Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image galuh rosmaniar

Yahya Sinwar, Syahid Seindah Bunga yang Mekar

Agama | 2024-10-20 10:27:24

Ahad pagi tanggal 20 oktober 2024, tanah yogya diguyur hujan deras setelah berhari-hari kering dan panas. Tetesan air mata mengiringi jari yang terus menerus membaca berita di gawai tentang syahidnya sang pejuang palestina. Setelah beberapa hari berusaha menolak berita dari pasukan kera idf laknatullah yang mengabarkan syahidnya Abu Ibrahim, akhirnya dengan duka dan bahagia penulis mengucapkan Innalillahi wa Innaillaihi rajiun.

Teringat kisah tentang murkanya Umar bin Khattab radiyallahuanhu ketika mendengar berita duka cita dari wafatnya Nabi Muhammad Shallahu alaihi wassalam. Umar mengacungkan pedangnya dengan air mata tertahan di pelupuk mata menahan amarah, menolak telah kembalinya sang pembawa risalah kepada Rabb Maha Penyayang.

Hari ini pun umat islam tengah dilanda duka dengan kabar wafatnya kepala biro politik Hamas. Duka lara yang mencabik-cabik hati kami bukan karena duka penyesalan ataupun ketakutan. Duka kami karena telah ditinggalkan oleh ia pemimpin panutan. Ia yang dengan gelisah karena ketakutan akan mati seperti manusia biasa, dia yang justru menantang para musuh Allah agar memberinya hadiah terindah berupa hilangnya nyawa dengan roket ataupun peluru mereka. Dialah pemimpin yang memancarkan keberanian, syahidnya pemimpin dambaan kami bagaikan aroma bunga mekar yang tak pernah terlupakan. Tinggallah kami bagai anak ayam yang terombang ambing di terpaan ombak keistiqomahan.

Ya, hari ini umat islam di seluruh dunia sedang menyaksikan dan mendengarkan tentang kabar pulangnya satu lagi orang pilihan. Umat islam, yang hatinya condong kepada kebenaran dan merindukan negeri rahmatan lil alamin, akan bersaksi tentang cinta Rabb Arrahman Arrahim kepada hambanya yang shalih. Ketika hambanya yang merindukan jannah meminta syahid diantara roket dan peluru, maka itulah yang Allah berikan. Para pembenci akan mengejek dan merasa menang, padahal mereka hanyalah sekumpulan binatang kalah yang telah mematenkan namanya di neraka jahanam yang siksanya lebih pedih daripada apapun di dunia.

Ya mujahid kesayangan Allah Yahya Sinwar Abu Ibrahim. Perjalanan hidupmu menorehkan teladan, kepergianmu memunculkan keberanian untuk mengikuti derap langkah tegapmu. Kami bahagia karena engkau pun telah berbahagia dengan doamu yang terkabul. Kami bahagia karena Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai agamamu.

Perjuangan kami kaum muslimin takkan pernah padam hanya karena pemimpin yang berguguran. Kuncup-kuncup calon mujahid akan bermekaran, mereka akan mengembang indah karena kisah hidupmu. Anak-anak kami kelak adalah pembebas roma dan palestina, dan kami akan menjadi orangtua yang terus mengabarkan tentang indahnya jannah yang dimasuki para syuhada. Takbir!.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image