Gladiator: Hiburan Brutal nan Populer Masyarakat Romawi Kuno
Sejarah | 2024-11-28 16:45:51Gladiator, mendengar kata itu mungkin beberapa dari kita langsung membayangkan hal-hal ataupun pertarungan yang sadis. Namun, gladiator tidak sebrutal dari yang kita bayangkan maupun yang digambarkan di media-media populer seperti, film, novel, dan lain sebagainya. Lalu, apa sih Gladiator itu, apa sejarahnya dan bagaimana seseorang bisa menjadi Gladiator? Simak penjelasan berikut ini ya!
Gladiator termasuk kegiatan olahraga ataupun permainan yang ada pada zaman Kekaisaran Romawi. Awalnya merupakan sebuah bagian dari ritual pemakaman untuk menghormati dan menenangkan arwah orang yang telah meninggal melalui pengorbanan darah dan pertama kali diperkenalkan pada tahun 264 SM. Seiring berjalannya waktu, permainan ini kehilangan makna spiritualnya dan berubah menjadi alat propaganda politik. Awalnya permainan ini dibiayai oleh keluarga pribadi, namun kemudian permainan gladiator mulai diatur oleh negara setelah pemberontakan budak yang dipimpin oleh Spartacus pada tahun 73 SM. Pada masa kekuasaan Kaisar Agustus, permainan gladiator mulai dibatasi untuk mengurangi kekuasaan aristokrat, sementara kaisar selanjutnya memonopoli acara ini untuk menunjukkan otoritas mereka. Gladiator diikuti oleh tawanan perang, budak, kirimal, hingga sukarelawan yang mencari ketenaran maupun penghidupan.
Saking terkenalnya permainan ini, seorang gladiator pada zaman dahulu sama seperti bintang film pada zaman sekarang. Meskipun permainan ini tak jarang menimbulkan korban jiwa bagi peserta, namun tetap saja banyak dari masyarakat yang tertarik untuk berpartisipasi dalam permainan ini dengan harapan dapat memenangkan hadiah uang maupun simbol kehormatan seperti mahkota atau cabang palem. Para pemain yang bertahan hingga pensiun diberikan sebuah pedang kayu sebagai tanda pembebasan. Adapun lima tipe gladiator yang dibedakan berdasarkan senjata yang digunakan, baju baja yang dikenakan, serta gaya pertarungan yang dilakukan. Berikut adalah tipe-tipenya:
- Murmillo, gladiator berbaju besi tebal yang menggunakan perisai besar dan lonjong serta pedang yang disebut gladius.
- Thraxes, memakai baju baja yang mirip dengan Murmillo, tetapi dengan perisai yang lebih kecil dan pedang melengkung yang disebut thracian.
- Retiarius, gladiator yang menggunakan jaring besar dan trisula.
- Essedarius, gladiator yang berkuda.
- Hoplomachus, gladiator yang membawa tombak lempar, pedang yang pendek, perisai bundar, dan memakai helm berbulu.
Dalam permainan gladiator, pesertanya tidak hanya laki-laki, namun juga ada perempuan. Masyarakat pada saat itu menganggap hal itu sebagai hiburan yang aneh dan bukan sebagai permainan gladiator pada umumnya.
Gladiator sering bertarung dengan lawan yang dipasangkan berdasarkan tipe yang dianggap cocok atau saling melengkapi. Murmillos sering diadu dengan Thracians, Hoplomachus, atau Retiarius. Permainan ini diatur dengan ketat dan diawasi oleh seorang wasit. Tidak semua permainan berakhir dengan kematian. Justru kematian adalah hal yang dihindari karena pelatihan dan pemeliharaan gladiator yang sangat mahal, sehingga pemilik gladiator lebih memilih agar mereka bertahan hidup selama mungkin. Namun, pada awal pembangunan Colosseum, banyak pertarungan yang berakhir dengan kematian, tetapi dengan seiringnya waktu, di mana biaya penggantian gladiator yang tewas sangat tinggi, maka pertarungan menjadi kurang mematikan.
Permainan ini diadakan sekitar sepuluh hingga dua belas hari per tahun yang sering kali bertepatan dengan perayaan Saturnalia. Gladiator, yang sebagian besar adalah budak, tawanan, atau kriminal, bisa mendapat pengampunan jika mereka menunjukkan keberanian. Meskipun kehidupan seorang gladiator brutal dan dianggap golongan rendah, mereka dihormati karena ketangguhan dan keberanian mereka. Selain itu, gladiator sering dianggap sebagai objek kekaguman dan kontroversi.
Dengan bergantinya kekuasaan serta datangnya agama Kristen, pertunjukan gladiator mulai jarang dilakukan. Protes dan pertentangan muncul dari umat Kristiani supaya permainan ini dihentikan. Hingga pada masa Kaisar Konstantin I, pertarungan gladiator akhirnya dihapuskan pada tahun 326 M.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.