Apakah Benar Anggota Dewan yang Terhormat Itu adalah Wakil Rakyat?
Politik | 2024-09-19 02:38:13Berbicara tentang wakil rakyat, tentu saja tidak terlepas dari panggung politik yang sangat abu-abu. Ketika menjelang pemilu beberapa bulan lalu, banyak kita jumpai baliho atau spanduk para calon wakil rakyat ini. Entah itu tokoh publik atau orang yang kita kenal maupun tidak, entah saudara atau bukan, dari kalangan atas maupun biasa, dan banyak ragam lainnya.
Konstelasi politik telah menjadi ajang taruhan perebutan kekuasaan. Mereka dengan mudahnya mengumbar janji-janji manis kepada rakyat, serta rela mengorbankan harta bendanya sebagai modal pencalonan diri. Perebutan kursi ini pun dilakukan dengan cara yang halal atau haram. Semua digunakan untuk memuluskan/ melanggengkan tujuan. Di antaranya ada yang berhasil menduduki posisi itu, banyak pula yang gagal dan menjadi gila.
Setelah terpilih, biasanya mereka lupa akan janji-janji di masa kampanye, atau juga menghalalkan segala cara agar janji terlaksana. Karena menunaikan janji kampanye tersebut tidaklah mudah, terlebih ada banyak peraturan yang berlaku.
Rakyat mana yang mereka wakilkan?
Wakil rakyat itu adalah orang-orang yang telah diberikan amanah untuk memperjuangkan kebutuhan atau kepentingan rakyat. Mereka memiliki tanggung jawab yang besar, membawa nama rakyat dalam mengesahkan aturan yang dibuat pemerintah, mengawasi jalan pemerintahan agar hak-hak rakyat terpenuhi.
Namun, hampir semua lapisan masyarakat sepakat bahwa anggota dewan sang wakil rakyat ini hanyalah sekedar mencari pekerjaan yang terlihat santai namun berdompet tebal. Apa yang mereka wakilkan tentang kehendak rakyat, nyatanya tidak berdampak kepada aspirasi rakyat. Terlihat saat ini, rakyat semakin menderita, suara-suara mereka tidak didengarkan. Para wakil rakyat seolah-olah hanya bisa memuluskan kepentingan-kepentingan pribadi atau golongan tertentu saja. Mendapatkan fasilitas yang nyaman dari negara, punya nama dan pekerjaan yang dinyatakan “waw anggota dewan”, serta merasa terhormat karena anggota dewan memang dihormati.
Apa gunanya dewan legislatif ini, jika semua kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat tetap didukung. Apakah mereka memang benar mewakili rakyat dalam mengawasi pemerintahan ini? Benarkah mereka benar-benar wakil rakyat? Rakyat mana yang mereka wakilkan? Rakyat mana yang mereka dengarkan? Apakah hanya rakyat atas yang bermodal yang harus mereka wakilkan agar kepentingan terlaksana? Pernahkah mereka memikirkan rakyat jelata saat ini yang semakin menderita? Sedangkan mereka yang ada di sana rata-rata memang sudahlah orang yang berdompet tebal.
Aspirasi rakyat mana yang mereka perjuangkan? Regulasi aturan negara yang semakin menghimpit rakyat jelata. Pernahkah mereka menjelajah negeri ini hingga ke pelosok terdalam, melihat bagiamana kehidupan warga dalam, melihat kehidupan warga kelas bawah.
Selain itu, dalam menduduki kursi sebagai perwakilan masing-masing wilayah, hal yang normal jika anggota dewan ini akan memperjuangkan kepentingan aspirasi warganya. Maka tentu saja kemudian akan ada persaingan dalam realisasi janji kampanyenya dengan janji kampanye anggota dewan lainnya, tidak menutup kemungkinan akan terjadi banyak praktik manipulasi, nepotisme, gratifikasi. Tidak sedikit anggota dewan sang wakil rakyat ini tersangkut kasus korupsi atau pun gratifikasi. Itu hanya yang tertangkap saja. Bagaimana dengan yang tidak tertangkap?
Ketika rapat persidangan pun, rakyat bisa melihat, semua berjalan alot, aspirasi rakyat yang diperjuangkan atau disampaikan oleh salah satu anggota dewan, malah terkadang tidak digubris oleh anggota dewan lainnya. Atau juga mereka sibuk sendiri-sendiri mengobrol bercerita atau sibuk diskusi lainnya per kelompok. Dan ujungnya voting untuk menentukan apa yang dirapatkan itu, hasilnya terkadang tidaklah memihak rakyat jelata. Lalu, apakah benar mereka tulus semua memperjuangkan hak rakyat?
Menagih Janji Wakil Rakyat
Beberapa daerah telah melakukan pelantikan kepada para anggota dewan daerah yang terpilih. Kemudian tidak lama lagi kita juga akan menyaksikan pelantikan para anggota dewan nasional. Lalu kita akan menantikan sepak terjang mereka semua yang terpilih itu. Beberapa di antara mereka ada yang sudah terpilih berkali-kali, ada juga yang baru merasakan menjadi anggota dewan. Apakah janji-janji mereka akan terealisasi atau hanya sekedar basa basi?
Kita memang tidak bisa menyamaratakan semua wakil rakyat ini. Banyak juga di antara mereka yang memang amanah, yang benar-benar mewakili rakyat, menjalankan tugas dengan baik semampu mereka, yang memang benar-benar dipilih rakyat dengan sukarela.
Namun sayangnya mereka-mereka itu terkadang tenggelam, tertutupi oleh sekawanan yang tidak amanah, yang membeli kursi legislatif dengan uang, sebagian didongkrak oleh nama besar keluarga mereka. Keluarga-keluarga pemimpin daerah atau tokoh daerah maupun nasional, atau para hartawan, dan lainnya.
Wakil rakyat yang dipilih dengan membeli suara rakyat, bermodal banyak. Tentu akan bekerja agar modal bisa kembali. Wakil rakyat dengan titipan kelompok tertentu yang dimodalkan orang lain, tentu saja akan mengikuti pesanan kelompok tersebut, entah itu partai atau apapun jenis kelompoknya. Ada juga wakil rakyat yang walau titipan kelompok tertentu, namun tetap memperjuangkan amanah rakyat yang ia bawa dan akhirnya dia kalah suara dalam hasil penentuan pengesahan kebijakan.
Terkadang janji hanya sekedar janji. Dari tahun ke tahun tetap sama. Nama rakyat hanya dijual untuk melanggengkan kepentingan kelompok tertentu.
Seharusnya anggota dewan sang wakil rakyat ini betul-betul memiliki hati nurani agar memiliki satu sikap yang sama untuk memenuhi kepentingan rakyat, memiliki kemampuan berimbang untuk memenuhi kepentingan rakyat jelata maupun rakyat kalangan atas. Benar-benar memperhatikan dan mengawasi pemerintah dalam menentukan kebijakan publik, agar rakyat merasa bahwa mereka memang ada wakilnya untuk berbicara di pemerintahan. Merakyat dari hati, bukan merakyat hanya pencitraan saja. Pura-pura merakyat, yang akhirnya hanya kepentingan golongan sendiri saja yang terlaksana.
Jika janji tidak mampu ditepati, harusnya ada rasa malu, berani mengundurkan diri. Bukan pura-pura tidak tahu dan memberi banyak alasan kamuflase belaka. Tapi, bukankah kursi legislatif itu sangat nyaman diduduki hingga lupa rakyat jelata yang telah memilih, dan sangat sayang untuk dilepas?
Kita akan melihat kinerja para anggota dewan sang wakil rakyat yang terpilih kali ini. Apakah sama saja seperti sebelum-sebelumnya? Ataukah lebih baik ? Ataukah malah lebih buruk?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.