Alasan Mengapa Siswa Laki-Laki Lebih Banyak Menjadi Korban Bullying dan Cara Mengatasinya
Eduaksi | 2024-12-02 18:42:23Masalah bullying semakin meningkat di kalangan siswa di Indonesia. Fenomena ini berdampak pada kesehatan mental dan fisik anak, serta keseluruhan lingkungan sekolah. Siswa laki-laki cenderung lebih sering mengalami pelecehan dibanding siswa perempuan. Artikel ini akan membahas alasan di balik fenomena ini dan cara untuk menangani serta mencegah pelecehan di sekolah.
Alasan mengapa laki-laki sering mengalami bullying adalah sebagai berikut:
Norma Gender dan Perilaku Sosial
Siswa laki-laki sering terjebak dalam norma gender yang mengharuskan mereka menunjukkan kekuatan dan ketahanan. Seorang siswa laki-laki lebih mungkin menjadi korban bullying jika dia dianggap "lemah" atau tidak memenuhi standar. Penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan dalam kekuatan fisik, status sosial, dan kemampuan komunikasi dapat berpengaruh pada perilaku bullying.
Lingkungan Sekolah yang Tidak Mendukung
Suasana sekolah yang tidak mendukung dan guru yang tidak memantau interaksi sosial di kelas dapat memicu terjadinya bullying. Banyak kasus bullying tidak terdeteksi karena kurangnya kepedulian guru terhadap situasi sosial di dalam kelas. Ketiadaan program pencegahan bullying di sekolah memperburuk keadaan ini.
Pengaruh Teman Sebaya
Anak-anak, khususnya laki-laki, sangat dipengaruhi oleh teman-teman mereka. Tekanan dari teman sebaya dapat mendorong perilaku bullying sebagai upaya untuk mendapatkan pengakuan atau status di kelompok. Seorang siswa laki-laki bisa menjadi korban ejekan atau intimidasi jika dia tidak memenuhi ekspektasi dari teman-temannya.
Faktor Keluarga
Pola asuh orang tua juga memainkan peran penting dalam perilaku anak. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang tidak harmonis atau sering menyaksikan kekerasan cenderung meniru perilaku tersebut di sekolah. Hal ini menciptakan siklus kekerasan yang sulit untuk diputus. Bullying sendiri dapat memberikan dampak serius dan bisa berlangsung seumur hidup. Masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD) adalah hal yang umum terjadi pada mereka yang menjadi korban pelecehan. Di samping itu, mereka berisiko mengalami penurunan prestasi akademik dan kesulitan dalam bersosialisasi. Terkadang, bullying bahkan dapat berujung pada tindakan bunuh diri.
Cara Mengatasi Bullying
Membangun Kesadaran di Sekolah: Sekolah seharusnya menjadi lingkungan yang aman bagi seluruh siswa. Baik guru maupun siswa perlu diberikan pendidikan untuk menghentikan pelecehan yang terjadi. Institusi pendidikan perlu memiliki kebijakan anti-bullying yang jelas dan tegas, serta melibatkan semua pihak dalam penerapannya.
Pendidikan tentang Empati dan Persahabatan
Pendidikan karakter yang memfokuskan pada nilai persahabatan dan empati perlu dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Dengan mengajarkan siswa untuk menghargai perbedaan dan memahami perasaan orang lain, jumlah kejadian bullying dapat diminimalkan. Kegiatan kelompok yang mendukung kolaborasi juga bisa membantu menciptakan hubungan yang baik di antara siswa.
Peran Orang Tua
Orang tua dapat membantu mencegah bullying dengan berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak mereka. Mereka dapat membantu mengenali tanda-tanda bullying lebih awal. Selain itu, orang tua perlu menjelaskan kepada anak-anak mengenai konsekuensi dari tindakan yang mereka ambil serta memberikan teladan perilaku yang positif.
Pengawasan dan intervensi yang lebih ketat diperlukan di sekolah
Guru perlu dilatih untuk mengenali tanda-tanda bullying dan cara memberikan respons yang sesuai. Dengan melakukan intervensi segera, dampak jangka panjang bagi korban dan pelaku bullying dapat dihindari.
Saluran Pelaporan Sekolah
Sekolah perlu menyediakan tempat yang aman bagi siswa untuk melaporkan kasus pelecehan. Ini termasuk membangun sistem anonim agar siswa merasa lebih nyaman dalam berbagi pengalaman mereka.
Kesimpulan
Semua pihak yang terlibat, termasuk sekolah, orang tua, dan masyarakat, harus memberikan perhatian yang besar terhadap masalah bullying anak. Diperlukan pendekatan yang komprehensif yang melibatkan semua pihak untuk mengatasi pelecehan terhadap siswa laki-laki. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan saling menghormati, perubahan paradigma dalam sistem pendidikan sangat diperlukan. Dengan memahami alasan di balik faktanya bahwa siswa laki-laki kerap menjadi korban dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang efektif, kita dapat mewujudkan lingkungan belajar yang lebih aman dan inklusif bagi semua siswa.
Setiap individu memiliki peran yang sangat penting dalam memutus rantai kekerasan. Kesadaran individu, dukungan sosial, dan kebijakan yang sistematis adalah semua elemen yang saling berhubungan untuk menciptakan perubahan positif. Untuk mengatasi bullying, sangat penting untuk memperkuat hubungan antarsiswa dan meningkatkan pemahaman mengenai dampak negatifnya. Kita harus bersatu untuk membangun budaya pendidikan yang bebas dari pelecehan. Budaya ini akan memberikan kesempatan kepada setiap siswa laki-laki dan perempuan untuk tumbuh, berkembang, dan mencapai potensi maksimal mereka dengan aman.
Referensi
https://www.detik.com/jatim/berita/d-7514421/ini-penyebab-anak-jadi-korban-hingga-pelaku-bullying
https://www.unesa.ac.id/bullying-marak-di-sekolah-pakar-psikologi-anak-unesa-ungkap-penyebab-dan-solusinya
https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/humanlight/article/download/1741/1084/5012
https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/SOSIO-FITK/article/download/4385/pdf
https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/orang-orang-ini-rentan-jadi-korban-bullying
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43876/1/RISHA%20DESIANA%20SUHENDAR-FDK.pdf
https://www.halodoc.com/artikel/6-hal-penyebab-anak-menjadi-pembully
https://www.halodoc.com/artikel/5-alasan-anak-jadi-pelaku-bullying
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.