Earning Manajemen dalam Sebuah Perusahaan
Bisnis | 2022-02-05 11:49:16A. Earning Management Melalui Aktivitas Riil Dan Akrual
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Untuk dapat memahami tentang manajemen laba maka perlu dipahami tentang hubungan keagenan. Dalam teori keagenan (agency theory) dijelaskan bahwa adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya.
Menurut Eisenhardt (1989) teori keagenan menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality) dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya. Sedangkan Jensen dan Meckling (1997) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal).
Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki.
Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:
a. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
b. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agent dapat mempengaruhi angkaangka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba (earning management). Sedang bagi pemilik modal akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan manajemen. Praktek manajemen laba dapat dipandang dari dua perspektif yang berbeda, yaitu sebagai tindakan yang salah (negatif) dan tindakan yang seharusnya dilakukan manajemen (positif).
2. Manajemen Laba (Earning Management)
Menurut Healy dan Wahlen (1999) dalam Subekti dkk (2010) menyatakan manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam penataan transaksi untuk mengubah laporan keuangan baik menyesatkan beberapa stakeholder tentang kinerja ekonomi yang mendasari perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan.
Menurut Scott (2009:403) mendefinisikan earnings management sebagai “the choice by a manager of accounting policies or actions affecting earnings so as to achieve some specific reported earnings objective”. Dari definisi diatas maka earning management merupakan adanya pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi yang dilakukan agar mempengaruhi laporan untuk mencapai beberapa tujuan tertentu. kebijakan dilakukan seperti pemilihan metode akuntansi dalam penyajian laporan keuangan, seperti menaikkan atau menurunkan angka laba yang dihasilkan perusahaan.
Scott (1997: 306-307) mengemukakan bentuk-bentuk manajemen laba yang dilakukan oleh manajer antara lain :
1. Taking a bath
yaitu manajemen laba yang dilakukan ketika keadaan buruk yang tidak menguntungkan tidak bisa dihindari pada periode berjalan, dengan cara mengakui biaya-biaya pada periodeperiode yang akan datang dan kerugian periode berjalan.
2. Income minimization
Manajemen laba dilakukan pada saat perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi agar tidak mendapat perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil bisa berupa pembebanan pengeluaran iklan, riset dan pengembangan yang cepat dan sebagainya.
3. Income maximization
Yaitu memaksimalkan laba dengan tujuan memeroleh bonus yang lebih besar. Demikian pula dengan perusahaan yang mendekati suatu pelanggaran kontrak hutang jangka panjang, manajer perusahaan tersebut akan cenderung untuk memaksimalkan laba.
4. Income smoothing
Melalui income smoothing, manajer menaikkan atau menurunkan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan terlihat stabil dan tidak beresiko tinggi.
Teori akuntansi positif (Positif Accounting Theory) mengusulkan tiga hipotesis motivasi manajemen laba, yaitu: (1) hipotesis program bonus (the bonus plan hypotesis), (2) hipotesis perjanjian hutang (the debt covenant hypotesis) dan (3) hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis) (Watts dan Zimmerman, 1986).
3. Manajemen Laba Akrual (Accrual Earning Management)
Manajemen laba akrual adalah merupakan salah satu teknik pengelolaan laba yang biasa digunakan. Manajemen laba akrual ditunjukkan dengan adanya discretionary accrual (diskresioner akrual). Penggunaan diskresioner akrual digunakan untuk menjadikan laporan keuangan lebih informatif yaitu laporan keuangan yang dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.
Pemisahan discretionary accrual menjadi short term dan long term discretionary accrual dilakukan oleh Whelan dan McNamara (2004) berdasarkan model Jones (1991).Penggunaan short term accruals ditujukan untuk lebih mengurangi masalah timing dan matching. Sementara itu, tidak terdapat kejelasan alasan penggunaan long term accruals untuk mengakomodasi tujuan tersebut. Hal ini dikarenakan penggunaan long term accruas dipengaruhi oleh proses politis (Watts dan Zimmerman, 1989).
Selanjutnya Whelan dan McNamara (2004) menyatakan bahwa pasar mungkin akan menganggap penggunaan long term discretionary accruals adalah usaha manajer untuk membodohi pelaku pasar, karena sifat dari akrual tersebut yang memberikan kesempatan bagi manajer untuk melakukan manipulasi.
4. Manajemen Laba melalui aktivitas riil (Real Earning Management )
Teknik manajemen laba dengan memanipulasi aktivitas aktivitas riil (manajemen laba riil) diperkenalkan oleh Roychowdhury (2006) mendefinisikan manajemen laba riil sebagai berikut “management actions that deviate from normal business practice, undertaken with the primary objective of meetings certain earnings thresholds.”. Hal ini berarti manajemen laba riil adalah tindakan-tindakan manajemen yang menyimpang dari praktek bisnis yang normal yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mencapai target laba. Manipulasi aktivitas riil seperti memberi diskon harga, penurunan beban diskresioner serta produksi dalam jumlah yang besar.
Konsisten dengan definisi Roychowdhury (2006), Graham et all (2005) menemukan bahwa (a) eksekutif keuangan memberikan perhatian yang besar terhadap target laba seperti laba nol (zero earning), laba periode sebelumnya dan ramalan analis; (b) mereka akan melakkan manipulasi aktivitas riil untuk mencapai target ini, meskipun tindakan pengelolaan ini secara potensial mengurangi nilai perusahaan.
Dalam mendeteksi manajemen laba riil yang dilakukan oleh perusahaan, Roychowdhury, 2006; Cohen dan Zarowin, 2010). manajemen laba riil dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu:
a. Manipulasi Penjualan Manipulasi penjualan merupakan usaha manajemen dalam meningkatkan penjualan secara temporer dalam periode tertentu dengan menawarkan diskon harga, produk secara berlebihan atau memberikan persyaratan kredit yang lebih lunak. Strategi ini dapat meningkatkan volume penjualan dan secara tidak langsung akan meningkatkan laba dan aliran kas periode saat ini.
b. Mengurangi beban-beban diskresionari (dicretionary expenditures) Perusahaan dapat menurunkan discretionary expenditures seperti beban penelitian dan pengembangan, iklan, penjualan, adminstrasi dan umum terutama dalam periode di mana pengeluaran tersebut tidak langsung menyebabkan pendapatan dan laba. Strategi ini dapat meningkatkan laba dan arus kas periode saat ini namun memiliki efek positif terhadap arus kas.
c. Produksi yang berlebihan (overproduction) Untuk meningkatkan laba, manajer perusahaan dapat memproduksi lebih banyak daripada yang diperlukan karena tingkat produksi yang lebih tinggi akan menyebabkan biaya tetap per unit produk lebih rendah. Strategi ini dapat menurunkan kos barang terjual (cost of goods sold) dan meningkatkan laba.
Dengan ketiga cara di atas perusahaan-perusahaan yang diduga (suspect) melakukan manipulasi aktivitas riil akan mempunyai abnormal cash flow operations (CFO) dan abnormal production cost yang lebih besar dibandingkan perusahaan-perusahaan lain serta abnormal discretionary expenses yang lebih kecil. Hasil survey yang dilakukan oleh Graham et al. (2005), Roychowdhury (2006) menunjukkan para eksekutif keuangan cenderung lebih memilih memanipulasi laba melalui aktivitas-aktivitas riil daripada aktivitas akrual.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.