Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Inaya astrii

AI dan Pendidikan Dasar: Tingkatkan Literasi atau Justru Mengikis Daya Kritis?

Iptek | 2024-12-09 09:08:39
Sumber : Shutterstock

Di era modern saat ini, seluruh dunia bergerak menuju modernisasi dengan sangat cepat. Munculnya penemuan-penemuan baru di berbagai bidang kehidupan telah mendorong perubahan pola hidup manusia sehari-hari, mulai dari cara hidup, bekerja, dan berinteraksi. Dalam konteks ini, berbagai sektor seperti ekonomi, sosial budaya, pendidikan, infrastruktur, kesehatan, serta teknologi dan inovasi merupakan motor penggerak utama pembangunan suatu negara.

Di antara berbagai sektor tersebut, teknologi dan inovasi mempunyai peranan penting dalam pembangunan suatu negara karena mendorong terciptanya efisiensi di berbagai bidang kehidupan. Berbagai sektor yang terkena dampak perkembangan teknologi antara lain perekonomian, pendidikan, dan transportasi yang saat ini sedang mengalami digitalisasi. Namun, perkembangan teknologi ini juga harus diimbangi dengan peningkatan kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan teknologi secara bijak.

Perkembangan teknologi yang pesat ibarat pisau bermata dua. Meskipun terdapat peningkatan efisiensi di semua bidang, terdapat juga beberapa tantangan yang mengkhawatirkan. Tantangan negatif yang timbul akibat perkembangan teknologi antara lain ketergantungan masyarakat terhadap teknologi, meningkatnya rasa malas, dan permasalahan sosial lainnya. Salah satu permasalahan yang saat ini terjadi di Indonesia adalah rendahnya tingkat literasi.

Di masa kini AI memainkan peran penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya saja di bidang pendidikan, banyak anak-anak yang sudah mengenal AI sejak duduk di bangku sekolah dasar. Dengan hadirnya AI, anak-anak akan dapat menemukan alat pembelajaran yang lebih adaptif dan interaktif, serta akses yang lebih mudah terhadap beragam sumber belajar.

Mayoritas dari mereka menggunakan AI untuk memperluas sumber referensi dan juga sebagai mentor dalam menyelesaikan tugas. Meskipun menawarkan kemudahan, pemanfaatan AI dalam hal ini juga dapat mengakibatkan ketergantungan siswa pada teknologi. Hanya dengan mengetik pertanyaan, kemudian akan muncul jawaban yang tepat dan “on poin” dalam hitungan detik. Meskipun dinilai sangat efisien, hal ini dapat mengakibatkan rendahnya minat literasi siswa, terutama pada literasi fisik karena siswa merasa dapat menemukan jawaban dengan cara yang sangat mudah dan tanpa melalui proses membaca dan analisis yang mendalam.

Tentunya hal ini turut memengaruhi pola pikir siswa yang lebih menyukai hasil yang instan daripada melalui proses berpikir panjang yang tentunya menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran. Kebiasaan ini apabila terus dibiarkan akan dapat mengurangi kemampuan siswa dalam menganalisis informasi secara mendalam. Hal ini tentunya tidak sejalan dengan tujuan pendidikan yaitu membentuk karakter dan kreativitas siswa, meningkatkan literasi, serta melatih kemampuan berpikir kritis. Dengan pola pikir yang terlalu mengandalkan kemudahan teknologi tentunya akan berdampak pada risiko penurunan kualitas diri serta sumber daya manusia.

Literasi bukan sekedar membaca, tetapi juga proses memahami, menganalisis, dan mengevaluasi informasi yang diterima. Ketika anak-anak hanya mengandalkan teknologi AI, mereka kehilangan proses pembelajaran penting ini. Hal ini menciptakan pola pikir yang berorientasi pada hasil, bukan berorientasi pada proses. Jika keadaan terus berlanjut, hal ini dapat dipastikan akan berdampak negatif terhadap menurunnya kemampuan penting dan daya saing di masa depan.

Dalam jangka panjang, ketergantungan pada teknologi menempatkan siswa Sekolah Dasar saat ini pada risiko berkurangnya keterampilan pemecahan masalah. Tentu saja hal ini berakibat fatal bagi proses berpikir siswa, mengingat tantangan perkembangan teknologi yang semakin cepat. Risiko besar lainnya adalah berita palsu (hoax) yang mudah muncul karena kurangnya kemampuan menyaring fakta dan informasi yang benar.

Dapat disimpulkan bahwa ketergantungan siswa terhadap teknologi dapat menyebabkan menurunnya kemampuan berpikir kritis dan berkurangnya minat terhadap literasi fisik. Kemudahan teknologi yang memberikan jawaban tepat secara instan dapat mengubah cara berpikir siswa yang lebih fokus pada hasil daripada proses. Jika hal ini terus berlanjut maka akan berdampak pada menurunnya kualitas individu dan daya saing di masa depan.

Untuk mengatasi masalah ini memerlukan pendekatan teknologi yang seimbang dalam pendidikan. Dalam permasalahan ini, tidak hanya guru saja, namun orang tua juga mempunyai peran yang penting. Orang tua harus bisa mendorong minat anak terhadap literasi fisik agar anak tidak hanya fokus pada kemudahan teknologi. Hal ini dapat dilakukan dengan membelikan buku yang sesuai dengan minat anak dan melakukan percakapan serta diskusi rutin dengan mereka untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritisnya.

Selain itu guru juga memiliki peran penting dalam upaya peningkatan literasi fisik serta kemampuan berpikir kritis para siswa. Pertama guru dapat membuat proyek pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi dengan literasi fisik, yaitu mengerjakan tugas sekolah dengan menganalisis sumber informasi yang benar dan tervalidasi sebelum menggunakan AI. Kedua, mengadakan sosialisasi dan pemahaman kepada para siswa untuk menyaring informasi yang valid serta meningkatkan pemahaman tentang risiko hoax. Ketiga yaitu mengadakan metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), yakni dengan menghadirkan studi kasus yang dapat mendorong para siswa untuk membaca, menganalisis, serta menghadirkan solusi dalam penyelesaian masalah yang diberikan.

Tentunya hal ini akan dapat meningkatkan literasi dan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Dengan kolaborasi yang seimbang antara berbagai pihak yang terlibat akan dengan mudah mendorong tingkat literasi dan kemampuan berpikir kritis dalam diri anak, sehingga mereka tidak hanya bergantung kepada teknologi tetapi juga dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image