Pendidikan Bagi ABK
Pendidikan dan Literasi | 2024-12-08 18:41:29Pengertian ABK
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang memiliki keterbatasan atau kelebihan luar biasa dalam aspek fisik, mental, sosial, atau emosional, yang mempengaruhi perkembangan mereka dibandingkan dengan anak-anak seusianya. ABK memerlukan penanganan khusus untuk mengoptimalkan potensi mereka, termasuk dalam pendidikan dan terapi.
Menurut Ilahi menjelaskan bahwa Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan khusus sementara atau permanen sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan yang lebih intens. ABK adalah mereka yang memiliki perbedaan dengan rata-rata anak seusianya atau anak-anak pada umumnya. Perbedaan yang dialami ABK ini terjadi pada beberapa hal, yaitu proses pertumbuhan dan perkembangannya yang mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik, mental, intelektual, sosial maupun emosional.
A. Jenis Ketunaan pada ABK
1. Tuna Netra
Istilah anak tunanetra secara mendasar dapat diartikan sebagai anak-anak yang mengalami gangguan pada fungsi penglihatan. Beberapa ahli seperti Djaja Rahardja dan Sujarwanto serta Gargiulo mendefinisikan ketunanetraan menjadi 3 kategori yaitu buta buta, buta fungsional dan low visio. Anak-anak dikatakan buta secara legal jika mengalami permasalahan pada sudut penglihatan yaitu kiri dan kanan.
Faktor Penyebab ABK
Menurut Atmaja (2018, hlm. 29) penyebab ketunanetraan dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Pre-Natal (Sebelum lahir)
> keturunan, akibat faktor keturunan dapat disebabkan hasil pernikahan bersaudara, sesama tunanetra, atau mempunyai orang tua tunanetra.
> pertumbuhan anak dalam kandungan, karena gangguan kesehatan ibu saat hamil seperti TBC, cacar air, dan lain sebagainya
2. Natal (saat lahir)
> kerusakan pada mata atau saraf saat persalinan atau terkena benda keras
> Pada saat persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoea sehingga baksil gonorrhoea menular pada bayi
3. Post Natal (setelah lahir)
> mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, seperti Xeropthalmia, Trachoma, dan lain sebagainya.
> Terjadi karena adanya kekerasan, terkena cairan kimia atau benda tajam, kecelakaan, dan lain sebagainya.
2. Tunarungu
Tunarungu dapat diartikan sebagai gangguan pendengaran, dimana anak yang mengalami ketunarungguan adalah mengalami permasalahan pada hilangnya atau berkurangnya kemampuan pendengaran. Soematri menyatakan bahwa anak yang dapat dikatakan tunarungu jika mereka tidak mampu atau kurang mampu mendengar. Menurutnya, tunarungu dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli dan kurang dengar.
Faktor Penyebab ABK
1. Keturunan, karena garis keturunan yang diturunkan oleh orang tuanya yang mengalami tuna rungu.
2. Penyakit, kemungkinan ketika ibu sakit cacar air/campak sehingga penyakit Ibu kemungkinan melahirkan anak menjadi tuna rungu.
3. Adanya infeksi, kemungkinan ketika ibu mengandung, janin mengalami infeksi akibat keracunan darah yang menyebabkan rusaknya plasenta.
4. Kelahiran Premature, kelahiran premature ini menyebabkan kondisi anak melemah, kemungkinan akan menyerang organ-organ pendengaran maka anak akan mengalami kerusakan organ pendengaran.
3. Tunagrahita
Tunagrahita merupakan istilah yang disematkan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami permasalahan seputar intelegensi. Anak yang mengalami permasalahan intelegensi memiliki beberapa istilah penyebutan anatara t (IQ dibawah 35). Sedangkan klasifikasi lain dapat didasarkan pada kemampuan yang dimiliki yaitu Ringan (mampu dididik), sedang (mampu dilatih), Berat (mampu dirawat).
Faktor Penyebab ABK
1. Pre Natal
> Kelainan kromosom (trisomi, mosiak), Infeksi intrauterine, misalnya: TORCH, HIV. Adanya zat-zat teratogen (alkohol, radiasi, Disfungsi plasenta, Kelainan kongenital dari otak (idiopatik) dan ibu menderita penyakit diabetes mellitus
2. Natal
> Anak lahir dengan premature, adanya pendarahan berat saat lahir, kurangnya metabolik, meningitis dan lain sebagainya.
3. Post Natal
> Trauma berat pada saraf, gizi buruk atau kelainan hormonal, infeksi seperti meningitis, ensafalitis, dan lain-lain
4. Tunadaksa
Tunadaksa dapat diartikan sebagai gangguan motorik. Pada konteks lain dapat kita temui penggunaan istilah lain dalam menyebut anak tunadaksa misalnya anak dengan hambatan gerak. Utamanya, anak tunadaksa adalah anak yang mengalami gangguan fungsi gerak yang disebabkan oleh permasalahan pada organ gerak tubuh. Somantri menjelaskan bahwa tunadaksa merupakan suatu keadaan rusak atau terganggu yang disebabkan karena bentuk abnormal atau organ tulang, otot, dan sendi tidak dapat berfungsi dengan baik.
Faktor Penyebab ABK
1. Sebelum Lahir (Fase Prenatal),
>infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi misalnya infeksi, sypilis, rubela, dan typhus abdominolis.
> Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu.
> Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat.
2. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal, peri natal),
> Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen.
> Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi.
> Pemakaian anestesi yang melebihi ketentuan.
3. Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase post natal).
> Faktor penyakit, seperti meningitis (radang selaput otak) encephalis (radang otak), influenza, diphtheria, partusis dan lain-lain.
> Faktor kecelakaan, misalnya kecelakaan lalulintas, terkena benturan benda keras, terjatuh dari tempat yang berbahaya bagi tubuhnya, khususnya bagian kepala yang melindungi otak.
> Pertumbuhan tubuh/tulang yang tidak sempurna.
5. Tunalaras
Tunalaras merupakan konteks dengan batasan-batasan yang sangat rumit tentang anak-anak yang mengalami masalah tingkah laku. Pada intinya sebutan anak tunalaras merupakan gangguan perilaku yang menunjukkan suatu penentangan terhadap norma dan aturan social di masyarakat seperti mencuri, menggangu ketertiban, melukai orang lain, dan lain-lain.
Faktor Penyebab ABK
1. Faktor Biologis
Keadaan kurang gizi, mengidap penyakit, psikotik, dan trauma atau disfungsi pada otak.
2. Faktor Keluarga
Pengaruh dari peraturan, disiplin, dan kepribadian yang dicontohkan atau ditanamkan dari orangtua sangat memengaruhi perkembangan emosi dan perilaku anak.
3. Faktor Sekolah
Ketika seorang anak mendapat respon negatif dari guru dan teman sekelasnya saat mengalami kesulitan dan kurang keterampilan di sekolah tanpa disadari anak terjerat dalam interaksi negatif.
B. Membantu Perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus
1. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial anak ABK dipengaruhi oleh jenis dan tingkat kebutuhannya. Dalam berinteraksi, anak ABK seringkali kesulitan dengan teman sebaya mereka karena perbedaan yang ada pada mereka.
2. Perkembangan fisik
Pendidikan yang diberikan kepada anak ABK perlu mencakup kegiatan fisik yang dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan motorik kasar dan halus. Bagi anak yang memiliki keterbatasan fisik, menjadi bagian penting dari proses pendidikan mereka.
3. Perkembangan kognitif
Menurut Ernawulan Syaodih dan Mubair Agustin (2008: 20), perkembangan kognitif menyangkut perkembangan berpikir dan berfungsinya aktivitas berpikir. Sepanjang hidup mereka, anak-anak mungkin menghadapi masalah yang perlu dipecahkan, pemecahan masalah merupakan langkah yang lebih kompleks, sebelum anak dapat memecahkan masalah, ia harus mampu menemukan solusinya.
4. Perkembangan komunikasi
Perkembangan komunikasi pada anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki peran yang sangat penting, karena komunikasi adalah dasar untuk interaksi sosial, pembelajaran, dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Setiap anak ABK memiliki kebutuhan komunikasi yang berbeda, tergantung pada jenis dan tingkat kebutuhannya
5. Perkembangan emosional
Perkembangan emosional anak berkebutuhan khusus (ABK) sering kali mengalami tantangan yang berkaitan dengan kemampuan mereka mengenali, mengungkapkan, dan mengelola emosi. Pendidikan yang memberikan dukungan emosional yang dapat membantu mereka untuk mengatasi tantangan ini.
Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang memiliki perbedaan dalam tumbuh kembang dibandingkan anak pada umumnya dan membutuhkan layanan khusus sesuai dengan karakteristik serta kemampuannya. Kategori ABK dalam pendidikan khusus di Indonesia mencakup tunanetra, tunarungu, kecacatan intelektual, cacat motorik, gangguan emosi sosial, serta anak berbakat. Setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda, sehingga identifikasi dan penilaian diperlukan untuk memberikan layanan yang sesuai dan mendukung perkembangan mereka secara optimal.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.