Bab 6: Kembalinya Sang KsatriaSetelah kematian Sultan Trenggono dalam pertempuran di Blambangan, Demak berada dalam kekacauan. Tanpa pemimpin yang kuat, perebutan takhta terjadi di dalam istana. Pangeran Sekar Seda Lepen, yang berambisi menggantikan posisi Sultan Trenggono, berusaha menguasai Demak. Namun, pihak-pihak yang berkuasa di kerajaan mulai terpecah, dan Ratu Kalinyamat, putri Sultan Trenggono, dengan bijaksana memutuskan untuk memimpin Jepara.
Di sisi lain, Joko Tingkir, yang terpaksa melarikan diri dan mengasingkan diri karena fitnah, mendengar kabar tentang kemelut ini dan memutuskan untuk kembali.---Mengumpulkan DukunganSaat Joko Tingkir tinggal di hutan, jauh dari kehidupan istana, ia menerima kunjungan dari seorang wanita yang telah lama mengenalnya: Siti, yang berasal dari desa tempat ia tinggal selama pengasingannya. "Siti, ada kabar buruk dari Demak," kata Joko dengan nada serius. "Setelah Sultan Trenggono wafat, kerajaan terpecah. Pangeran Hadiri kini menguasai Demak, namun rakyat mulai menderita di bawah kepemimpinannya. Ada banyak yang menginginkan perubahan.
"Siti mengangguk dengan cemas. "Rakyat di Jepara juga menderita, Joko. Ratu Kalinyamat membutuhkan bantuanmu untuk membalaskan dendam atas kematian Sultan Trenggono. Namun, banyak pihak yang berusaha menghalangi. Jika kamu kembali, mungkin bisa membalikkan keadaan."Joko menatap jauh ke depan. Hatinya bergejolak, tetapi ia tahu bahwa ini adalah saat yang tepat. "Aku harus kembali, Siti. Pajang belum sepenuhnya aman, dan Demak serta Jepara membutuhkan pemimpin yang adil dan kuat. Aku akan berusaha membantu mereka."Joko memutuskan untuk kembali ke Pajang dan mengumpulkan pasukan dari desa-desa yang masih setia padanya. Dalam waktu singkat, ia berhasil mengumpulkan kekuatan untuk melawan penguasa yang semakin tiran di Demak dan Jepara.
---Perjalanan Menuju Pajang
Joko berangkat dengan pasukannya, melintasi hutan belantara dan medan yang sulit. Setiap langkah terasa berat, tetapi tekadnya semakin kuat. Ia tahu, jika ia berhasil mengalahkan musuh-musuhnya, Pajang akan menjadi tempat yang aman bagi rakyat, tempat yang dapat mereka andalkan. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan beberapa pejuang yang setia pada Sultan Trenggono. Salah satu di antaranya adalah Sunan Prawoto, yang sempat terlibat dalam konflik internal Demak. Mereka memiliki pertemuan singkat untuk menyamakan visi."Sunan," kata Joko, "Kita harus bersatu. Pajang harus menjadi tempat yang lebih baik bagi rakyat. Kita harus mengembalikan kejayaan yang hilang.
"Sunan Prawoto mengangguk setuju, meskipun di dalam hatinya ia merasakan beban berat. "Kita akan mendukungmu, Joko. Kita semua tahu bahwa Demak telah runtuh, dan kita tidak bisa lagi terpecah. "Dengan kekuatan yang semakin besar, Joko dan pasukannya menuju Jepara untuk bertemu dengan Ratu Kalinyamat, yang meminta bantuannya untuk membalaskan dendam atas kematian Sultan Trenggono.
---Pertemuan dengan Ratu Kalinyamat.
Setibanya di Jepara, Joko Tingkir menemui Ratu Kalinyamat, yang menyambutnya dengan rasa hormat. Ia adalah wanita yang bijaksana dan penuh kemauan keras, seperti yang diwariskan dari ayahnya, Sultan Trenggono."Joko," kata Ratu Kalinyamat dengan suara tenang, namun penuh harapan. "Aku tahu kamu adalah orang yang tepat untuk memimpin kita. Tidak hanya untuk Jepara, tetapi untuk masa depan Jawa. Demak telah runtuh, dan Pangeran Hadiri yang menggantikannya tidak dapat diandalkan. Kamu adalah harapan terakhir bagi kami."Joko menundukkan kepala, merasa terhormat sekaligus terbebani. "Aku akan bantu, Ratu. Namun, ini bukan hanya tentang membalaskan dendam Sultan Trenggono. Kita harus menjaga keadilan untuk rakyat.
Hanya dengan itu kita bisa membangun kembali Jawa."Ratu Kalinyamat memandangnya dengan mata penuh harapan. "Aku tahu kamu seorang ksatria, Joko. Bukan hanya dalam pertempuran, tetapi juga dalam hati."
---Menghadapi Pangeran Hadiri dan Mengambil Takhta
Meskipun Joko berjanji membantu Ratu Kalinyamat, ia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah. Pangeran Hadiri, suami Ratu Kalinyamat, adalah penguasa yang tidak mudah dikalahkan. Ia adalah keturunan Sultan Trenggono dan memiliki pasukan yang cukup kuat di Demak.Namun, dalam beberapa bulan terakhir, pemerintahan Pangeran Hadiri di Demak semakin kontroversial. Meskipun ia memegang kekuasaan, banyak rakyat yang merasa tidak puas dengan pemerintahannya. Mereka merindukan seorang pemimpin yang bisa membawa perdamaian dan keadilan, dan itulah yang dimiliki oleh Joko Tingkir.
Pasukan Joko melanjutkan perjalanan ke Demak, siap menghadapi apa pun yang datang. Dalam pertempuran di luar kota Demak, pasukan Joko bertemu dengan pasukan Pangeran Hadiri. Meski jumlah pasukan Joko lebih sedikit, semangat juang mereka tidak terbendung. Pada akhirnya, pertempuran itu berakhir dengan kemenangan Joko, meskipun tanpa membunuh banyak pihak. Pangeran Hadiri akhirnya mengundurkan diri setelah melihat banyak rakyat yang mendukung Joko. Ia sadar bahwa masa pemerintahannya sudah berakhir.
---Membangun Pajang.
Setelah kemenangan tersebut, Joko kembali ke Pajang, yang kini menjadi pusat kekuasaan baru di Jawa. Ia tidak hanya menguasai Demak, tetapi juga mulai membangun kembali kerajaannya. Pajang yang semula dianggap sebagai wilayah kecil, kini menjadi kerajaan yang lebih besar dan lebih stabil di bawah kepemimpinannya.
Dalam satu malam yang sunyi, Joko dan Siti duduk di bawah pohon besar di taman istana. “Siti, aku tahu ini baru permulaan. Pajang adalah rumah baru bagi rakyat. Kita harus membangun kehidupan yang lebih baik untuk mereka,” kata Joko.Siti tersenyum, merasakan kedamaian yang telah lama hilang. “Aku tahu kamu bisa, Joko. Kita akan membangun bersama.”
---Penutupan
Dengan kembalinya Joko Tingkir dan kemenangan atas Pangeran Hadiri, Pajang kembali bangkit. Keputusan Joko untuk menjaga keadilan bagi rakyat, bukan hanya mengejar kekuasaan pribadi, menjadikannya seorang pemimpin yang dihormati. Sebagai penguasa yang adil dan bijaksana, ia bukan hanya membangun kerajaan, tetapi juga memberikan harapan bagi rakyat Jawa yang telah lama menderita.---