Pemimpin Baru dalam Bingkai Demokrasi Hanya Menebar Janji
Politik | 2024-11-03 21:26:27Sederet janji kembali disampaikan presiden terpilih yang telah dilantik. Presiden Prabowo Subianto menyampaikan sederet janji dan kebijakan di sektor ekonomi, di antaranya adalah pengurangan pajak PPh, pengkajian ulang kenaikan PPN dan penghapusan pajak properti. Janji manis yang seolah memberikan harapan baru dan angin segar, namun benarkah demikian?
Pergantian pemimpin dianggap sebagian orang sebagai harapan baru adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam anggapannya, keberhaasilan berada di dalam individu pemimpin. Padahal selama sistem masih sama, yaitu demokrasi kapitalisme tidak akan mengalami perubahan. Presiden terpilih saat ini tidak bisa dilepaskan dari campur tangan rezim sebelumnya, maka sangat kecil kebijakannya akan bertolak belakang, yang ada adalah meneruskan kebijakan sesuai pesanan.
Jika pemimpin sebelumnya telah terbukti membuat kebijakan yang kental dengan neoliberalisme, lekat dengan oligarki, maka pemimpin saat ini tidak akan jauh berbeda. Apalagi terkait pajak, tidak mungkin akan berpihak pada seluruh rakyat, karena dalam sistem kapitalisme pajak adalah penopang utama APBN. Jadi berharap ada perubahan menuju kebaikan apalagai keberkahan dari pemimpin yang lahir dalam sistem demokrasi adalah perkara yang utopis, tidak mungkin terwujud. Pasalnya sistem yang diterapkan ini adalah sistem yang cacat sejak lahir, sistem rusak dan merusak. Berbagai problem didunia saat ini, adalah akibat buruk penerapan sistem ini. Pergantian pemimpin semata tanpa ada perubahan sistem tidak akan mengantarkan pada perubahan hakiki.
Perubahan menuju kebaikan sebenarnya hanya akan terwujud dalam naungan sistem shahih, yaitu sistem Islam yang datang dari Dzat yang Maha Mengetahui, yaitu Allah swt. Penerapan aturan Allah juga akan mendatangkan keberkahan dalam hidup, dan semua akan terwujud ketika pemimpin yang terpilih adalah pemimpin yang sesuai dengan kriteria dalam Islam. Muslim, laki-laki, baligh, berakal, merdeka tidak disetir pihak lain, adil tidak mengabaikan aturan Allah dan RasulNya, dan mempunyai kemampuan dalam memimpin negara.
Bukan pemimpin pandai berjoget saja, ramah, apalagi tanpa pengalaman sebagai negarawan. Dan yang paling penting adalah mengikuti kentuan Islam, bahwa Islam menetapkan tugas pemimpin adalah melaksanakan sistem Islam secara kaffah dan sebagai pengurus semua urusan rakyat, menjadi perisai bagi rakyat, bukan hanya bagi konglomerat. Dalam mekanisme sistem Islam inilah harapan kehidupan yang lebih baik dan juga keberkahan akan dapat diwujudkan
Masih ada kesempatan untuk melakukan perubahan, untuk itu harus terus ada upaya menyadarkan pemimpin dan rakyat bahwa kita butuh Islam sebagai jalan perubahan, kita butuh kehidupan yang berkah dengan penerapan syariah, kita butuh pemimpin yang shalih yang takut semata kepada Allah SWT, pemimpin yang tunduk pada aturan Allah, pemimpin yang sepenuhnya menjadikan Rasulullah sebagai teladan dalam semua kebijakan. Mengingatkan pemimpin agar tidak dzalim, tidak fasik dan menutup diri dari aturan Allah. Harus ada upaya menyadarkan semua bahwa sistem demokrasi hanyalah sistem rusak yang membuat manusia abai dengan aturan Allah, membuat manusia mencampakkan hukum Allah atas nama suara rakyat. Wallahu musta’an
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.