Tipologi Belajar Anak Didik dan Perbedaan Individual
Pendidikan dan Literasi | 2024-11-07 23:57:03Oleh: Eva Nurharyati, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - Psikologi Pendidikan
Tipologi Belajar Anak Didik adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji berbagai tipe atau gaya belajar yang sering diterapkan oleh individu dalam menjalani proses pembelajaran. Tipologi adalah kajian tentang tipe. Tipe berasal dari kata Typos (bahasa Yunani), yang bermakna impresi, gambaran, atau figur dari sesuatu. Sementara itu, tipologi belajar siswa adalah cara yang digunakan untuk mempermudah proses belajar dan bagaimana siswa menyerap, kemudian mengatur serta mengolah informasi tersebut.
Macam-Macam Tipologi Belajar:
- Belajar dengan kata
- Belajar dengan pertanyaan
- Belajar dengan gambar
- Belajar dengan musik
- Belajar dengan bergerak
- Belajar dengan bersosialisasi
- Belajar dengan kesendirian
Jenis gaya belajar
Gaya belajar visual Gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata sangat memegang peranan penting. Gaya belajar secara visual dilakukan seseorang untuk memperoleh informasi seperti melihat gambar, diagram, peta, poster, grafik dan sebagainya. Bisa juga dengan melihat data teks seperti tulisan dan huruf.
Gaya belajar auditori Gaya belajar dengan cara mendengar. Orang dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam menggunakan indera pendengaran untuk melakukan aktivitas belajar. Dengan kata lain, ia mudah belajar, mudah menangkap stimulus atau rangsangan apabila melalui alat indera pendengaran (telinga).
Gaya belajar kinestetik Cenderung lebih fokus pada pengalaman praktis dalam proses pembelajaran. Mereka lebih mudah memahami materi ketika terlibat langsung dalam aktivitas, dibandingkan hanya mendengarkan ceramah atau menonton video. Oleh karena itu, pendekatan yang melibatkan praktik langsung sangat penting untuk mendukung pemahaman mereka.Untuk mendukung peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik, seorang guru perlu mengenali karakteristik ini dan merancang kegiatan yang memungkinkan mereka untuk berpartisipasi aktif.
perbedaan individu
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak terbagi”. Individual diartikan sebagai perseorangan. Seperti menurut Lysen, mendefinisikan individu sebagai"individu", sesuatu yang merupakan keseluruhan yang tidak dapat dibagi (secara terpisah). Dalam kamus echols & shadaly ( 1975 ), individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Setiap orang, anak-anak atau orang dewasa, baik dalam kelompok maupun sendiri, disebut individu.
Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Individual Dalam Belajar: Faktor genetic (Nature), Faktor pengaruh lingkungan (Nurture).
Implikasi Perbedaan Individu Terhadap Pembelajaran: Perbedaan Biologis (Menurut Djamarah (2010), tidak ada seorang pun yang memiliki kondisi jasmani yang persis sama, bahkan terhadap anak kembar dari satu sel telur pun tetap terdapat perbedaan dalam aspek jasmani), Perbedaan individu (Perbedaan individual diantara anak didik merupakan hal yang tidak mungkin dihindari, karena hampir tidak ada kesamaan yang dimiliki oleh manusia kecuali perbedaan itu sendiri), Perbedaan Psikologis (menurut Khadijah (2006), perbedaan psikologis pada siswa mencakup perbedaan dalam minat, motivasi, dan kepribadian. Perbedaan psikologis ini dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pengelolaan kelas, terutama dalam penempatan anak di tempat duduk dan pengelompokan).
Cara Mengatasi Perbedaan Individual menurut Nini Subini (2012: 44-53) menyatakan bahwa cara penanganan terhadap perbedaan individual dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: sistem modul, pembelajaran dengan bantuan komputer (computer assisted instruction), pembelajaran terprogram, sistem tugas, dan sistem keller (ARCS). Dengan adanya penanganan yang berbeda pada individu dalam proses pembelajaran diharapkan setiap individu merasa nyaman dengan pembelajaran yang diterimanya sehingga diharapkan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar individu.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.