200 Penepok Didong dan 3 Ceh Didong Meriahkan Pembukaan Desember Kopi Gayo 2024
Sastra | 2024-11-29 22:30:35TAKENGON – Suara khas didong tepuk runcang menggema di Taman Arboretum, Bener Meriah, pada pembukaan Festival Desember Kopi Gayo 2024, Sabtu, 30 November 2024. Sebanyak 200 penepok didong bersama tiga ceh maestro dari Bener Meriah tampil memukau, memberikan suasana penuh keindahan budaya khas Gayo.
Pertunjukan didong menjadi salah satu sorotan utama dalam pembukaan festival yang telah memasuki tahun kedelapan ini. Dengan kekompakan gerakan tangan dan irama yang penuh dinamika, para penepok didong akan menarik perhatian tamu undangan.
“Didong adalah seni yang merepresentasikan jiwa dan tradisi masyarakat Gayo. Kehadiran 200 penepok ini menjadi simbol kebersamaan dan kekayaan budaya kita,” ujar Fikar W. Eda, Ketua sekaligus Founder Desember Kopi Gayo.
Tiga ceh maestro didong, yang dikenal sebagai pelestari seni tradisional ini, juga menunjukkan kepiawaian mereka dalam menyampaikan syair-syair bermakna mendalam yang memadukan kisah tentang kopi, budaya, dan kehidupan masyarakat Gayo. Pertunjukan tersebut tidak hanya memeriahkan suasana, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga warisan budaya.
Menurut Fikar, kehadiran seni didong dalam Desember Kopi Gayo bukan sekadar hiburan, tetapi juga wujud apresiasi terhadap tradisi Gayo yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. “Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa seni tradisional seperti didong memiliki nilai yang tak ternilai, sekaligus menjadi bagian dari identitas masyarakat Gayo,” tambahnya.
Pembukaan Desember Kopi Gayo 2024 ini juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan lain, termasuk pembacaan puisi oleh Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri, penghargaan kepada kreator kopi, dan penampilan seni lainnya. Festival ini akan berlangsung hingga akhir Desember dengan berbagai acara yang bertujuan mempromosikan kopi, budaya, dan pariwisata Gayo.
Dengan tampilnya 200 penepok didong dan tiga ceh maestro, Desember Kopi Gayo 2024 membuktikan bahwa seni tradisional Gayo tetap hidup dan relevan, sekaligus menjadi daya tarik yang memperkuat posisi Gayo sebagai pusat budaya dan pariwisata berbasis kopi.(*)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.