Tradisi Emas yang Patah: Kegagalan PBSI dan Harapan Baru untuk Badminton Indonesia
Olahraga | 2024-09-30 09:09:59Sirine bahaya bagi badminton Indonesia. Tahun ini kembali mengulang sejarah perih Olimpiade London 2012. Nir gelar kembali didapatkan oleh Indonesia pada perhelatan Olimpiade Paris 2024. Indonesia yang sebelumnya gagah memimpin pada cabang olahraga badminton kini “nyungsep” ke permukaan. Raihan medali perunggu oleh Gregoria Mariska Tunjung tak berhasil menyelamatkan wajah PBSI di hadapan penggemar badminton Indonesia.
Kekacauan capaian ini tak lepas dari kepengurusan PBSI di bawah pimpinan Agung Firman Saputra. Selama Agung Firman menjabat sebagai Ketua Umum tak jarang memantik banyak masalah. Sebelum Olimpiade Paris digelar, PP PBSI mengembangkan terobosan baru dengan membentuk tim ad hoc. Tim ini bertugas pada berbagai aspek, salah satunya adalah mental atlet. Sayangnya, tidak membuahkan hasil.
Hasil pada Olimpiade Paris 2024 menjadi puncak kegagalan PBSI sepanjang tahun 2024. Tradisi emas badminton yang dilanggengkan dari tahun ke tahun harus putus begitu saja. Selain itu, proses regenerasi atlet badminton Indonesia sangatlah lambat. Penanganan cedera yang dialami atlet pun tak kunjung dilakukan tindakan dengan cepat. Christian Adinata contohnya, pelapis tunggal putra di bawah Chico Aura Dwi Wardoyo yang seharusnya mendapat penanganan operasi pada lutut dikarenakan cedera di Malaysia Masters 2023 bulan Mei. Christian Adinata adalah atlet yang potensial. Namun, hingga saat ini Christian masih belum kembali ke performa terbaiknya. Christian Adinata menjalani operasi lutut di Malaysia setelah cedera kurang lebih 14 bulan lamanya tanpa adanya tindakan operasi yang dilakukan oleh dokter PBSI.
“Dokter di Malaysia bilang setelah dicek, di-scan, di-MRI, segala macam, ini harus ada operasi secepatnya. Cuma kan kita nggak bisa langsung ambil tindakan karena kita punya tim medis sendiri di PBSI. Dan akhirnya saya pulang ke Indonesia, dicek sama tim medis PBSI. Tim medisnya bilang ini nggak perlu operasi katanya.” kata Christian yang akrab dipanggil Cea dalam sebuah wawancara eksklusif yang dilakukan oleh CNN.
Pada sesi akhir wawancara, Cea menjelaskan bahwa tidak akan memaksakan kariernya dalam dunia badminton jika memang nantinya akan membebani diri sendiri.
“Mentalnya bukan jadi down, lebih ke ikhlas aja. Karena sebenarnya nggak gampang juga karena saya harus mengulang proses ini lagi. Tidak gampang buat saya. Yang sebelumnya saya bener-bener ambisi dan motivasi saya kuat, sekarang harus mengulang momen ini lagi [penyembuhan cedera]. Saya jadi agak capek ya buat ambisi lagi. Jadi lebih ke ikhlas menikmati [proses pemulihan]. Jadi nggak mau terburu-buru lagi.” sambung Cea dalam wawancara eksklusif.
2024 benar-benar menjadi tahun kelam PBSI. Penggemar badminton kerap membanjiri kolom komentar media sosial PBSI dengan pesan untuk mengganti total seluruh kepengurusan internal. PBSI yang seharusnya menjadi wadah atlet-atlet potensial Indonesia justeru meredupkan harapan mereka untuk bersinar. Besar harapan para penggemar badminton Indonesia atau BL lovers untuk segera mengganti kepengurusan internal PBSI dengan Sumber Daya Manusia yang paham dan bekecimpung di dunia bulu tangkis agar kedepannya PBSI dapat semakin berprestasi dalam mengelola federasi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.