Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nur Azizah

Sayap yang Patah

Sastra | 2024-11-29 13:46:44

Cuaca malam ini terlihat berbeda dari biasanya. Kali ini cuaca nya terlihat lebih dingin karena angin yang tertiup kencang bahkan rintik rintik hujan mulai turun mengguyur membasahi bumi. Rintik rintik hujan tadi membesar menjadi hujan yang lebat, tiupan angin semakin kencang, bahkan gemuruh petir saling menyambar.
Di dalam rumah tepatnya di gudang seorang gadis meringkuk kedinginan di lantai keramik tanpa adanya alas dengan bibir yang pucat dan bergetar. Sudah setengah jam lebih ia meringkuk dan menangis akibat menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya.
Ia tak tau kesalahan apa yang ia buat hari ini. Tadi tiba tiba saja ayahnya Rama, menyiksanya dengan cara di cambuk padahal luka pada punggungnya saja belum kering tapi sudah mendapatkan luka lagi. angin di luar semakin bertiup kencang dengan hujan yang semakin deras seakan akan ikut merasakan kesedihan gadis ini.
Muna Humaira kerap kali disapa muna. Ia adalah gadis yang berumur 16 tahun. Ia adalah anak tunggal dari pasangan suami istri yang bernama Ria dan Rama. Sedari kecil muna sering kali mendapatkan siksaan dari orang tuanya. muna hanya bisa pasrah mendapatkan perlakuan seperti itu, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Muna harus merasakan berbagai siksaan dari ria dan rama entah apa kesalahan yang ia perbuat sampai keduanya terus menerus menyiksa dirinya.
Bruk Pintu gudang terbuka dengan kasar menampilkan seorang wanita yang membawa piring
"Nih makan jangan cuman nyusahin aja jadi orang" ucapnya wanita itu, ia adalah ria ibunya muna. Ria menyodorkan piring yang berisi nasi itu ke arah muna yang sudah terduduk.
"M-mak-kasih i-ibu" ucap muna terbata. Ia mengambil piring itu dan berlahan memakan nya. Ria yang melihat itu mendekat dan mengambil alih piring itu dari tangan muna ke tangannya. Ia mengambil nasi dan mengarahkannya ke muna dengan paksa ia menyuruh muna untuk membuka mulut."Nih makan! Mulutnya jangan di tutup mulu" bentaknya. Muna dengan paksa membuka mulutnya. dengan kasar ria mendorong muna sampai gadis itu terjungkal ke belakang. "Lo jangan berani keluar dari gudang ini ya awas aja kalo sampai Lo keluar" ucap ria setelah itu pergi meninggalkan muna sendiri
Keesokan harinya Muna sudah di perbolehkan keluar dari gudang dan sekarang ini ia sedang di dapur dan disibukkan memasak untuk kedua orangtuanya. Ia harus segera menyelesaikan masakannya agar tidak telat ke sekolah. Setelah selesai memasak ia pergi ke sekolah dan setelah pulang sekolah ia harus mengerjakan pekerjaan rumah lagi yang berantakan. Itu adalah kegiatan muna sehari hari, bahkan jika ia sedang di siksa pun ia harus di paksa untuk membersihkan rumah. Di rumah ini memang tidak ada pembantu mereka sengaja tidak mempekerjakan pembantu tentu alasannya agar muna yang mengerjakan semua itu. Saat ini muna sedang mencuci banyak pakaian yang kotor, cuciannya semakin banyak akibat semalam ia di kurung di gudang.
" Muna...muna...muna sini kamu" mendengar teriakan dari sang ayah muna sontak berlari menghampiri sang ayah.
"I-iya ayah ada apa?" Tanya muna
"Ayah? Siapa yang kamu panggil ayah?" Tanya ria. Membuat muna terdiam
"Saya gak Sudi kamu panggil ayah" ucap Rama
"Aku ini anak ayah sama ibu kenapa aku gak boleh manggil ayah itu ayah..?" Ucap muna
" kamu itu hanya saya anggap pembantu" bentak Rama. Ia bangkit dan menarik rambut muna ke belakang, membuat kepala muna mendongak ke atas.
"K-kenapa ayah ngomong gitu?" Tanya muna
"Kenapa? Itu karna kamu anak gak di inginkan di rumah ini " ucap Rama dengan menakan kata yang ia ucapkan.
"Kenapa ayah... kenapa aku gak diinginkan?" Tanya muna
"Kami hanya menginginkan anak laki-laki bukan perempuan" ucap ria
"Kenapa?" Tanya muna
"Karena perempuan tidak bisa mewariskan harta keluarga saya, perempuan itu tidak bisa apa apa selain bisanya cuman merepotkan!" Ucap rama. Sejak dulu ia dan ria sangat menginginkan anak laki laki namun yang lahir adalah perempuan dan sejak itu mereka selalu acuh dan kasar pada muna
Sedangkan muna ia menitihkan air mata ternyata selama ini ia anak yang tidak di inginkan. Ia harus apa? Inikah takdirnya?. Ia tidak tau harus berbuat apa sekarang.
"Udah Taukan kenapa alasan saya memperlakukan kamu layaknya seorang pembantu?" Tanya rama yang semakin erat menjambak rambut muna
"Tapi ayah aku ini anak ayah dan ibu, aku juga pengen dapat kasih sayang kalian, aku mohon ayah dan ibu terima aku sebagai anak kalian" ucap muna memohon
"Kami gak akan memberikan kamu kasih sayang muna... Kamu itu anak gak guna kamu anak gak di inginkan di rumah ini" teriak ria
"aku anak ayah sama ibu kenapa kalian jahat sama aku? Ibu... Ibu juga perempuan kan kenapa ibu kaya gini sama aku?, seandainya ibu diperlakukan kaya aku ibu bakal apa Bu? Ibu harus berbuat apa?" Ucap muna. Anak mana yang tidak sedih saat tau ia anak yang tidak di inginkan
"Kamu itu harusnya bersyukur muna karena kami mau membiayai kamu sekolah, kamu harus berterimakasih sama kami jangan cuman nyusahin aja bisanya" ucap Rama
"Aku bersyukur dan berterimakasih sama kalian tapi aku juga membutuhkan kasih sayang kalian sebagai orangtua...dimana letak nyusahin aku sebagai anak ayah? Aku melakukan apa yang ayah katakan,aku menerima ketika kalian memperlakukan aku layaknya seorang pembantu, aku menerima ketika kalian nyiksa aku...sekarang katakan dimana letak nyusahin aku?"Ucap muna sesegukan
"Kami tidak akan pernah menganggap kamu sebagai anak kami, kami tidak akan Sudi! Kamu itu anak yang gak guna " ucap Rama tanpa mau mengatakan dimana letak menyusahkan muna, ia menghempaskan jambakannya dengan kasar setelah itu ia pergi meninggalkan ria dan muna berdua
"Ingat ini baik baik muna saya dan suami saya tidak akan pernah Sudi menganggap kamu anak saya!" Ucapnya setelah itu ia juga pergi
"Apakah setelah aku mengungkapkan sesuatu kalian akan tetap tidak menginginkan aku?" Tanyanya lirih seolah olah orangtuanya ada di situ dan dapat mendengar. Ia bangkit dan pergi menuju kamarnya yang berada dekat dapur.
Keesokan harinya Saat ini muna berjalan dengan tatapan kosong ia baru saja dari rumah sakit. Dan dokter menyatakan bahwa penyakit leukimia nya semakin parah, kanker darah yang menghancurkan kesehatan dirinya sedikit demi sedikit. Ingin melakukan kemoterapi pun rasanya percuma penyakitnya sudah parah orangtuanya juga tidak memberinya uang. Dan akhir akhir ini rambutnya semakin rontok tubuhnya semakin lemah.
Ia berjalan sempoyongan kepalanya tiba tiba sakit, ia melihat jalan namun jalanan itu seakan akan berkunang kunang. Ia terus berjalan namun tiba tiba tubuhnya seakan akan melayang dan terhempas begitu saja kepalanya terbentur sesuatu. Ia pingsan orang orang sekitar yang melihat itu membawa muna ke rumah sakit.Di rumah sakit kedua orang tua muna sudah datang dan menunggu di depan ruang ICU. Wajah kedua pasangan itu tampak khawatir, meskipun mereka tidak menganggap muna anak namun jauh di lubuk hati mereka,mereka sangat sedih saat tau anak satu-satu nya mereka kecelakaan sampai masuk ICU.Setelah sekian lama dokter yang menangani muna keluar.
"Bagaimana dok keadaan anak saya?" Tanya rama. Ia menghampiri sang dokter
"Dok keadaan anak saya tidak Parah kan dok? Dia baik baik saja kan dok? " Tanya Ria
"Mohon maaf bapak ibu tuhan berkehendak lain saudari muna tidak dapat kami selamatkan dan kami menemukan bahwa saudari muna mempunyai penyakit leukimia stadium akhir di tambah terjadi benturan yang keras pada bagian kepalanya, yang menyebabkan ia tidak bisa diselamatkan" ucap dokter. Leukimia? Ria dan Rama saling pandang mereka tidak tau bahwa anak mereka memiliki penyakit itu. Pantas saja saat semalam Rama menjambak rambut muna, terdapat rambut di tangannya yang rontok. Ria dan Rama menangis mereka berlari masuk kedalam ruangan menghampiri anak mereka memeluk dan meminta maaf atas perlakuan mereka selama ini, mereka menangis meminta muna untuk kembali pada mereka namun takdir berkata lain. Namun nasi sudah menjadi bubur, menyesal pun sudah tak ada gunanya.
Muna Humaira Gadis yang sedari kecil merasakan penyiksaan, penderitaan bahkan ia hidup layaknya seorang pembantu, Dia anak yang tidak diinginkan dari kecil ia harus mandiri melakukan sesuatu yang tidak bisa ia lakukan namun dengan lapang dada ia harus melakukannya. Kini gadis kecil itu sudah tiada, ia sudah tenang di alam sana membawa sebuah luka yang belum sempat diobati.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image