Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Priscillia Putri Onggo Winata

Predator Laut Modern: Membedah Fenomena Kebangkitan Bajak Laut Somalia di Jalur Perdagangan Global

Update | 2024-10-26 19:30:49
Perompakan Somalia | Source Photo : Daily Nation, https://www.medcom.id

Era perompakan di jalur perdagangan global memasuki babak baru dengan kembalinya aktivitas bajak laut Somalia sejak 2017. Sebelumnya, penurunan signifikan dalam kasus perompakan di kawasan ini banyak dipengaruhi oleh intervensi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). DK PBB menetapkan tujuh aturan ketat yang mengizinkan pasukan angkatan laut dan udara asing untuk memasuki serta berpatroli di perairan Somalia. Operasi antipembajakan ini juga melibatkan Pasukan Angkatan Laut Uni Eropa dalam Operasi Atalanta, yang bekerja sama dengan satuan tugas dipimpin oleh Amerika Serikat.

Namun, menurut DK PBB, langkah-langkah antipembajakan tersebut berakhir secara diam-diam setelah perpanjangan terakhirnya pada 3 Desember 2021. Dengan berakhirnya izin ini, serta pengurangan patroli oleh angkatan laut asing di perairan Somalia, perompakan kembali meningkat pada tahun 2024. Pengurangan frekuensi operasi patroli oleh pasukan internasional menciptakan celah yang dimanfaatkan oleh perompak Somalia untuk meningkatkan aktivitas mereka di kawasan ini.

Berdasarkan data pada tahun 2023, tercatat 120 kasus perompakan di lepas pantai Somalia, yang menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya. Kondisi ini menyebabkan kenaikan biaya keamanan bersenjata dan premi asuransi untuk kapal-kapal yang melintasi wilayah tersebut. Selain itu, ancaman penyanderaan dan permintaan tebusan turut mengkhawatirkan para pemilik dan operator kapal, yang kini menghadapi risiko lebih besar selama melintasi jalur perdagangan ini (LaRocco, 2024).

Di balik munculnya kembali perompakan Somalia, terdapat sejumlah faktor sosial dan ekonomi yang turut berperan. Situasi ekonomi di Somalia yang tidak stabil, ditambah dengan rendahnya lapangan pekerjaan dan minimnya sumber penghasilan yang berkelanjutan, mendorong sebagian masyarakatnya ke dalam aktivitas ilegal, termasuk perompakan. Kelompok-kelompok perompak ini memanfaatkan peluang dari lemahnya pengawasan laut serta ketidakpastian hukum di wilayah tersebut, menjadikannya sebagai sumber pendapatan utama bagi sebagian komunitas pesisir di Somalia.

Saat ini, perompak Somalia juga menunjukkan tingkat organisasi yang lebih terstruktur, didukung oleh teknologi dan strategi yang lebih maju. Mereka memanfaatkan ketidakstabilan geopolitik regional, seperti ketegangan konflik Houthi, untuk meningkatkan efektivitas serangan dan mengembangkan strategi baru. Perkembangan ini menandakan bahwa perompakan di lepas pantai Somalia tidak lagi bersifat sporadis, melainkan semakin terencana dan Kemungkinan ini akan menyulitkan upaya pengamanan jalur perdagangan internasional.

Untuk membantu mencegah pembajakan dan meningkatkan keamanan di jalur maritim, kapal-kapal menerapkan prosedur yang disebut Best Management Practice (BMP) 5 saat berlayar di perairan Laut Merah, Teluk Aden, Samudra Hindia, dan Laut Arab. Menurut Mueller, "tim keamanan bersenjata swasta telah terbukti efektif mendampingi upaya BMP 5 ini." Selain itu, Mueller menambahkan bahwa "adanya benteng pertahanan yang kokoh di kapal sangat penting untuk memastikan keselamatan kru hingga bantuan militer dapat dikoordinasikan." Benteng ini merujuk pada area khusus di kapal yang dirancang untuk mencegah perompak masuk dan melindungi kru dalam jangka waktu tertentu.

Seiring meningkatnya ancaman terhadap pelayaran komersial, permintaan terhadap perusahaan di sektor keamanan maritim diperkirakan akan terus bertambah. Pasar keselamatan maritim telah berkembang sejalan dengan peningkatan perdagangan global, dengan nilai diprediksi tumbuh dari $19,85 miliar pada 2023 menjadi $21,18 miliar pada 2024. Menurut laporan dari ResearchAndMarkets.com, nilai ini diproyeksikan mencapai $25,93 miliar pada 2028, dengan pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 5,2% (LaRocco, 2024).

Kembalinya aktivitas perompakan di perairan Somalia menciptakan tantangan serius bagi keamanan jalur perdagangan internasional di kawasan tersebut dan Ini akan dapat memberi dampak pada Kenaikan harga barang dan terganggunya Rantai pasokan Peningkatan kebutuhan akan layanan keamanan maritim, serta implementasi praktik perlindungan seperti BMP 5, mencerminkan respon industri terhadap ancaman yang ada. Namun, dengan semakin terorganisirnya aksi perompak, diperlukan kerja sama dan dukungan berkelanjutan dari Organisasi internasional untuk memastikan keamanan serta kelancaran jalur perdagangan global.


Daftar Pustaka :

Arbar, T. F. (2024). Bajak Laut Somalia “Bangkit dari Kubur”, Perdagangan Dunia Warning. https://www.cnbcindonesia.com/news/20240322162111-4-524567/bajak-laut-somalia-bangkit-dari-kubur-perdagangan-dunia-warning

LaRocco, L. A. (2024). Somali pirates are back on the attack at a level not seen in years, adding to global shipping threats. https://www.cnbc.com/2024/02/06/somali-pirates-are-back-on-the-attack-at-a-level-not-seen-in-years.html

Ludwina Andhara Herawati. (2024). Mengapa di Somalia Banyak Perompak Laut? https://news.okezone.com/read/2024/01/23/18/2959231/mengapa-di-somalia-banyak-perompak-laut?page=all

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image