Maras Taun dalam Kacamata Pendidikan Pancasila dan Antropologi Budaya
Eduaksi | 2024-11-20 18:58:23Maras Taun adalah tradisi yang berasal dari Daerah Belitung tepatnya di Provinsi Bangka Belitung. Maras Taun berasal dari kata maras yang berarti kegiatan membersihkan duri-duri kecil dari tanaman, yang dimaksud dengan membersihkan duri adalah kegiatan membersihkan atau menyelesaikan semua masalah dan taun yang berarti tahun. Jadi, dapat kita tarik pengertian dari Maras Taun berarti pergantian tahun, dari tahun lama ke tahun baru. Ritual ini nantinya akan dipimpin oleh dukun (pemangku adat) bersama masyarakat.
Dalam perayaannya Maras Taun biasanya diselenggarakan dengan ditandai dengan pembuatan satu lepet ketan berukuran besar dan kecil berjumlah banyak yang nantinya akan dibagikan kepada tamu dan masyarakat sekitar. Lepat ini biasanya dimasak oleh masyarakat desa yang menyelenggarakan acara Maras Taun tersebut.
Selain itu, di acara Maras Taun ini juga terdapat kegiatan lainnya seperti menyanyikan lagu daerah berjudul Maras Taun selama acara berlangsung, doa bersama, dan penampilan Tarian Lesong Panjang, yaitu tarian yang menggambarkan pemuda-pemudi menumbuk gabah untuk melepaskan kulit dari biji beras yang nantinya akan dimasak menjadi lepet dengan berbagai ukuran. Selain dari lepat tadi, dikarenakan Daerah Belitung yang kaya akan hasil laut, biasanya juga disajikan ketam (kepiting) untuk para kepala daerah atau bupati.
Kegiatan Maras Taun ini bukan hanya diikuti oleh orang yang sudah berumur saja tetapi kegiatan ini juga diikuti oleh muda-mudi Belitung tanpa terkecuali. Dalan kegiatan ini, memunculkan rasa kebersamaan sesama masyarakat desa,rasa cinta tanah air, dan nasionalisme sebagai Warga Negara Indonesia untuk mencintai dan terus melestarikan tradisi yang ada hingga nantinya bisa diteruskan nantinya oleh generasi selanjutnya.
Kegiatan Maras Taun ini sesuai dengan Pendidikan Pancasila sebagai ideologi negara yang realistis yang artinya menggambarkan Masyarakat Indonesia sesuai dengan kelima rangkai nilai Pancasila di mana bisa kita maknai bahwa pancasila dibuat dengan didasari oleh kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di dalam masyarakat Indonesia. Dalam kacamata pancasila, tradisi Maras Taun ini juga bisa menjadi wadah untuk penguatan jiwa nasionalis, peduli terhadap sesama, dan cinta tanah air yang sekarang sudah mulai luntur.
Dalam kacamata Antropologi, kegiatan ini bisa kita lihat dari sejarah asal mula terciptanya Maras Taun itu sendiri, dimulai dari Masyarakat Belitung yang tinggal di dalam kubok atau parong yang terletak di tengah hutan. Awal mulanya masyarakat membuka hutan dengan tujuan untuk membuka lahan sebagai tempat menanam padi karena awalnya makanan utama masyarakat Belitung adalah beras. Dari tempat tinggal mereka tadi jadilah perkampungan ataupun desa yang ada di Belitung yang kita kenal sekarang.
Jadi, bisa kita simpukan bahwa Maras Taun ini terbentuk karen adanya kegiatan masyarakat untuk bertahan hidup dengan mencari makan. nah, dari hal tersebut juga terbentuklah kegiatan Maras Taun sebagai penanda ucapan rasa syukur kepada Tuhan YME. Antropologi yang kita pelajari sekarang terkhususnya Antropologi Budaya menyebutkan bahwa manusia tidak lepas dari kebudayaan yang artinya kebudayaan berasal dari kebiasaan masyarakat dari cara betahan hidup dan cara berinteraksi. Maras taun juga bisa mempengaruhi bagaimana masyarakat tesebut berinteraksi antara sesama mahluk sosial di kehidupan sosial.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.