Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rizna Salsabila

Perceraian Mengorbankan Anak?

Eduaksi | Monday, 24 Jan 2022, 22:10 WIB

Setiap manusia pasti tidak ingin hidup sendirian. Karena manusia adalah makhluk sosial, maka manusia butuh pendamping. Setiap mereka yang sudah memiliki calon pendamping pasti akan mempunyai tujuan bersama yang dijalankan melalui pernikahan. Tetapi, tidak semua pernikahan berjalan dengan baik.

Jika mereka yang sudah mencari jalan terbaik untuk bersama tetapi tidak bisa lagi, mereka akan memilih bercerai. Untuk beberapa kasus, perceraian bisa jadi sangat buruk. Karena dalam perceraian akan menimbulkan korban dibeberapa pihak seperti anak. Anak yang tidak tahu-menahu perihal apa yang menjadi permasalahan orangtuanya harus menerima begitu saja bahwa orangtua mereka sudah berpisah.

Anak adalah korban yang sangat terluka yang mengetahui bahwa orangtuanya bercerai. Mereka takut jika kasih sayang orangtuanya berkurang dan orangtuanya menemukan kebahagiaan di keluarga baru. Kondisi rumah tangga yang sudah kacau membuat sang anak menjadi tertekan dan cenderung melakukan hal-hal yang menyimpang. Seringkali dijumpai kehadiran sosok Ibu ataupun Ayah sangat kurang ada dalam kasus seperti ini.

Keluarga adalah wadah yang sangat penting di antara individu dan grup, dan merupakan kelompok sosial pertama yang ditemui oleh manusia. Keluarga menjadi tempat untuk mengadakan sosialisasi kehidupan antara anak-anak, ibu, ayah dan saudara-saudaranya.

Keluarga mempunyai beberapa fungsi pokok, diantaranya:

· Fungsi biologis, keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologis orang tua ialah melahirkan anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat.

· Fungsi afeksi, dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan kasih sayang. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan.

· Fungsi sosialisasi, fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga maka anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.

Tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan dan pendidikan anak, rumah tangga yang sehat bersih dan teratur serta diliputi rasa damai aman dan tentram serta rukun antara satu dengan lainnya akan mewujudkan keluarga yang bahagia yang hidup dalam masyarakat dengan melahirkan anak-anak yang terdidik dan mempunyai harapan yang cerah dimasa yang akan datang.

Hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan pendidikan si anak, hubungan yang serasi penuh pengertian dan kasih sayang akan membawa kepada pribadi si anak. Mengingat rumah tangga adalah tempat pendidikan yang pertama dikenal oleh anak, maka orang tua harus dapat mengetahui tentang tujuan pendidikan untuk anak-anaknya.

Selain jalur pendidikan sekolah, peranan keluarga juga sangat penting dalam mendidik anak, di mana keluarga tetap merupakan pemberi pengasuhan dan pemberi jasa primer bagi anak dan merupakan tempat perlindungan pertama dan terakhir manakala kelangsungan hidup anak terancam.

Perceraian dalam keluarga itu, biasanya berawal dari suatu konflik antar anggota keluarga, jika dirinci secara sistematis sebab-sebab perceraian dalam keluarga ada dua faktor besar yakni: faktor internal dan faktor eksternal.

· Faktor internal antara lain:

1. Beban psikologis ayah atau ibu yang berat (psychological overloaded) seperti tekanan (stress) di tempat kerja, kesulitan keuangan keluarga.

2. Tafsiran dalam perlakuan terhadap perilaku marah-marah dan sebagainya

3. Kecurigaan suami atau isteri bahwa salah satu di antara mereka diduga berselingkuh dan lain-lain.

4. Sikap egoistis dan kurang demokratis salah satu orangtua, misalnya suka mengatur suami atau isteri, memaksakan pendapat terhadap anak-anak, otoriter, kurang suka berdialog atau berdiskusi tentang masalah keluarga, lalu orangtua (ayah atau ibu) mengambil keputusan sendiri tanpa musyawarah, sehingga menyinggung perasaan anggota keluaga yang lain.

· Sedangkan faktor eksternal antara lain

1. Campur tangan pihak ketiga dalam masalah keluarga terutama hubungan suami-isteri dalam bentuk isu-isu negatif.

2. Pergaulan yang negatif anggota keluarga.

3. Kebiasaan isteri berguncing di rumah orang lain yang akan membawa isu-isu negatif ke dalam keluarganya.

4. Kebiasaan berjudi.

Kedua faktor konflik jika tidak bisa diatasi lagi, maka peristiwa perceraian diambang pintu. Peristiwa ini mendatangkan ketidaktenangan berpikir.

Peristiwa perceraian senantiasa membawa pengaruh, kasus ini menimbulkan stres, tekanan, dan menimbulkan perubahan fisik dan mental. Keadaan ini dialami oleh semua anggota keluarga, ayah, ibu, dan anak. Kasus perceraian sering dianggap suatu peristiwa tersendiri dan menegangkan dalam kehidupan keluarga. Tetapi peristiwa ini sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat.

Anak merupakan korban yang paling terluka ketika orangtuanya memutuskan untuk bercerai. Anak dapat merasa ketakutan karena kehilangan sosok ayah atau ibu mereka, takut kehilangan kasih sayang orang tua yang kini tidak tinggal serumah. Mereka mungkin merasa bersalah dan menganggap diri mereka sebagai penyebabnya.

Penelitian terhadap 60 keluarga yang mengalami kasus perceraian di California, oleh Wallertein dan Kelly dalam Dagun (1990, p. 25) hasil penelitian menemukan bahwa anak usia belum sekolah akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam menghadapi situasi baru, sementara anak usia remaja dilaporkan mengalami trauma mendalam. Akibat lain yang ditimbulkan oleh perceraian adalah kurangnya perhatian dari orangtua kepada anak, yang pada akhirnya anak menjadi terlantar, kurang gizi, terjadinya tindak kekerasan terhadap anak, adanya ketidakadilan terhadap anak, terjadi pengeksploitasian anak, dimana orang tua menghendaki anaknya untuk mencari nafkah, dan perlakuan salah lainnya.

Dalam permasalahan ini, pekerja sosial bisa membantu dalam mencari jalan keluar untuk meminimalisir terjadinya perceraian dan mendampingi si anak agar mental mereka tetap terpanta stabil. Namun, tidak semudah itu untuk menyelesaikannya. Butuh beberapa proses yang harus dilewati. Pekerja sosial juga mempunyai nilai-nilai yang harus diterapkan, diantaranya:

· Penerimaan

· Komunikasi

· Individualisasi

· Partisipasi

· Kerahasiaan

· Professional

Tulisan ini dibuat untuk bisa membuka mata masyarakat agar lebih mempersiapkan kehidupan setelah pernikahan agar berkurangnya angka perceraian dan tidak menimbulkan korban yaitu anak. Selain itu diharapkan agar orangtua lebih memperhatikan mental sang anak agar tidak terjadinya hal-hal melenceng yang anak-anak lakukan sebagai sebuah pelarian.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image