Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mirza Luscakson

Bahaya CTS pada Golongan Muda di Indonesia

Hospitality | 2024-12-05 18:21:30

Seperti yang kita ketahui pada zaman sekarang semua golongan dari anak-anak sampai orang dewasa di Indonesia tidak lepas dari menggunakan gadget di kehidupan sehari-hari bermain game baik di handphone maupun di melakukan pekerjaan di depan PC. Dari hal itu dapat kita lihat bahwa rata-rata rakyat Indonesia sering untuk melakukan pekerjaan mereka dengan posisi yang jarang berganti dan hanya duduk di depan gadget mereka. Hal ini merupakan hal yang susah untuk dihindari karena adanya ketergantungan mereka terhadap teknologi yang sudah menyebar luas ke Indonesia bahkan ke seluruh dunia.

Menyebarnya teknologi merupakan kabar yang positif bagi seluruh masyarakat di penjuru dunia. Namun, perlu kita ketahui segala hal yang positif juga memiliki dampak negatif di dalamnya. Salah satunya adalah CTS atau Cubital Tunnel Syndrome yang muncul karena dampak dari pekerjaan yang berlangsung dengan waktu yang lama dan memiliki posisi yang sama. CTS ini sering menyerang para anak-anak muda yang sering melakukan banyak kegiatan dengan gadget mereka namun melakukannya dengan posisi yang sama dengan waktu yang lama, seperti bermain game, dan bekerja di depan computer.

Dilansir dari halodoc.com CTS atau Cubital Tunnel Syndrome adalah kondisi yang melibatkan adanya penekanan atau peregangan pada saraf ulnaris (daerah lengan bawah, dekat siku), yang menyebabkan rasa kebas pada jari manis dan jari kelingking, nyeri di lengan bawah yang dapat disertai kelemahan di tangan. Saraf ulnaris ini berjalan di sisi bagian dalam siku.

CTS ini sendiri memiliki faktor resiko yang lumayan banyak, diantaranya adalah cedera kepala yang melibatkan daerah anggota gerak bagian atas, usia lebih dari 40 tahun, aktivitas dengan gerakan tertentu seperti melempar, pekerjaan yang membutuhkan gerakan menekuk siku dalam waktu yang lama, seperti operator telepon, mengistirahatkan daerah siku pada permukaan yang keras dalam waktu yang lama, memiliki kista pada bagian dekat siku, Riwayat dislokasi atau patah siku, dan kegemukan.

Cubital Tunnel Syndrome sendiri memiliki penyebab diantara lain:

  • Tekanan. Saraf memiliki sedikit bantalan di atasnya. Tekanan langsung (seperti menyandarkan lengan pada suatu sandaran) dapat memberikan tekanan konstan pada saraf, hal ini menyebabkan lengan dan tangan di bawahnya tidak mendapatkan rangsangan dari yang mempersarafinya.
  • Peregangan. Menjaga siku tertekuk dalam waktu yang lama dapat meregangkan saraf di belakang siku. Hal ini sering terjadi saat kita tertidur, di mana terkadang siku berada dalam posisi tertekuk dalam waktu yang lama.
  • Lokasi anatomi. Terkadang saraf ulnaris berada tidak pada tempatnya. Gerakan berulang di bagian siku dapat mengiritasi saraf tersebut. Terkadang jaringan lunak di sekitar saraf menjadi lebih tebal atau terdapat otot ekstra di atas posisi saraf yang membuat fungsi saraf ikut terganggu.

CTS ini pula dapat dikenali dari beberapa gejala yang muncul seperti, nyeri, kesemutan, dan kelemahan otot pada bagian bawah jari, kelemahan kekuatan otot, terbangun pada malam hari karena adanya rasa nyeri atau kesemutan pada tangan atau jari, terutama pada bagian jari telunjuk dan jari manis, kesulitan dalam melipat dan meluruskan siku, kesulitan dalam menggerakkan tangan dan jari, dan hilangnya kemampuan otot pada daerah tangan dan jari. Untuk lebih lanjut dalam mendiagnosis Cubital Tunnel Syndrome dapat di lakukan dengan mengunjungi rumah sakit dan konsultasi dengan dokter.

Pencegahan pada CTS ini dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti,

  • Membatasi aktivitas yang dapat memperburuk keadaan, seperti bermain tenis atau golf.
  • Tidak menyandarkan siku saat menyetir atau duduk.
  • Menjaga agar lengan tetap lurus saat istirahat.
  • Menggunakan bidai saat tidur untuk mencegah lengan menjadi terlipat.
  • Mencegah adanya cedera pada daerah siku.
  • Hindari meletakkan siku terlalu lama khususnya pada area yang keras.
  • Lakukan pemanasan atau gerakan ringan sebelum melakukan aktivitas dengan penggunaan siku yang cukup intens.

Untuk mengenali Cubital Tunnel Syndrome lebih lanjut dapat dilakukan dengan membuka dan membaca artikel-artikel yang di buat oleh dokter-dokter yang ahli di dalam gangguan kesehatan ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image