![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/axmegooqbn-592.jpg)
Cerita Sahabat
Sastra | 2024-12-09 22:05:07Sahabat baikku Yohanes Siman
Dihari yang penuh sesak
Kukirim ini yang menjadi
Bagian sel-sel kecil cerita
Tentu belum lupa di sore itu bukan ?
Sore yang lusuh dan jelek
Sekali sepekan dibelakang rumah
Membuat dua cangkir arabika panas
Kemudian kau lempar beberapa kretek
Diatas tempayan
Dan ini
Kusuguhkan untuk renjana yang mampir
Di dua gagang cangkir yang bersisian
Kepada renjana yang merambati
Kulit-kulit keriput
Sarat akan petualangan panjang
Perjamuan yang berkesan
Lalu kau memintaku bercerita
Tentang Kuliah
Tentang buku dan kota jakarta
Aku bersemangat dan
Mulai menyusun setiap kisah
Tentu aku yakin kamu tahu
Tentang tugas-tugas kuliahku
Yang kian memberat dan melelahkan
Kau selalu bilang tenang
Alam telah menyediakan angin
Yang akan selalu datang
Dengan segala kelembutan
Kadang ia datang hanya untuk
Membelai pipi-pipi yang kelelahan
Aku bergumam
Duhai dosen yang bijaksana
Jangan membuatku setengah mati
Di semester awal
Sebab aku masih ingin hidup
Sampai semester akhir
Kau tersenyum Yohanes
Kau pendengar yang arif Yohanes
Aku kagum padamu Yohanes
Aku beralih pada Jakarta
Yang cantiknya kalau malam saja Keterlaluan Jakarta !
Seakan punya resep ajaib
Jatuhku teramat dalam pada cintanya Pada cahaya ramah lampu-lampunya
Pada sudut-sudut jalannya
Juga pada kedip mata
Resepsionis gedung itu
Kulihat ada keluh di sore itu
Saat hari-hari kian membuta
Saat tumbuh gulita senja di jemari muda Malam pun kian malu,
Waktu adalah milikku
Lewat bibir kubungkus
Syair do’a di sisa sisa malam
Untukmu Yohanes
Setiap malam, setiap malam
Yohanes
Aku tau ini yang kau tunggu
Tentang petualangan ku
Masuk ke dalam buku
Menyambangi sepertiga dunia
Hanya dengan duduk bersila
Melihat warna warni cinta dikota Paris Melihat tarian samba di Brazil
Menaruh curiga pada akurnya bapak
Fasis Andrea Mussolini itali
Dengan Adolf hitler jerman
Menghela napas sebentar
Untuk mencium bau bangkai ditanah Tandus Afrika, Ethiopia
Melihat rakyat Irak yang merindu sosok Saddam Hussein,
lalu Libya yang menolak kasih sayang Muammar Gaddafi
Darah ini mendidik bukan main, saat
Berada diantara ketegangan timur tengah
Menyaksikan saudara seiman dibantai
Di injak-injak tanpa jeda dan tega
Ingin rasanya merobek-robek buku
Digenggaman tangan, tapi kuurungkan
Sebab tukang buku ada di depanku
Aku terbang diatas bumi Islam
Semangat menyala taliban
Dalam melindungi manusia titipan Tuhan
Usamah bin Laden
Serta harga diri bangsa Afgan
Air mata suriah yang terus menetes
Membasahi keringnya hamparan pasir
Menepi kemudian singgah
Dipinggir Gaza Palestina
Mataku mendadak buta, telinga tuli
Bingung apa yang harus diperbuat
Di Gaza aku lumpuh
Cikini Jakarta pusat
18 November 2024
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.