Ahmada
#2 Cinta dan Takhta: Kisah Perjalanan Zhu Zhanji dan Permaisuri Sun Xiu dalam Sejarah Dinasti Ming
Sastra | 2024-11-17 20:15:27
Bab 1: Pertemuan PertamaDi ruang dalam istana yang dihiasi dengan kain sutra berwarna emas dan lantai marmer yang mengkilap, **Zhu Zhanji**, cucu dari Kaisar Yongle, duduk termenung di atas kursi kayu berukir indah. Dari balik jendela besar yang terletak di sisi kanan ruangan, tampak taman istana yang luas, dengan bunga-bunga mekar berwarna cerah dan pohon-pohon pinus yang tinggi menjulang. Pemandangan itu begitu menenangkan, namun tidak mampu menenangkan pikirannya yang penuh dengan beban dan kecemasan. Zhanji memandangi telapak tangannya yang kokoh, memikirkan semua yang telah terjadi dalam hidupnya. Sejak kecil, ia telah dibesarkan dengan kesadaran bahwa ia adalah pewaris takhta. Ayahnya, yang pernah menduduki tahta sebagai Kaisar Hongxi, baru saja meninggal setelah hanya memerintah selama satu tahun, dan Zhanji kini harus menggantikan posisi tersebut, meskipun hatinya masih merasa ragu. Selain itu, ia tahu bahwa segala langkahnya harus penuh pertimbangan, karena kehidupan sebagai seorang penguasa dipenuhi dengan politik dan intrik yang sangat rumit.Pernikahan yang dijodohkan dengan **Sun Xiu**, seorang wanita yang namanya sudah terkenal luas, adalah bagian dari takdir yang harus dijalani. Namun, Zhanji tidak bisa menahan rasa cemas dan kebingungannya. Ia tahu bahwa pernikahan ini bukanlah soal cinta, melainkan tentang aliansi politik yang penting untuk menjaga stabilitas kerajaan. Apa yang ia harapkan dari wanita yang akan menjadi pendamping hidupnya? Apakah mereka bisa membangun kehidupan bersama yang lebih dari sekadar kewajiban semata? Saat pikirannya berkelana, suara langkah kaki terdengar dari luar ruangan. Seorang pelayan muda masuk, membungkuk dengan hormat. “Yang Mulia, Permaisuri Sun Xiu telah tiba dan sedang menunggu di ruang penerimaan.”Zhanji terdiam sejenak. Nama itu terdengar begitu familiar di telinganya. Sun Xiu adalah putri dari keluarga bangsawan yang dihormati, seorang wanita yang dikenal karena kecerdasannya, kebijaksanaannya, dan reputasinya sebagai sosok yang tak hanya cantik, tetapi juga kuat dan berwibawa. Meskipun Zhanji belum pernah bertemu dengannya, ia sering mendengar cerita tentang ketegasan dan kedalaman pemikiran Sun Xiu.“Baiklah,” jawab Zhanji akhirnya, lalu berdiri dari tempat duduknya dan melangkah keluar menuju ruang penerimaan. Begitu Zhanji memasuki ruangan itu, ia melihat seorang wanita berdiri di tengah ruangan, mengenakan pakaian kebesaran yang megah, dengan rambut disanggul tinggi dan dihiasi oleh perhiasan emas. **Sun Xiu** tampak begitu anggun, namun ada aura ketegasan yang terpancar dari sikapnya. Wajahnya yang cantik dan penuh rahmat memperlihatkan kecerdasan yang mendalam, seolah-olah ia bisa melihat lebih jauh dari sekadar apa yang tampak di permukaan. Zhanji merasa sedikit canggung, seolah ada jarak yang begitu besar antara dirinya dan wanita yang akan menjadi pendamping hidupnya. Namun, ia menahan perasaan itu dan melangkah maju. Sun Xiu menundukkan kepala dengan penuh hormat.“Yang Mulia, saya merasa sangat terhormat bisa bertemu dengan Anda hari ini,” ucap Sun Xiu dengan suara lembut namun penuh percaya diri.Zhanji tertegun sejenak, merasa terkesan oleh sikapnya yang sangat berbeda dari apa yang ia bayangkan. Permaisuri ini bukanlah wanita yang terkesan hanya karena kecantikan fisiknya, tetapi ada kekuatan yang terpancar dari dirinya.“Permaisuri Sun, saya juga merasa terhormat. Saya sudah mendengar banyak hal tentang Anda,” jawab Zhanji dengan suara yang lebih tenang daripada yang ia rasakan di dalam hati. “Semoga pertemuan kita hari ini bisa menjadi langkah pertama menuju suatu hubungan yang baik.”Sun Xiu tersenyum tipis, sebuah senyum yang tidak hanya ramah, tetapi juga penuh arti. “Saya berharap demikian, Yang Mulia. Kita harus membangun hubungan ini dengan pengertian dan saling menghormati, bukan hanya karena kewajiban, tetapi juga karena kita memiliki tujuan yang sama: menjaga kemakmuran kerajaan.”Zhanji merasa sedikit tercengang dengan jawabannya. Meskipun ia mengetahui bahwa pernikahan mereka adalah bagian dari politik kerajaan, Sun Xiu tidak berbicara tentang hal tersebut. Ia berbicara tentang hal yang lebih mendalam—tentang kerja sama yang sejati, tentang rasa saling menghargai dalam menjalani kehidupan bersama. Ini berbeda dengan apa yang Zhanji bayangkan tentang pernikahan yang dijodohkan.“Permaisuri, Anda berbicara seperti seseorang yang telah mempersiapkan diri jauh lebih lama daripada yang saya kira,” ujar Zhanji, matanya menatap penuh arti.Sun Xiu mengangguk perlahan, wajahnya tetap tenang. “Sejak kecil, saya sudah dibesarkan dengan pemahaman bahwa tugas saya adalah untuk mendukung suami saya dalam memimpin kerajaan ini. Namun, saya juga ingin kita menjadi lebih dari sekadar pasangan di mata dunia, Yang Mulia. Kita bisa membangun rumah tangga yang kuat, yang didasari oleh saling percaya dan rasa tanggung jawab bersama.”Zhanji mulai merasakan bahwa mungkin, hanya mungkin, pernikahan ini bisa lebih dari sekadar politik. Mungkin ini bisa menjadi perjalanan bersama, di mana mereka berdua bisa saling belajar dan saling mendukung.“Jika kita bekerja sama dengan hati yang terbuka, saya percaya kita bisa mencapai lebih banyak, Permaisuri,” kata Zhanji akhirnya.Sun Xiu tersenyum lebih lebar, dan kali ini senyum itu benar-benar tulus. “Saya percaya itu juga, Yang Mulia. Mari kita hadapi masa depan bersama dengan hati yang ikhlas.”Mereka berdua saling menatap, dan dalam tatapan itu, Zhanji merasa bahwa mungkin, perjalanan mereka tidak akan sesulit yang ia bayangkan. Mungkin ada harapan untuk masa depan yang lebih baik.Setelah beberapa saat, Zhanji akhirnya berdiri dan mengulurkan tangan. “Jika Anda bersedia, mari kita mulai perjalanan ini bersama-sama, dengan tekad yang sama untuk menjaga kemakmuran kerajaan.”Sun Xiu menggenggam tangan Zhanji dengan lembut, dan dalam genggaman itu, mereka tahu bahwa mereka telah mengambil langkah pertama menuju sesuatu yang lebih besar. Meskipun perjalanan mereka tidak akan mudah, mereka siap menghadapi segala tantangan yang ada.Di luar, angin sepoi-sepoi berhembus lembut, menggerakkan dedaunan di taman istana. Seolah memberi tanda bahwa kehidupan mereka yang baru saja dimulai ini akan membawa mereka melalui musim-musim yang penuh ujian dan pengorbanan, tetapi juga harapan dan kebersamaan.---
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.