Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rivanola Fitria

Menyoroti Ketimpangan Sosial dan Ekonomi di Surabaya

Humaniora | 2024-12-11 08:21:25

Surabaya, dengan populasi lebih dari 3,1 juta jiwa pada tahun 2023 adalah kota terbesar kedua di Indonesia dan pusat ekonomi utama di Jawa Timur. Sebagai kota metropolitan yang terus berkembang pesat, Surabaya menarik berbagai lapisan masyarakat yang mencari peluang ekonomi dan kehidupan yang lebih baik. Banyak warga dari pedesaan melakukan urbanisasi ke Surabaya untuk mencari pekerjaan dan meningkatkan taraf hidup mereka. Kota ini telah berkembang menjadi pusat ekonomi, industri, dan budaya yang signifikan, dengan infrastruktur canggih dan berbagai fasilitas modern. Namun, kemajuan pesat ini disertai dengan tantangan besar berupa ketimpangan sosial dan ekonomi yang semakin mencolok. Kesenjangan antara kawasan elit dan pemukiman miskin semakin terlihat jelas, menunjukkan adanya jurang yang lebar dalam akses terhadap sumber daya, pelayanan publik, dan kesempatan. Ketimpangan ini menciptakan perbedaan yang signifikan dalam kualitas hidup di antara berbagai kelompok masyarakat, dari mereka yang menikmati kemakmuran hingga mereka yang terus berjuang dengan kondisi hidup yang sulit.

Surabaya terdiri dari lima wilayah utama yang secara administratif dikenal sebagai Surabaya Pusat, Surabaya Timur, Surabaya Barat, Surabaya Selatan, dan Surabaya Utara. Masing-masing wilayah ini memiliki karakteristik unik dan fungsi yang berbeda dalam mendukung dinamika kota. Ketimpangan sosial dan ekonomi di Surabaya terlihat jelas dalam perbedaan antara kawasan pusat kota yang maju dengan daerah pinggiran. Sebagai contoh di Surabaya Pusat, pembangunan infrastruktur, perumahan mewah, pusat perbelanjaan, dan akses terhadap layanan publik yang memadai telah menciptakan kawasan yang berkembang pesat. Namun, di sisi lain, masih banyak wilayah yang belum menikmati manfaat dari perkembangan ini. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, tingkat kemiskinan di Kota Surabaya berada pada 4,65 persen. Jumlah penduduk miskin di Kota Surabaya pada Maret 2023 mencapai 136,37 ribu jiwa, berkurang sebesar 1,84 ribu jiwa dibandingkan dengan kondisi Maret 2022 yang sebesar 138,21 ribu jiwa.

Meskipun terjadi penurunan jumlah penduduk miskin, kesenjangan sosial dan ekonomi tetap menjadi tantangan serius yang belum sepenuhnya teratasi. Kondisi ini terlihat jelas di wilayah-wilayah Surabaya. Ketimpangan sosial di Surabaya dapat dilihat dalam beberapa daerah yang memiliki kondisi sosial dan ekonomi yang berbeda. Contohnya di Surabaya Barat tepatnya di Kecamatan Wiyung, telah mengalami kesenjangan sosial akibat pembangunan infrastruktur publik. Pembangunan ruang publik seperti restoran cepat saji dan pusat-pusat elit telah meningkatkan status sosial bagi masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah ini, sementara masyarakat asli yang menempati daerah perkampungan merasakan dampak negatif seperti kurangnya lapangan pekerjaan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menunjukkan perbedaan status sosial yang nyata di antara masyarakat di Kecamatan Wiyung. Selain itu, daerah lain seperti di Surabaya Utara juga mengalami kesenjangan sosial. Meskipun terdapat rumah-rumah besar di daerah seperti Perak dan Kebon Jeruk, wilayah pinggiran kota ini juga dikenal memiliki populasi penduduk dengan kondisi ekonomi yang sulit, seperti di Kampung Tambak, Krembangan, Dupak, dan Bulak Banteng. Wilayah Surabaya Utara juga dikenal sebagai daerah dengan tingkat kriminalitas yang tinggi, terutama pencurian motor. Para pelaku pencurian sering membawa senjata tajam dan beraksi di malam hari. Hal ini menyebabkan ketidakamanan bagi warga. Kondisi ini disebabkan oleh tekanan ekonomi yang memaksa sebagian penduduk untuk bertahan hidup melalui cara-cara yang tidak legal.

Solusi untuk mengatasi kesenjangan sosial ekonomi di wilayah-wilayah Surabaya, diantaranya dengan meratakan infrastruktur di wilayah-wilayah Surabaya. Hal ini diprioritaskan dengan membangun fasilitas umum di daerah-daerah yang paling membutuhkan. Fokus pembangunan harus mencakup perbaikan jalan, sistem listrik, dan akses air bersih di kawasan yang kurang berkembang. Peran warga Surabaya sangat penting dalam proses ini. Mereka dapat terlibat melalui partisipasi aktif dalam perencanaan dan pemantauan proyek, serta berkontribusi pada pemeliharaan fasilitas umum. Sementara itu, pemerintah perlu memastikan alokasi anggaran yang tepat dan transparan untuk proyek-proyek ini, serta melakukan koordinasi antara berbagai lembaga untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan. Dengan keterlibatan aktif dari masyarakat dan dukungan kuat dari pemerintah, infrastruktur yang lebih baik dapat mengurangi kesenjangan antara kawasan elit dan daerah berpendapatan rendah, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.

UMKM di Surabaya juga perlu didukung dan dikembangkan secara menyeluruh. Pemerintah harus menyediakan bantuan komprehensif kepada pengusaha kecil dan menengah di daerah miskin, termasuk pelatihan bisnis yang mengajarkan cara mengelola keuangan, memasarkan produk, dan mengembangkan usaha. Dukungan finansial seperti pinjaman dengan bunga rendah juga sangat penting untuk membantu UMKM mengatasi keterbatasan dana. Selain itu, bantuan pemasaran harus diperluas dengan memberikan akses ke platform e-commerce dan jaringan distribusi agar produk lokal dapat mencapai pasar yang lebih luas. Program inkubasi bisnis yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan lokal akan memperkuat ekonomi komunitas dengan mendorong pertumbuhan usaha dan menciptakan lapangan kerja. Dengan pendekatan ini, pertumbuhan ekonomi di Surabaya dapat meningkat secara signifikan, mengurangi kesenjangan sosial ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Langkah terakhir adalah meningkatkan akses ke pendidikan berkualitas di seluruh wilayah Surabaya. Sekolah di pusat kota umumnya dilengkapi dengan fasilitas yang sangat mendukung pendidikan, sementara sekolah di pinggiran sering kali menghadapi kekurangan peralatan dan sarana yang memadai. Oleh karena itu, pemerintah harus memastikan bahwa semua sekolah di Surabaya memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung pembelajaran yang efektif dan adil. Selain itu, fasilitas kesehatan di Surabaya juga harus mendapat perhatian yang sama. Akses kesehatan untuk seluruh warga perlu dipermudah dengan memastikan bahwa fasilitas kesehatan di semua wilayah, termasuk pinggiran kota agar memenuhi standar yang layak dan dapat diakses dengan mudah. Pemerintah harus melakukan pemantauan secara berkala untuk menilai kondisi fasilitas kesehatan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan kesehatan di seluruh Surabaya.

Penanganan isu kesenjangan sosial ekonomi di Surabaya memerlukan pendekatan yang menyeluruh dan sinergis. Solusi yang efektif harus melibatkan perbaikan infrastruktur dasar, pengembangan kapasitas UMKM, peningkatan akses pendidikan, dan pelayanan kesehatan yang merata. Pemerintah harus memastikan alokasi anggaran yang efisien dan transparan, sementara masyarakat dan sektor swasta harus berperan aktif dalam mendukung inisiatif tersebut. Kolaborasi antara berbagai pihak akan memastikan bahwa setiap upaya yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan lokal dan dapat memberikan dampak positif yang nyata. Dengan strategi yang terintegrasi dan komitmen bersama, Surabaya dapat mengatasi kesenjangan sosial ekonomi dan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.

Penulis : Rivanola Fitria (Universitas Airlangga)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image