adalah Undang-Undang No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS). Undang-undang ini mengatur berbagai bentuk kekerasan seksual, termasuk pelecehan seksual, dan memberikan sanksi hukum yang tegas bagi pelaku. Pasal 5 dalam undang-undang ini menjelaskan hak korban untuk mendapatkan perlindungan dan pemulihan, serta bantuan hukum yang memadai.
Agar kasus pelecehan seksual tidak terjadi lagi atau setidaknya berkurang, perlu adanya pencegahan dan penanganan bagi semua masyarakat. Langkah pertama seperti mengadakan sosialisasi mengenai edukasi seksual di sekolah mulai dari SD hingga tingkat perguruan tinggi. Kedua memberi hukuman yang setimpal bagi pelaku yang terbukti melakukan pelecehan seksual. Lalu, menumbuhkan kesadaran tentang kesetaraan gender dapat membantu mengurangi norma sosial yang mendukung perilaku pelecehan. Ini melibatkan perubahan dalam cara pandang terhadap perempuan dan laki-laki. Untuk menangani kasus ini, bisa dengan menyediakan tempat pelaporan kasus yang aman tanpa takut adanya pembalasan.
Peran masyarakat sangat penting untuk mendukung korban. Masyarakat dapat membantu mengurangi stigma terhadap korban dengan tidak menyalahkan mereka, tetapi mendukung mereka. Pemahaman yang lebih baik tentang dampak pelecehan seksual dapat mengurangi sikap negatif terhadap korban. Ketika korban speak up mengenai apa yang dialaminya, masyarakat dapat memainkan peran sebagai pendengar yang baik. Dukungan yang baik dari teman, keluarga sangat membantu untuk proses pemulihan korban. Masyarakat harus lebih aktif dalam mengawasi perilaku yang tidak pantas di sekitar mereka. Jika ada indikasi pelecehan seksual, Masyarakat sebaiknya langsung melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwenang dan melindungi korban.
Peran individu juga perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual. Sebagai individu, kita harus menjaga batasan dan memahami batasan orang lain. Setiap individu harus berperan dalam menjaga perilaku seksual yang sehat dan saling menghormati. Ini termasuk tidak memaksakan kehendak atau mengabaikan penolakan dari pihak lain. Individu yang dekat dengan korban pelecehan seksual dapat mendampingi korban selama proses hukum, memastikan mereka mendapatkan akses ke layanan hukum yang mereka butuhkan dan mendukung mereka untuk berbicara tanpa takut. Setiap individu juga dapat menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman sehingga tidak ada kasus pelecehan seksual.
Baik peran masyarakat maupun individu diperlukan untuk kerja sama dalam mencegah dan menangani kasus pelecehan seksual. Dengan keterlibatan aktif dari seluruh lapisan masyarakat, kita dapat menciptakan lingkungan yang bebas dari pelecehan seksual dan memberikan pemulihan yang layak bagi korban. Kunci dalam menciptakan dunia yang lebih aman dan saling menghormati adalah perubahan budaya dan kesadaran sosial.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.