Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Edlyn Dwi Paramesti Raissa Margaretha

Dinamika Sosial dan Ekonomi di Era Digital: Membangun Jembatan Antargenerasi

Edukasi | 2024-12-03 15:32:53

Dinamika Sosial dan Ekonomi di Era Digital: MembangunJembatan Antargenerasi

Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era digital saat ini telah membawa dampak besar pada berbagaiaspek kehidupan, mulai dari cara kita bekerja, berkomunikasi, hingga cara kita mengkonsumsi informasi dan produk. Revolusidigital ini memengaruhi hampir seluruh lapisan masyarakat, baikdari segi ekonomi, sosial, budaya, hingga psikologi. Namun, satu hal yang sering kali terabaikan adalah bagaimana perubahanteknologi ini mempengaruhi hubungan antar-generasi, sertabagaimana perbedaan cara pandang ini dapat berimplikasi pada ketimpangan sosial dan ekonomi (Hisyam, C. J., Rodja, Z., Salsabila, N., & Lubis, N. P. 2024).

Isu ketimpangan ini bukan hanya terjadi antara negara majudan negara berkembang, tetapi juga di dalam negara itu sendiri, di antara generasi muda dan generasi yang lebih tua. Masyarakat kini dihadapkan pada tantangan untuk menyatukan dua dunia yang berbeda: dunia yang berorientasi pada teknologi dan dunia tradisional yang masih mengandalkan cara-cara konvensional. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimanaperkembangan digital telah mengubah lanskap sosial dan ekonomi, serta bagaimana kita bisa membangun jembatan antaragenerasi yang berbeda dalam menghadapi perubahan ini (Asikin, M. Z., & Fadilah, M. O. 2024).

Pembahasan

Dampak Ekonomi: Perubahan dalam Dunia Kerja dan Bisnis

Di bidang ekonomi, revolusi digital telah membawadampak yang sangat signifikan. Penggunaan teknologi dalamberbagai sektor, seperti e-commerce, layanan berbasis aplikasi, dan sistem informasi berbasis cloud, telah mengubah cara kitabekerja dan berbisnis. Bagi banyak perusahaan, teknologi digital bukan lagi sekadar alat bantu, tetapi sudah menjadi bagian dariinti operasional mereka. Sektor bisnis yang dulu sepenuhnyabergantung pada interaksi fisik, seperti toko ritel atau layanankonvensional, kini beralih ke platform online (Andzani, D. 2023).

Perubahan ini memudahkan banyak orang untuk memulaibisnis dengan modal yang lebih rendah. Platform sepertiInstagram, TikTok, atau marketplace seperti Tokopedia dan Bukalapak telah memberikan peluang baru bagi para pelakuusaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk menjangkaupasar yang lebih luas. Di sisi lain, perkembangan ini juga memberikan tantangan tersendiri bagi pekerja yang terikatdengan pekerjaan tradisional. Banyak pekerja di sektormanufaktur atau ritel, misalnya, merasa terpinggirkan oleh otomatisasi dan digitalisasi yang menggantikan sebagianpekerjaan mereka. Ini menciptakan kesenjangan antara generasimuda yang terampil dengan teknologi dan pekerja senior yang tidak memiliki keterampilan digital. Di tingkat makro, digitalisasi juga membawa dampak terhadap ekonomi negara.

Negara-negara yang mampu mengadopsi teknologi dengan cepatcenderung lebih maju dalam sektor ekonomi global. Perusahaan-perusahaan besar seperti Google, Amazon, dan Alibaba adalahcontoh bagaimana digitalisasi dapat mendorong pertumbuhanekonomi yang pesat. Namun, tidak semua negara siapmenghadapi perubahan ini. Negara berkembang seringkalitertinggal dalam hal infrastruktur dan akses terhadap teknologi, yang menyebabkan ketimpangan ekonomi antarnegara(Agustina, R., Nur'aini, S., Nazla, L., Hanapiah, S., & Marlina, L. 2023).

Perubahan Sosial Budaya: Kesenjangan Antargenerasi

Perubahan digital juga memengaruhi tatanan sosial dan budaya. Di satu sisi, teknologi telah mempermudah aksesterhadap informasi, memperluas ruang lingkup komunikasi, dan memungkinkan interaksi tanpa batas. Media sosial, misalnya, memungkinkan orang dari berbagai belahan dunia untuk salingterhubung dan berbagi pengalaman, ide, dan pandangan. Namun, di sisi lain, perbedaan cara pandang terhadap teknologiantara generasi muda dan tua telah menciptakan jarak sosialyang cukup besar. Generasi muda, yang tumbuh di era digital, lebih mudah beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Merekatidak hanya terbiasa menggunakan perangkat digital, tetapi juga cenderung lebih kreatif dalam memanfaatkan teknologi untukberbagai keperluan, baik itu untuk berkomunikasi, bekerja, maupun berekspresi. Mereka lebih nyaman dengan interaksivirtual, seperti melalui pesan instan, media sosial, atau aplikasivideo konferensi (Ammar, M. A. 2023).

Generasi yang lebih tua, yang tumbuh dalam lingkunganyang lebih konvensional, sering merasa kesulitan beradaptasidengan perkembangan teknologi ini. Bagi mereka, penggunaanteknologi dapat terasa rumit dan mengalienasi. Misalnya, penggunaan aplikasi perbankan digital atau e-commerce bagigenerasi tua sering kali dianggap sebagai hal yang asing dan sulit dimengerti. Ketidakmampuan untuk mengakses ataumemahami teknologi ini menyebabkan ketimpangan dalam halpeluang sosial dan ekonomi. Generasi muda dapat denganmudah mengakses informasi, berpartisipasi dalam komunitasonline, atau mendapatkan pekerjaan berbasis teknologi, sementara generasi yang lebih tua sering kali terputus daripeluang ini. Kesenjangan ini dapat menciptakan ketegangansosial, di mana generasi tua merasa terabaikan atau tertinggal, sementara generasi muda merasa tidak dipahami atau dihargaioleh orang tua mereka. Hal ini juga dapat memperburukpolarisasi sosial, di mana dua generasi ini cenderung bergerakdalam jalur yang berbeda, sulit untuk saling memahami, dan bahkan mungkin memandang satu sama lain dengan skeptisisme(Cahyono, J. P. 2024).

Membangun Jembatan: Solusi untuk Kesenjangan Digital

Membangun jembatan antara generasi yang berbeda dalammenghadapi revolusi digital adalah langkah penting untukmenciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adaptif. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan memberikanpendidikan dan pelatihan teknologi kepada generasi yang lebihtua. Program pelatihan digital yang mudah diakses dan dipahami, seperti kursus online atau pelatihan berbasiskomunitas, dapat membantu mereka untuk lebih familiar denganteknologi yang semakin mendominasi kehidupan sehari-hari. Selain itu, pemerintah dan sektor swasta dapat bekerja samauntuk menyediakan akses teknologi yang lebih luas bagimasyarakat yang kurang mampu, agar mereka tidak tertinggaldalam perkembangan ekonomi digital (Haris, I. P., Setiawan, Y. I. N., Rendi, R., & Fajarwati, N. K. 2024).

Generasi muda juga perlu diajarkan untuk lebihmenghargai dan memahami nilai-nilai tradisional yang telah adasebelum digitalisasi. Meskipun teknologi membawa banyakkemudahan, penting bagi generasi muda untuk memahamibahwa banyak aspek kehidupan yang tidak dapat digantikan oleh mesin atau internet. Nilai-nilai seperti kebersamaan, penghormatan terhadap orang tua, dan kerja keras tetap relevanmeskipun kita hidup di dunia yang serba digital. Penting pula untuk menumbuhkan empati antara generasi muda dan tua. Generasi muda perlu menyadari bahwa tidak semua orang memiliki kesempatan atau akses yang sama terhadap teknologi. Sebaliknya, generasi yang lebih tua perlu diberikan ruang untukbelajar dan beradaptasi dengan teknologi tanpa merasa tertekanatau dihakimi (Simanullang, C. N., & Ginting, Y. 2024).

Penutup

Revolusi digital membawa banyak manfaat dan tantangan. Meskipun banyak peluang yang dapat dimanfaatkan, ketimpangan antara generasi yang lebih muda dan yang lebih tuamenjadi masalah yang perlu segera diatasi. Agar tidak terjadipolarisasi sosial yang lebih dalam, kita harus mampumembangun jembatan antara kedua generasi ini. Denganpendidikan, pelatihan, dan pemahaman bersama, kita dapatmenciptakan masyarakat yang inklusif, di mana teknologi tidakmenjadi pemisah, tetapi justru menjadi alat untuk mempererathubungan antar individu dan antar generasi. Dengan cara ini, kita tidak hanya akan mampu menghadapi tantangan di era digital, tetapi juga menjaga nilai-nilai kemanusiaan yang pentingdalam setiap perubahan yang kita hadapi.

Daftar Pustaka

Hisyam, C. J., Rodja, Z., Salsabila, N., & Lubis, N. P. (2024). Transformasi Sosial-Ekonomi dalam Era Ekonomi Digital: Analisis Sosiologi Ekonomi terhadap Dinamika Platform Online. JURNAL ILMIAH EKONOMI, MANAJEMEN, BISNIS DAN AKUNTANSI, 1(2), 01-13.

Asikin, M. Z., & Fadilah, M. O. (2024). Masa DepanKewirausahaan dan Inovasi: Tantangan dan Dinamikadalam Era Digital. Jurnal Syntax Admiration, 5(1), 303-310.

Andzani, D. (2023). Dinamika Komunikasi Digital: Tren, Tantangan, dan Prospek Masa Depan. Jurnal Syntax Admiration, 4(11), 1964-1976.

Agustina, R., Nur'aini, S., Nazla, L., Hanapiah, S., & Marlina, L. (2023). Era digital: Tantangan dan peluang dalam dunia kerja. Journal of economics and business, 1(1), 1-8.

Haris, I. P., Setiawan, Y. I. N., Rendi, R., & Fajarwati, N. K. (2024). Tren Terkini Dalam Ilmu Komunikasi Di Indonesia: Antara Transformasi Digital Dan DinamikaBudaya. Filosofi: Publikasi Ilmu Komunikasi, Desain, Seni Budaya, 1(1), 140-149.

Ammar, M. A. (2023). Globalisasi dalam DinamikaKontemporer: Studi Kasus Perubahan Sosial dan Transformasi Budaya. JECTH: Journal Economy, Technology, Social and Humanities, 1(2).

Cahyono, J. P. (2024). Dinamika Ekonomi Pariwisata: Transformasi Global dan Tantangan Lokal. E-Libs Economics Departement, 1-24.

Simanullang, C. N., & Ginting, Y. (2024). Dinamika KehidupanSosial Ekonomi Kota Tukang Ojek Online (GOJEK). Jurnal Multidisiplin Ilmu Akademik, 1(3), 570-577.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image