Kekuatan di Balik Kenangan dan Kehilangan
Sastra | 2024-10-30 11:53:14Seorang gadis remaja 16 tahun bernama Farah yang memiliki keterampilan di bidang seni, Sejak kecil, dia sudah tertarik pada dunia melukis. Dia selalu menghabiskan banyak waktu di studio milik ayahnya, Studio kecil itu terletak di ujung sebuah jalan yang jarang dilewati orang, Dindingnya penuh dengan warna, berlapis cat dari berbagai karya seni yang sudah bertahun-tahun menghiasi ruangan itu, Di salah satu sudut, jendela besar dengan kaca yang agak berdebu memperlihatkan langit sore yang akan malam. Farah adalah seorang anak yang selalu bekerja keras dan rajin walau pun dia hanya tinggal bersama ayahnya karena ibunya meninggal 1 tahun lalu karena kecelakaan. Ibunya memiliki bakat yang sama seperti Farah yaitu melukis, lukisan milik ibunya tergantung di dinding dinding studio, Meskipun ibunya sudah pergi, karya-karyanya tetap hidup di studio ini.
Setiap hari, setelah pulang sekolah, Farah menghabiskan waktu di studio seni milik ayahnya. Studio itu tidak terlalu besar, hanya sebuah ruangan dengan dinding-dinding penuh lukisan dan meja-meja yang dipenuhi alat-alat lukis. dia duduk di hadapan kanvas, mencampur warna, menciptakan goresan demi goresan yang berusaha menyampaikan apa yang tak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata. Melukis adalah caranya berbicara dengan ibunya, Farah sering menggunakan seni untuk mengatasi kesedihannya.
Suatu sore, saat matahari mulai terbenam ayah Farah datang membawa kabar yang mengejutkan. "Farah," kata ayahnya yang pelan, seraya duduk di kursi di sebelahnya lalu kembali berkata"ada tawaran kompetisi lukis bergengsi di kota. Kompetisi ini besar, dan ayah rasa ini kesempatan yang bagus untukmu." Farah menatap ayahnya, terdiam. "Kompetisi? tetapi, Ayah... aku tidak yakin aku cukup baik untuk itu. lagi pula, aku hanya melukis untuk diriku sendiri," jawab Farah, Ayahnya tersenyum lembut dan menjawab "Ibumu juga memulai dari hal yang kecil. Kompetisi bukan tentang siapa yang paling hebat, Farah. Ini tentang mencoba dan belajar. lagi pula, aku yakin Ibumu akan sangat bangga jika kau mau mencoba." Farah pun meminta waktu kepada ayahnya untuk berpikir dan ayahnya memberikan waktu selama beberapa hari.
Suatu hari ketika Farah diminta untuk bersih-bersih di studio milik ayahnya, Farah menemukan sebuah lukisan yang terlihat sudah sangat lama, di lukisan itu tertulis nama ibunya, itu adalah lukisan lama milik ibunya yang belum selesai, saat Farah melihat lukisan ibunya saat itulah dia terinspirasi dan termotivasi untuk mengikuti kompetisi Yang ayahnya tawarkan.
Hari-hari berlalu, dan Farah memutuskan untuk mengikuti kompetisi itu. Meski begitu, rasa takut dan ketidakpastian terus menghantuinya. Farah tetap dengan giat menyelesaikan lukisan nya untuk kompetisi, dia diberikan waktu selama 1 Minggu. setiap sepulang sekolah Farah selalu singgah ke studio ayahnya untuk mengerjakan lukisan nya.
saat di tengah tengah proses, Farah mulai kehabisan ide dia mengalami kebuntuan kreatif dan merasa putus asa, dia merasa bahwa lukisan nya tidak akan pernah sebaiknya milik ibunya, sehingga timbul keraguan dalam dirinya. dia bingung harus menggambarkan apalagi ke kanvas itu.
Teman taman Farah yang tahu bahwa Farah mengikuti kompetisi memberikan dukungan dan semangat pada Farah, mereka berkata "semangat Farah.. kamu pasti bisa" Farah membalasnya dengan senyuman. Farah berkata "tetapi aku mulai kehilangan ide" teman teman nya yang mendengar itu langsung memberikan referensi dan salah satu temannya berkata "Farah kamu sangat hebat jangan putus asa, aku akan selalu mendukung mu, apa kah kamu lupa bahwa seni adalah tentang ekspresi diri" mendengar hal itu membuat Farah mulai terdorong lagi.
Rian, sahabat dekat Farah, datang mengunjungi studio di suatu sore menjelang hari kompetisi. Rian datang sambil membawa makanan ringan untuk farah. "Farah, aku dengar kau ikut kompetisi seni besar itu?" tanya Rian sambil melihat-lihat lukisan di studio dan memberikan makanan ringan itu pada Farah.Farah mengangguk pelan. "Ya, aku... aku memutuskan untuk mencoba. tetapi aku masih ragu, Rian",Rian tersenyum lebar. "Aku yakin kau akan melakukannya dengan baik. Kau melukis bukan untuk menang, kan? Kau melukis karena itu yang kau cintai. Itu yang paling penting".Kata-kata Rian membuat Farah merasa lebih tenang. "Ya, melukis memang bukan tentang memenangkan kompetisi. Itu tentang menyampaikan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dan itulah yang ingin dia lakukan" jawab Farah, Rian lalu menjawab dengan semangat sambil memberikan jempol pada Farah " baguss..."
Akhirnya, hari kompetisi tiba. Farah pergi ke kompetisi ditemani dengan ayah dan Rian mereka memberikan semangat pada Farah dan berdoa yang terbaik untuk Farah. Farah berdiri di depan galeri besar tempat pameran lukisan-lukisan dari para peserta akan dipajang. Tangan Farah gemetar saat dia memasuki ruangan, matanya melihat ke sana kemari memandang setiap sudut galeri. Di sana, di tengah ruangan, lukisannya dipajang bersama karya-karya seniman lain. Farah berdiri di depan kanvasnya yang telah selesai, merasa gugup namun juga penuh harapan. Lukisan itu adalah gambaran tentang ibunya, bukan dalam bentuk potret, tetapi dalam wujud abstraksi dari perasaan dan kenangan. Warna-warna lembut yang menyatu dengan garis-garis halus seolah membawa kembali kehangatan ibunya yang selama ini dia rindukan. Lukisan itu bukan hanya tentang ibunya, tetapi tentang dirinya sendiri—tentang perjalanan seorang anak yang menemukan kekuatan di balik kenangan dan kehilangan.
Saat giliran Farah tiba untuk mempresentasikan karyanya, dia merasa jantungnya berdetak kencang. tetapi dia ingat apa yang dikatakan Rian, dan dia ingat pesan ibunya yang tidak tersampaikan. dia berdiri di sana, bukan untuk menang, tetapi untuk berbicara melalui lukisannya.dia melangkah maju dengan percaya diri yang baru, bukan untuk mengesankan orang lain, tetapi untuk menyampaikan apa yang ada di dalam hatinya.Juri memandang lukisan Farah dengan saksama, lalu mereka tersenyum dan memberikan tepuk tangan kepada Farah. "Karya ini begitu penuh dengan emosi," kata salah satu juri yang kagum dengan Farah. lalu saat pengumuman pemenang pun tiba, tidak disangka,Saat namanya diumumkan sebagai pemenang utama kompetisi itu, dia hampir tidak percaya.Farah tersenyum saat dia menerima penghargaan itu. Di dalam hatinya, dia tahu bahwa ibunya pasti bangga padanya. Dan di balik kaca studio kecil yang dipenuhi sinar matahari, Farah melihat refleksi dirinya seorang seniman yang tumbuh dari cinta, kehilangan, dan keberanian.Ketika kompetisi berakhir, Farah tidak mengira bahwa dia akan memenangkan penghargaan. Namun, ketika namanya dipanggil sebagai pemenang, dia terkejut dan terharu. Meski begitu, kemenangan itu bukanlah hal terpenting baginya. Yang paling penting adalah bahwa dia telah menemukan kembali dirinya melalui seni, dan bahwa dia telah belajar bahwa melukis adalah tentang mengekspresikan apa yang ada di dalam hati.
Dan pada akhirnya Farah sadar bahwa seni adalah tentang perjalanan dan untuk mengungkapkan perasaan bukan tentang memenangkan, dia menjadi kan ibunya sebagai inspirasi utama dalam setiap karyanya dan di balik setiap sapuan kuasnya, Farah merasa bahwa dia selalu ditemani oleh kehadiran ibunya yang abadi. dia tetep melukis di studio ayahnya karena di sana lah dia merasa sangat nyaman untuk menyapukan kuas nya ke kanvas dengan mendapatkan dukungan terus menerus dari ayahnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.