Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kahlil Muchtar

Muslim di Toronto, Modern tapi Taat

Wisata Halal | Friday, 20 Sep 2024, 14:45 WIB

Saya berkesempatan mengunjungi kota modern Toronto di Kanada. Dari data di tahun 2024, populasi penduduk kota ini mencapai 2,8 juta orang. Toronto didaulat menjadi kota paling besar dan padat penduduknya dibandingkan kota-kota lain di Kanada. Walau kunjungan resmi saya adalah menjadi ketua workshop di seminar internasional bergengsi “20th IEEE International Conference on Advanced Video and Signal-Based Surveillance” yang berlokasi di Pusat Wisata Dunia - Air Terjun Niagara (1,5 jam dari Bandara Internasional Toronto), seperti yang sudah-sudah, saya selalu berupaya untuk mengunjungi masjid setiap kali berkunjung ke luar negeri. Masjid yang saya prioritaskan untuk dikunjungi adalah Masjid Toronto. Masjid ini benar-benar strategis karena berada di pusat kota dan tidak jauh dari pusat bisnis, akademis dan hiburan.

Dikutip dari laman web resmi masjid, Masjid Toronto menjadi masjid pada bulan Januari 2002 (sumber: https://centres.macnet.ca/masjidtoronto/). Sebelum tanggal tersebut, bangunan merupakan bank komersial – cabang dari Royal Bank of Canada (RBC). Selama bertahun-tahun, umat Muslim yang bekerja di pusat kota Toronto telah menyewa berbagai tempat untuk melaksanakan shalat Jumat berjamaah. Seiring dengan bertambahnya populasi Muslim, semakin sulit untuk menemukan tempat setiap minggu untuk menampung jamaah yang terus bertambah. Pada akhir tahun 90-an, berbagai upaya mulai dilakukan untuk memperoleh sebuah bangunan yang akan berfungsi sebagai tempat shalat permanen bagi komunitas Muslim.

Pada awal tahun 2000, Asosiasi Muslim Kanada (MAC) memulai negosiasi untuk mengakuisisi gedung bank di Jalan Dundas Barat 168. Pada bulan Januari 2002, MAC berhasil menyelesaikan perjanjian sewa dengan RBC dan membuka gedung tersebut untuk umum sebagai masjid. Dan akhirnya di tahun 2008 seluruh pembayaran gedung dapat dilunasi. Saat ini, Masjid Toronto merupakan salah satu masjid tersibuk di kota tersebut. Sejumlah besar jamaah datang ke masjid tersebut karena lokasinya yang strategis di pusat kota, dekat dengan distrik keuangan Toronto (Bay Street), empat rumah sakit lokal (Princess Margaret, Mount Sinai, Sick Kids, Toronto General), Universitas Toronto dan Universitas Metropolitan Toronto (sebelumnya dikenal sebagai Universitas Ryerson).

Saat saya melaksanakan shalat dhuhur (sekaligus jamak qasar Ashar) berjamaah di sana, saya dapati populasi muslim yang dominan adalah imigran asal Pakistan, Bangladesh serta beberapa negara lainnya seperti Yaman dan Bosnia. Kami dapati 5 shaf penuh shalat jamaah di tengah kesibukan mereka beraktivitas di pusat kota. Hal ini tentu menjadi inspirasi bagi Negeri mayoritas Islam seperti Indonesia untuk mengutamakan shalat berjamaah di masjid. Menariknya, beberapa jamaah yang tidak bisa mengejar shalat di awal waktu, tampak masih berduyun-duyun untuk shalat ke masjid, dan tetap membentuk jamaah.

Gambar 1. Pintu Masuk Masjid Toronto

Tidak hanya itu, muslim di kota modern ini pun tidak sulit ditemukan di area-area publik. Hal ini karena mereka selalu konsisten menggunakan hijab (bagi yang wanita) dan tidak jarang lelaki yang memanjangkan janggutnya. Saya sangat terkesan melihat muslim yang berada di negara maju namun tetap menjaga identitas muslim dan kehormatan mereka. Tidak hanya itu, saya dapati pula mereka dengan bangganya menggunakan kafiyeh Palestina di muka umum untuk menyatakan secara eksplisit dukungan mereka akan kedaulatan Palestina dan mengutuk kejahatan Israel laknatullah. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Pew Research Center, populasi muslim di Kanada akan mencapai 2,7 juta sebelum tahun 2030.

Gambar 2. Suasana di dalam Masjid Toronto

Selain itu, hal yang juga menarik adalah waktu shalat di Toronto yang jauh berbeda dengan waktu shalat di Indonesia (WIB). Saat saya ke sana masih musim panas sehingga waktu malam sangatlah singkat. Shalat shubuh saya lakukan di pukul 4 pagi, sedang waktu maghrib di pukul 21 malam, serta shalat Isya di pukul 22.30 malam. Bagi musafir seperti saya yang bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya, maka shalat jamak qasar menjadi pilihan tepat. Khususnya di malam hari, ketika selesai shalat maghrib dan jamak Isya, saya dapat langsung beristirahat. Hal ini tentu berbeda dengan muslim yang mukim di Toronto, yang harus menunggu shalat Isya di pukul 22.30 malam.

Masjid Toronto ini juga menawarkan program-program harian dan pekanan untuk menjaga persaudaraan sesama Muslim. Saat saya berkunjung akan dilaksanakan “Hot Soup Program” di hari Sabtu, yang mana diberikannya sup hangat bagi para muslimin yang berminat. Tentu ini akan membangun rasa kebersamaan. Tidak hanya itu, sama seperti yang dilaksanakan berbagai masjid-masjid di Indonesia, mereka melaksanakan program halaqah (kajian Islam) yang diisi oleh cendekiawan Muslim di sana. Topik sangat beragam, dari program khusus muslimah, kajian tentang Palestina dan situasi terkini, hingga sekolah quran. Khusus di musim panas, Masjid Toronto juga mengadakan Kamp Musim Panas (summer camp) untuk anak berusia 6-11 tahun guna membiasakan mereka dalam membaca quran dan aktivitas-aktivitas lainnya di Masjid.

Selain suasana Islami di dalam masjid, saya juga tidak sulit untuk menemukan makanan halal di luar masjid. Label halal yang telah tersertifikasi dapat ditemukan di berbagai restoran, baik di stasiun, toko, bahkan food truck (truk yang menjual makanan cepat saji seperti burger, kentang goreng dan minuman soda). Makanan khas timur tengah, India dan Pakistan dapat ditemui dengan mudahnya, seperti nasi briyani, kebab, shawarma dan masih banyak lagi. Ini tentu saja akan memudahkan turis dan muslimin di Kanada untuk menjaga kehalalan makanannya. Sebagaimana Allah SWT berfirman, "Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS Al Mukminun ayat 51).

Gambar 3. Food Truck Halal di sekitar kota Toronto

Semangat syiar Islam di kota modern dan minoritas Islam ini tentu haruslah menjadi pelecut Muslim Indonesia yang secara kuantitas masjid dan populasi muslim jauh lebih banyak. Namun hari ini kita mendapati kecenderungan yang mengkhawatirkan, diantaranya 1) tren masyarakat menjaga shalat tepat waktu dan ke masjid dirasa kian mengkhawatirkan, 2) masjid belum dijadikan episentrum ilmu dan pusat pengembangan peradaban, dan 3) tantangan akhlak pemuda Islam yang menjaga keimanannya dimanapun mereka berada. Perbaikan dimulai dari kerisauan, ketika benar niat dan didukung oleh keteladanan pemimpin, insyaAllah Indonesia akan menjadi teladan umat Islam dunia.

Wallahua’lam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image