Sejarah di Balik Adanya Tradisi Lompat Batu Nias
Sejarah | 2024-12-09 15:46:33Sebelum diadakan tradisi ini ada cerita kelam dibalik tradisi ini yang akhirnya sampai sekarang warga setempat menjalankan tradisi ini terus menerus karna terbiasa. Jadi Nias sendiri itu adalah pulau kecil yang ada dibagian Utara Sumatra, panggilan Nias bukan hanya ‘Nias’ saja tetapi ada nama nya lagi yaitu Tanö Niha, yang artinya pulau manusia. Didalam pulau tersebut ada istilah jika sesama nias itu bisa dibilang “ono niha” kedua kata tersebut memiliki artinya tersendiri, ono yang artinya anak atau keturunan sedangkan niha yang artinya manusia.
Jadi, jauh sebelum tradisi lompat batu atau fahombo batu itu diadakan, karena bermula dari anak muda berjenis kelamin laki-laki yang bernama Awuwukha. Jadi dulunya setelah dia baru selesai bermain dengan temannya, Awuwukha sangat kaget karena rumah nya di bakar oleh suku luar, sampai seisi rumahnya hangus termasuk keluarganya. Dan dari situlah Awuwukha bersumpah kalo dia akan balas dendam. Setelah kejadian rumah Awuwukha terbakar ia langsung pergi ke kampung sebelah yaitu kampung dari pelaku yang membakar rumah Awuwukha dan ia langsung membunuh pelaku dan keluarga pelaku dengan memenggal kepalanya, tidak sampai situ saja ia juga menjejerkan kepala pelaku didepan rumahnya tersebut.
Awal mula dari situlah warga di kampung itu yang pastinya satu kampung juga dengan Awuwukha ini dibuat cemas serta takut dan memutuskan untuk pergi dari kampung tersebut dan mendirikan kampung baru dengan marga yang baru pula, jadi kalau Awuwukha ini memiliki dendam dengan salah satu marga A, marga A yang sudah diganti dengan marga C itu akan aman. Jadi dari situlah Nias ini ada tradisi perang, yang muncul karena warga setempat di kampung itu pada takut dan akhirnya mendirikan tembok setinggi 2M sebagai pelindung untuk menghalangi musuh agar tidak mudah masuk sembarangan.
Kemudian menyuruh para laki-laki di kampung tersebut untuk berlatih melompati batu. Yang tujuan nya untuk agar kampung mereka lebih kuat, maka sampai sekarang terus dilestarikan para warga dinias yaitu tradisi lompat batu karna sudah sering mereka lakukan di zaman dahulu dan mereka juga melajukan perang, penggal kepala ketua nya, dipajang dirumah besar atau kepala desa sebagai ritual agar kampung mereka lebih kuat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.