Cinta Murid dan Cinta Ilmu
Didaktika | 2024-11-19 05:48:51Motivasi menjadi guru, sebagaimana disampaikan oleh Prof. Muti, dapat dipahami dari dua aspek utama: **cinta kepada murid** dan **cinta kepada ilmu**. Pendapat ini mencerminkan inti dari profesi guru sebagai penggerak pendidikan yang berpusat pada siswa dan pembelajaran. Pendekatan ini sejalan dengan berbagai pandangan dari para pakar pendidikan, yang dapat memperkaya perspektif tentang motivasi guru.
Cinta kepada Murid
Cinta kepada murid mencerminkan komitmen guru untuk membimbing, mendukung, dan menginspirasi siswa dalam proses belajar. Hal ini ditekankan oleh:
- ohn Dewey, seorang filsuf pendidikan, yang menyatakan bahwa: "Pendidikan sejati adalah tindakan sosial, dan guru adalah pemimpin sosial yang membantu siswa menemukan potensi mereka."
Pandangan ini menekankan pentingnya hubungan emosional dan keterlibatan guru dalam perkembangan siswa. Guru yang mencintai murid akan lebih cenderung menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan penuh kasih.
- Nel Noddings, dalam teorinya tentang Caring Education, berpendapat bahwa: "Inti pendidikan adalah hubungan peduli antara guru dan siswa."
Guru yang memiliki cinta kepada murid akan memprioritaskan kesejahteraan siswa, baik secara akademik maupun emosional.
Cinta kepada Ilmu
Cinta kepada ilmu mencerminkan motivasi intrinsik guru untuk terus belajar, mengembangkan pengetahuan, dan berbagi pemahaman dengan siswa. Hal ini berhubungan dengan konsep pembelajaran seumur hidup (*lifelong learning*).
- Paulo Freire, dalam bukunya *Pedagogy of the Oppressed*, menekankan bahwa: "Guru sejati tidak hanya mengajar, tetapi juga belajar bersama siswa."
Guru yang mencintai ilmu akan terus memperbarui pengetahuannya, mengikuti perkembangan terbaru, dan menjadi teladan pembelajar aktif bagi siswa.
- Maria Montessori percaya bahwa: "Guru adalah pemandu dalam proses eksplorasi dan penemuan ilmu oleh siswa."
Hal ini menunjukkan bahwa cinta ilmu mendorong guru untuk memberikan pengalaman belajar yang penuh makna, memungkinkan siswa untuk menemukan cinta pada ilmu itu sendiri.
Motivasi menjadi guru yang berasal dari cinta kepada murid dan cinta kepada ilmu adalah fondasi penting dalam profesi pendidikan. Cinta kepada murid menciptakan hubungan emosional yang mendukung perkembangan siswa secara holistik, sementara cinta kepada ilmu mendorong guru untuk terus berkembang dan memberikan pembelajaran yang berkualitas.
Gabungan kedua motivasi ini tidak hanya memperkaya pengalaman siswa tetapi juga memberikan makna mendalam bagi guru dalam menjalankan profesinya. Pandangan para pakar seperti John Dewey, Nel Noddings, Paulo Freire, dan Maria Montessori mendukung pentingnya keseimbangan antara cinta kepada murid dan cinta kepada ilmu sebagai inti dari pendidikan yang bermakna.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.