Pemuda Milenial Harapan Bangsa
Eduaksi | 2022-02-02 19:48:17Abad XXI, Richard Crawford menyebut sebagai era Human of Change atau perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat. Hal ini mendorong terjadinya perubahan sosial budaya pada generasi muda yang lebih dikenal dengan generasi milenial. Tersedianya banyak fitur pada smartphone banyak sekali pengaruh yang berasal dari Negara asing.
Di era globalisasi ini banyak kebudayaan, gaya hidup yang masuk dengan bebas ke dalam negeri. Tidak dapat dipungkiri bahwa generasi milenial sekarang banyak yang mengikuti perkembangan budaya asing. Faktanya, generasi milenial, pelajar khususnya malah menerapkan budaya asing seperti lebih menyukai membeli produk asing daripada produk domestik, berpesta pora, mengonsumsi narkoba bahkan seks bebas.
Selain fenomena di atas, kemajuan teknologi juga membawa pengaruh ideologi yang bertentangan dengan pancasila. Apalagi paham-paham radikal yang semakin bertebaran dapat mengikis rasa cinta tanah air di kalangan generasi milenial. Hal tersebut tentu saja bertentangan dengan budaya kita. Tanpa disadari mereka telah hanyut oleh budaya barat yang akan menghancurkan moral dan ideologinya sendiri. Harus kita akui bahwa kebiasaan generasi muda tersebut disebabkan penanaman nilai nilai pancasila yang terlalu kaku dan pasif sehingga mudah luntur seiring dengan perkembangan zaman.
Pancasila merupakan Dasar Negara Republik Indonesia yang terdiri dari lima sila yang memuat cerminan kehidupan bangsa. Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia harus dihayati sebagai corak yang khas dan tidak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia. Pancasila juga berfungsi sebagai pandangan hidup yang berisi konsepsi dasar mengenai kehidupan yang diimpikan, mengandung pikiran terdalam dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang baik.
Berdasarkan survei Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKPPIP) pada tahun 2018 menyatakan bahwa 18% orang tidak tahu lagu kebangsaan Indonesia, 53 persen orang tidak hafal lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya dan 24 persen orang tidak hafal sila pancasila. Ironis sekali fakta tersebut. Bagaimana mau menerapkan nilai-nilai pancasila kalau tidak hafal teksnya?
Permasalahan yang dihadapi di akhir-akhir ini yaitu mulai berkurangnya pengetahuan dan pengamalan nilai-nilai luhur pancasila. Indikasi mulai berkurangnya pengetahuan dan pengamalan nilai-nilai pancasila diantaranya masih ditemukan warga negara yang tidak hafal sila-sila pancasila, mulai lunturnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan berkurangnya sikap cinta tanah air serta terjadi degradasi moral di masyarakat.
Bangsa Indonesia terdiri dari banyak pulau tentunya banyak sekali keanekaragaman di dalamnya. Keanekaragaman dapat menjadi suatu ancaman serius perpecahan negara. Keanekaragaman budaya, agama, suku, ras dan lainnya tanpa dilandasi dengan toleransi menyebabkan konflik. Konflik di Indonesia seperti penistaan agama atau pun konflik saling menghujat di sosmed ternyata hanya disebabkan karena masalah sepele yaitu perbedaan entah perbedaan agama atau pendapat. Masyarakat yang cerdas pasti tidak akan terpengaruh hanya karena masalah perbedaan. Mungkin ini salah satu faktor Negara Indonesia kurang maju karena masyarakat Indonesia hanya terpaku pada urusan perbedaan. Bagaimana mau maju kalau urusan perbedaan masih menjadi prioritas?
Melihat beberapa realita yang terjadi di masyarakat tersebut menunjukkan bahwa masih rendahnya rasa nasionalisme di kalangan milenial. Nasionalisme merupakan perasaan cinta terhadap tanah air atau bangga terhadap tanah air dan tidak memandang rendah bangsa lain. Kesadaran memiliki bangsa Indonesia merupakan tiang kuat rasa nasionalime. Laksana pondasi dalam sebuah bangunan. Tanpa adanya pondasi yang kuat maka mustahil bangunan dapat berdiri kokoh selama berabad-abad.
Implementasi nilai nasionalisme bisa ditanamkan sejak anak duduk di bangku sekolah seperti pembiasaan upacara rutin setiap hari senin pagi. Kegiatan tersebut dapat mengajarkan kepada siswa untuk selalu disiplin dan menanamkan rasa cinta tanah air mulai dari hormat kepada bendera merah putih, melafalkan sumpah pemuda, mengheningkan cipta, mendengarkan pembacaan UUD 1945 sampai melafalkan teks pancasila. Melalui sederet kegiatan tersebut siswa diperkenalkan dengan alat pemersatu bangsa dan warisan paling berharga para pahlawan yang telah gugur. Melalui pembiasaan pendidikan karakter juga bisa menumbuhkan rasa nasionalisme. Beberapa kebiasaan yang dapat menumbuhkan rasa nasionalisme siswa diantaranya mengenal keanekaragaman budaya, menggunakan produk dalam negeri, menghargai segala bentuk perbedaan dan mengenal pada jenis permainan anak.
Selain itu, melalui belajar sejarah dimana siswa akan belajar sejarah berdirinya Negara Indonesia, perjuangan para pahlawan untuk mewujudkan kemerdekaan, penderitaan bangsa saat dijajah. Menceritakan beragam kisah pahlawan berguna untuk memperkenalkan sejarah terbentuknya Negara inidan menanamkan nilai-nilai perjuangan seperti berjuang keras dan pantang menyerah. Tanpa mengenal sejarah bangsa tidak mungkin akan memiliki rasa nasionalisme.
Pemuda sebagai tonggak perjuangan bangsa Indonesia. Hidup atau matinya suatu bangsa ditentukan oleh pemudanya. Jika pemuda bangsa memiliki rasa nasionalisme maka selamatlah negara tersebut tetapi sebaliknya jika pemuda tidak meiliki rasa nasioalisme maka hancurlah negara tersebut. Pemuda adalah agent of change atau bahasa simpelnya adalah agen perubahan. Pemuda diharapkan menjadi perubahan yang lebih baik lagi karena memiliki kemampuan intelektual serta posisi yang bisa dibilang “penyambung lidah rakyat”. Sebagai kaum intelektual pemuda harus berani mendobrak zaman agar lebih maju dan kritis terhadap kebijakan para pemegang roda pemerintahan. Posisi pemuda sebagai “penyambung lidah rakyat” maksudnya mereka berperan sebagai alat transportasi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi.
Lalu, sosok pemuda seperti apa yang menjadi harapan bangsa Indonesia? Tentunya pemuda yang memiliki kemampuan intelektual, berpendidikan karakter dan tentunya berjiwa nasionalisme. Implementasi rasa nasionalisme di tengah keberagaman Negara Indonesia memang sangat penting terutama di kalangan milenial. Alat pemersatu di tengah-tengah keberagaman memang penting. Akan tetapi ada yang lebih penting yaitu pelaku kebermasyarakatan atau semua warga Negara Indonesia. Bahasa simpelnya ada fasilitas tersedia maka pengguna harus memanfaatkan faslilitas tersebut agar mendapatkan tujuan yang diinginkan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.