Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Vishy Nathan

Cerita Sahabat

Sastra | 2024-12-09 22:05:07

Sahabat baikku Yohanes Siman

Dihari yang penuh sesak

Kukirim ini yang menjadi

Bagian sel-sel kecil cerita

Tentu belum lupa di sore itu bukan ?

Sore yang lusuh dan jelek

Sekali sepekan dibelakang rumah

Membuat dua cangkir arabika panas

Kemudian kau lempar beberapa kretek

Diatas tempayan

Dan ini

Kusuguhkan untuk renjana yang mampir

Di dua gagang cangkir yang bersisian

Kepada renjana yang merambati

Kulit-kulit keriput

Sarat akan petualangan panjang

Perjamuan yang berkesan

Lalu kau memintaku bercerita

Tentang Kuliah

Tentang buku dan kota jakarta

Aku bersemangat dan

Mulai menyusun setiap kisah

Tentu aku yakin kamu tahu

Tentang tugas-tugas kuliahku

Yang kian memberat dan melelahkan

Kau selalu bilang tenang

Alam telah menyediakan angin

Yang akan selalu datang

Dengan segala kelembutan

Kadang ia datang hanya untuk

Membelai pipi-pipi yang kelelahan

Aku bergumam

Duhai dosen yang bijaksana

Jangan membuatku setengah mati

Di semester awal

Sebab aku masih ingin hidup

Sampai semester akhir

Kau tersenyum Yohanes

Kau pendengar yang arif Yohanes

Aku kagum padamu Yohanes

Aku beralih pada Jakarta

Yang cantiknya kalau malam saja Keterlaluan Jakarta !

Seakan punya resep ajaib

Jatuhku teramat dalam pada cintanya Pada cahaya ramah lampu-lampunya

Pada sudut-sudut jalannya

Juga pada kedip mata

Resepsionis gedung itu

Kulihat ada keluh di sore itu

Saat hari-hari kian membuta

Saat tumbuh gulita senja di jemari muda Malam pun kian malu,

Waktu adalah milikku

Lewat bibir kubungkus

Syair do’a di sisa sisa malam

Untukmu Yohanes

Setiap malam, setiap malam

Yohanes

Aku tau ini yang kau tunggu

Tentang petualangan ku

Masuk ke dalam buku

Menyambangi sepertiga dunia

Hanya dengan duduk bersila

Melihat warna warni cinta dikota Paris Melihat tarian samba di Brazil

Menaruh curiga pada akurnya bapak

Fasis Andrea Mussolini itali

Dengan Adolf hitler jerman

Menghela napas sebentar

Untuk mencium bau bangkai ditanah Tandus Afrika, Ethiopia

Melihat rakyat Irak yang merindu sosok Saddam Hussein,

lalu Libya yang menolak kasih sayang Muammar Gaddafi

Darah ini mendidik bukan main, saat

Berada diantara ketegangan timur tengah

Menyaksikan saudara seiman dibantai

Di injak-injak tanpa jeda dan tega

Ingin rasanya merobek-robek buku

Digenggaman tangan, tapi kuurungkan

Sebab tukang buku ada di depanku

Aku terbang diatas bumi Islam

Semangat menyala taliban

Dalam melindungi manusia titipan Tuhan

Usamah bin Laden

Serta harga diri bangsa Afgan

Air mata suriah yang terus menetes

Membasahi keringnya hamparan pasir

Menepi kemudian singgah

Dipinggir Gaza Palestina

Mataku mendadak buta, telinga tuli

Bingung apa yang harus diperbuat

Di Gaza aku lumpuh

Cikini Jakarta pusat

18 November 2024

Pexels: Mohit Hambiria

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image