Generasi Emas tidak Butuh Moderasi Beragama
Agama | 2024-09-18 03:05:23
Dilansir dari Republika.co.id (11/09/2024), Ibu Negara Iriana Joko Widodo (Jokowi) bersama Ibu Wury Ma'ruf Amin menggaungkan Moderasi Beragama kepada kalangan pelajar di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (11/9/2024). Kegiatan ini juga dihadiri para istri menteri yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Indonesia Maju (KIM).
Kegiatan 'Sosialisasi Moderat Sejak Dini' ini mengangkat tema "Cinta Tuhan dengan Mencintai Indonesia". Kegiatan ini diikuti sebanyak 500 pelajar lintas agama dari sekolah madrasah aliyah dan SMA se-Kota Balikpapan yang bernaung di bawah Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudriset).
Tidakkah para petinggi negeri ini melihat betapa permasalahan generasi sungguh kompleks? Mulai dari pembulian, kerusakan moral hingga kriminalitas, pergaulan liar dan sex bebas yang berujung aborsi, narkoba, tawuran, judi online, pinjaman online dan lain lain. Semuanya telah menjadi potret buram pemuda saat ini.
Lantas mengapa moderasi agama yang senantiasa digaungkan? Tak adakah proyek lain yang lebih penting dan genting dari moderasi agama?
Betapa penguasa di negeri ini tidak mampu melihat fakta yang terpampang di depan mata kerusakan generasinya. Maka jika demikian solusi yang ditawarkan pun tidak selaras dengan problem yang ada. Padahal kondisi rusak generasi sedang mengancam bangsa ini.
Lalu apa yang menyebabkan penguasa seolah buta terhadap fakta yang ada? Karena musuh Islam telah berhasil memalingkan pandangannya. Mereka telah menyetir bangsa dengan penduduk muslim terbesar ini untuk mengikuti dan menyukseskan agenda besar yang bernama anti radikalisme. Maksudnya segala upaya memperjuangkan prinsip kebaikan Islam telah diberikan stigma buruk, yakni radikalisme.
Padahal segala problem generasi ini justru bermula dari jauhnya anak-anak bangsa dari koridor Islam. Mereka.telah terseret dalam kehidupan ala Barat yang penuh kebebasan.
Namun sungguh aneh. Penguasa yang seharusnya memberikan edukasi dan pembinaan pada generasi muslim, namun justru cenderung membiarkan, bahkan membawa moderasi agama yang akan semakin menjatuhkan generasi dari prinsip agamanya.
Moderasi beragama di institusi pendidikan ditujukan untuk menangkal radikalisme di kalangan pelajar. Radikalisme adalah istilah yang sengaja disematkan pada perilaku yang taat pada Islam. Barat memang menghembuskan fitnah radikal karena ketaatan pada Islam adalah musuh ideologi Kapitalisme. Maka mereka memasang target agar generasi muslim memiliki profil moderat dalam beragama. Artinya akan semakin menjauhkan generasi dari profil kepribadian Islam.
Racun kebebasan atas nama moderasi agama telah lama dicekokkan kepada umat Islam melalui berbagai program Kementerian Agama (Kemenag). Kemenag seringkali membuat berbagai gebrakan, khususnya dalam dunia pendidikan. Mulai dari merevisi ratusan buku pelajaran yang dianggap mengandung paham radikal, menyusun modul moderasi beragama untuk siswa madrasah, juga mengubah Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Bahasa Arab di madrasah-madrasah.
Ketetapan yang dilakukan oleh Kemenag sekarang tak lepas dari sistem pendidikan sekuler yang melingkupi negeri dengan mayoritas penduduk muslim ini. Yakni sebuah pemahaman yang memisahkan aturan agama dari tatanan kehidupan. Wajar jika pendidikan madrasah pun tak sepenuhnya bersandar pada Islam, tapi berpijak pada kebebasan serta kompromi demi sebuah kepentingan dan ambisi dunia.
Sesungguhnya moderasi agama bukanlah pemahaman orisinal dari Islam. Sebaliknya ia tidak memiliki historis keilmuan di kalangan fuqaha (ahli fikih). Moderasi agama hanyalah mengambil sikap jalan tengah, seolah terkesan baik, padahal sebenarnya melenceng jauh dari ajaran Islam.
Ide moderasi agama semakin menjadi, menyerang seruan kembalinya Islam kaffah. Para pengemban dakwah Islam kaffah pun dikriminalisasi, dibunuh karakternya, dituduh radikal dan teroris. Sementara moderasi agama terus digencarkan melalui ceruk apapun, termasuk bidang pendidikan, agar bisa masuk dalam benak dan dada-dada generasi muslim.
Seruan dakwah yang membawa pemikiran jernih tentang Islam kaffah membuat panik musuh Islam. Tak pelak, berbagai upaya serius terus digalakkan. Sebab semakin sadarnya umat Islam tentang Islam kaffah, maka kebangkitan Islam tak lama lagi akan terwujud. Geliat kebangkitannya ditandai dengan seruan yang menggema untuk kembali kepada syari'at Islam, menjadikan Islam sebagai solusi atas permasalahan kehidupan. Karena sejatinya Islam adalah sebuah ideologi yang harus diperjuangkan dan diterapkan dalam kancah kehidupan manusia.
Tentu saja hal ini menjadi sebuah ancaman serius bagi musuh Islam, yaitu negara-negara sekuler-kapitalis. Demikianlah, sehingga Barat merekomendasikan proyek besar yang bisa mereduksi ajaran Islam yang sempurna dengan gagasan moderasi agama. Semua ini adalah realisasi dari Building Moderator Muslim Network and Corporation, lembaga thing tank AS pada 2007.
Sungguh ide moderasi agama ini adalah racun yang berbahaya dan menyesatkan bagi kaum muslimin. Hendak diarahkan ke mana perjalanan pendidikan generasi? Ide sesat ini akan mencetak generasi sekuler dan penganut pluralisme, menganggap semua agama benar, serta mudah mencampuradukkan ajaran Islam dengan keyakinan agama lain. Bahkan akan menolak penerapan syari'at Islam kaffah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Padahal Allah telah mengingatkan manusia dalam sebuah firman-Nya. "Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui." (Qs. Al-Baqarah 42)
Bisa jadi, generasi muslim pada akhirnya akan menganggap bahwa moderasi adalah bagian dari ajaran Islam yang harus diambil serta diperjuangkan. Padahal semua itu bisa mematikan gejolak kebangkitan Islam dan menarik mundur langkah perjuangan umat. Sekolah Islam atau madrasah tak lagi mampu mencetak generasi faqih fiddin sekaligus pejuang Islam yang militan.
Sesungguhnya masa depan Islam ada di pundak generasi. Mereka adalah aset berharga yang akan menopang ketahanan ideologi Islam. Dalam Islam, pendidikan generasi dinaungi oleh sistem pendidikan negara yang menjadikan akidah Islam sebagai asasnya. Sehingga konsep pendidikan termasuk kurikulum, metode belajar mengajar, kualifikasi guru, suasana pembelajaran dan lain-lain berlandaskan akidah Islam.
Tanpa moderasi agama, sistem pendidikan Islam telah terbukti mampu mencetak generasi emas, ilmuwan sekaligus ulama' faqih fiddin dan pejuang Islam. Karya besar mereka telah menorehkan manfaat bagi kemajuan peradaban Islam dan dunia. Wallahu'alam bish-shawwab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.