Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Menggapai Rida Allah dengan Mengamalkan Perbuatan-Perbuatan yang Dianggap Kecil

Agama | Thursday, 03 Feb 2022, 08:57 WIB

Jika ada tawaran bisnis dengan embel-embel tanpa modal besar, tanpa menjual produk, tanpa harus menyediakan stok barang namun Anda akan mendapatkan keuntungan besar, apakah Anda mau mengambil tawaran tersebut?

Jika ada tawaran bekerja hanya dua hari dalam seminggu, namun Anda dijamin mendapatkan keuntungan berlipat ganda daripada bekerja seminggu penuh, apakah Anda mau melakukan pekerjaan tersebut?

Jika dalam hidup ini Anda mengetahui ada hal-hal hebat atau kesuksesan yang dapat Anda raih dengan sedikit usaha dan biaya, apakah Anda tertarik?

Jawaban dari ketiga pertanyaan itu pasti Anda mau dan tertarik untuk melakukannya. Pertanyaannya, apakah bisa?

Secara faktual bisa. Apalagi pada zaman serba online seperti sekarang ini. Bukankah kini banyak orang-orang yang mendadak sukses dan kaya dari bisnis online mereka yang tampak santai?

Saya yakin sekali Anda tertarik dengan yang dilakukan Ghazali yang sukses dengan meraih uang milyaran rupiah melalui Non-Fungiable Tokken (NFT). Kerjanya nampak sedikit, tapi hasilnya sangat besar. Dalam dunia manajemen, fokus kepada pekerjaan kecil namun berpengaruh besar dikenal dengan prinsip Pareto.

Richard Koch, dalam bukunya, 80/20 Principle, (2008 : 1), menyebutkan prinsip Pareto pertama kali dimunculkan seorang ilmuwan Italia bernama Vilfredo Pareto (1848 – 1923). Pada tahun 1906 sang ilmuwan tersebut mengamati kehidupan para tuan tanah di negaranya. Dari pengamatannya, ia menyimpulkan 80% dari pedapatan Italia dimiliki 20% dari jumlah populasi.

Lebih lanjut prinsip ini menyebutkan, dari 80% hasil yang diperoleh biasanya dipicu oleh 20% usaha yang dilakukan. Dengan kata lain, 20% usaha yang dilakukan secara sungguh-sungguh akan memberikan efek signifikan terhadap 80% produk/jasa yang dihasilkan.

Buku 80/20 Principle begitu booming di pasaran terutama di kalangan pelaku bisnis. Enam tahun kemudian, 2013, Richard Koch menulis buku prinsip Pareto yang lebih aplikatif yang ditujukan bagi semua kalangan, baik pengusaha maupun non pengusaha. Bukunya lebih mengarah kepada motivasi mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan. Buku karyanya tersebut ia beri judul Living The 80/20 Way.

Isi dari buku yang kedua tersebut mengajarkan kepada para pembaca untuk fokus melakukan hal-hal terbaik yang dimiliki meskipun orang lain menganggapnya kecil dan sederhana. Dengan kekuatan fokus dan kontinyu dalam melakukan suatu aktivitas, seseorang akan dapat meraih kesuksesan dan kebahagiaan.

Tulisan ini tidak akan membahas perbuatan sederhana yang dilakukan secara fokus dan kontinyu dalam dunia bisnis, namun akan menganalogikannya dengan amal-amal kita dalam melaksanakan ketentuan ajaran Islam. Betapa banyak ajaran Islam yang dianggap kecil dan sederhana, namun jika fokus dalam melaksanakannya dapat meraih rida Allah.

Fokus kita dalam beramal saleh adalah lillahi ta’ala alias ikhlas. Kontinyu identik dengan istikamah. Allah sangat mencintai amal-amal yang dilakukan secara kontinyu meskipun amal tersebut sedikit.

Ketika Thalut membawa pasukannya yang kehausan menyeberangi sungai, ia memerintahkan anggota pasukannya untuk meminum sedikit air dengan cedukan tangan. Hal ini bertujuan agar mereka memperoleh kekuatan. Namun hanya sedikit anggota pasukan yang mengikuti perintahnya.

Meskipun kecewa, kemudian ia fokus membina dan mengelola anggota pasukannya yang taat tersebut. Hasilnya mencengangkan, pasukan yang sedikit tersebut dapat mengalahkan pasukan musuh yang berjumlah besar.

Hal tersebut Allah firmankan dalam surat Al Baqarah : 249. “Betapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.

Dalam ayat lainnya surat Al Anfal : 66, Allah menggambarkan orang-orang sabar meskipun jumlahnya sedikit dapat mengalahkan pasukan musuh yang jumlahnya dua kali lipat lebih besar. Seratus orang sabar dapat mengalahkan musuh 200 orang. Seribu orang sabar dapat mengalahkan musuh 2000 orang.

Demikian pula dalam amal-amal lainnya. Shalat Isya dan Shubuh yang dilaksanakan berjamaah yang waktu pelaksanaannya hanya beberapa menit saja, pahalanya sama dengan melaksanakan shalat sunat separuh malam dan sepanjang malam tanpa berhenti.

“Barangsiapa shalat Isya berjamaah, maka ia bagaikan shalat (sunat) setengah malam, dan barangsiapa shalat Subuh berjamaah, maka ia bagaikan shalat (sunat) semalam penuh.” (H.R. Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi).

Dua rakaat shalat sunat sebelum shalat Shubuh (qabliyah Shubuh) nilai pahalanya lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya. “Dua rakaat Fajar (sebelum shubuh) lebih baik daripada dunia dan apapun yang ada di dalamnya.” (H. R. Muslim, Riyad al Shalihin, hadits nomor 1102).

Orang yang melaksanakan shaum sunat sehari pada bulan Rajab, ia akan memperoleh 1000 kebaikan. Jika shaum sunatnya dua hari, ia akan memperoleh 2000 kebaikan. Pahalanya terus dilipatgandakan, sampai puncaknya barangsiapa yang melaksanakan shaum sunat sebanyak 15 hari pada bulan Rajab, maka segala amal jeleknya akan ditukar dengan beribu-ribu kebaikan seraya mendapat ampunan Allah (Ibnu Rajab dalam karyanya Lathaif Al Ma’arif Fi Maa Li Wasmil ‘Aami Minal Wadhaif, hal. 240)

Shaum Ramadhan dapat membersihkan dosa orang yang ikhlas dalam melaksanakannya, sehingga ketika selesai shaum, ia laksana bayi yang baru lahir alias tanpa dosa. Demikian pula, i’tikaf dan ibadah yang dilakukan beberapa menit saja, namun bertepatan dengan datangnya lailatul qadar pada bulan Ramadhan, pahalanya setara dengan ibadah seribu bulan.

Mengeluarkan zakat fitrah 2,5 kg/tahun dapat menyempurnakan kekurangan dalam pelaksanaan ibadah shaum Ramadhan serta menyucikan jiwa. Demikian pula, mengeluarkan zakat 2,5% dari harta yang kita miliki dapat membersihkan harta dan mendatangkan keberkahan harta yang kita miliki.

Kesempurnaan iman kita pun ditentukan oleh amal-amal yang dianggap kecil. Membebaskan tetangga dari kelaparan, menyingkirkan duri atau sampah dari jalan, berkata yang baik dan benar, menghormati tamu dan tetangga merupakan amal-amal yang dianggap kecil dan sederhana yang dapat menjadi penyempurna keimanan.

Zikir yang sederhana dan ringan, tasbih dan tahlil yang diucapkan dengan ikhlas dapat memperberat timbangan amal kita kelak di hari hisab atau hari perhitungan seluruh amal kita.

“Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat di timbangan, dan disukai Ar Rahman (Allah), yakni ‘subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim’ “ (H. R. Bukhari dan Muslim).

Shalat wajib yang kita lakukan beberapa menit dalam sehari semalam, sangat menentukan keselamatan kehidupan abadi kita di akhirat kelak. Seandainya dalam sehari semalam kita hanya melakukan shalat wajib saja tanpa shalat sunat, dan waktu yang kita gunakan hanya 5 menit untuk setiap pelaksanaan satu shalat wajib, berarti dalam sehari semalam hanya 25 menit yang kita gunakan untuk beribadah shalat.

Jika kita hitung dalam seminggu hanya 175 menit (setara 2,9 jam/minggu), dan 87 jam/bulan (setara 3,6 hari/bulan). Jumlah total dalam setahun adalah 12 bulan x 3,6 hari = 43,2 hari atau 12%/tahun dari waktu kita yang dipergunakan melaksanakan ibadah shalat.

Jika rata-rata umur kita 63 tahun, waktu yang dipakai untuk melaksanakan ibadah shalat adalah 63 x 43,2 hari = 2721, 6 hari (7,5 tahun) atau 12% dari keseluruhan umur kehidupan kita. Bandingkan dengan waktu yang kita pergunakan untuk memenuhi kebutuhan dunia kita. Namun jika waktu shalat yang sedikit tersebut kita gunakan secara berkualitas, maka ibadah shalat inilah yang akan menjadi kunci pembuka keselamatan kita, kelak di akhirat.

”Amalan hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalat, jika shalat seorang hamba bagus, dia beruntung dan berhasil, sebaliknya jika ibadah shalatnya cacat, dia akan menyesal dan merugi.” (H. R. at Tirmidzi dan An Nasa’i)

Shalat Jum’at yang dilaksanakan dengan baik, taruhlah paling lama satu jam, dapat menghapus dosa selama sebelas hari. Bisa juga berpahala setara haji dan umrah bagi orang-orang yang belum memiliki kemampuan melaksanakan haji dan umrah.

Dengan demikian, dari rukun Islam yang lima, ibadah shalat mencakup rukun Islam secara keseluruhan. Disinilah prinsip Pareto berlaku, 5:1 atau 80:20. Rukun Islam yang empat (80%) ditentukan oleh pengamalan rukun Islam yang satu (20%) yakni ibadah shalat.

“Shalat adalah tiang agama. Barangsiapa yang mendirikannya, maka sungguh ia telah menegakkan agama (Islam), dan barangsiapa yang meninggalkannya, maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam).” (H. R. Baihaqi).

Inti analogi dari prinsip Pareto ini adalah kita tidak boleh meremehkan amal yang sedikit, sebab banyak amal yang dianggap sedikit, namun bernilai tinggi di sisi Allah. Kita selayaknya belajar memfokuskan diri pada amalan yang dianggap sedikit, ringan disertai keikhlasan dan istikamah seraya berusaha sungguh-sungguh agar dapat melaksanakan amalan lainnya yang dianggap berat yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.

Ilustrasi : Prinsip Pareto, 80/20 (sumber gambar : www.indeksnesia.com)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image