Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ummu Zidan

Dewan Perwakilan Rakyat, Mewakili Siapa?

Politik | Wednesday, 18 Sep 2024, 01:57 WIB

Puluhan anggota DPRD Subang periode 2024-2029 yang baru saja dilantik pada Rabu (4/9/2024), menggadaikan SK mengayunkan ke bank sebagai agunan atau jaminan untuk meminjam uang. Pinjaman diketahui mulai dari Rp 500 juta hingga Rp 1 Miliar. (Republika.co.id, 06/08/2024)

Dewan Perwakilan Rakyat, mestinya apa yang disuarakan adalah jeritan rakyat. Namun jika sudah begini, maka DPR tak lagi menjadi wakil rakyat. Apa yang mereka perjuangan justru bukan kepentingan rakyat, namun demi kepentingan perut mereka sendiri. Sejatinya, para dewan yang terhormat itu memilih jalan menduduki kursi parlemen tiada lain adalah untuk meraup keuntungan yang besar dengan menjual suara rakyat.

Semua orang pun tahu betapa fantastis besar biaya yang dibutuhkan agar bisa duduk di kursi empuk itu. Tidak sedikit yang terpaksa merelakan aset pribadi hingga berutang ke bank agar menang dalam perlombaan meraup suara rakyat. Beginilah cara kerja mereka untuk mendapatkan ķeuntungan pribadi di masa-masa sulitnya mencari kekayaan secara instan.

Maka jadi pemandangan yang wajar jika usai pelantikan, mereka lalu menggadaikan surat keputusan (SK) pengangkatan ke bank demi membayar tanggungan pembiayaan kampanye. Bank adalah jalan pintas mendapatkan dana segar untuk segala tuntutan kepuasan materi. Mengingat tuntutan gaya hidup seorang dewan yang serba mewah. Semua fasilitas harus lux, penampilan serba wah, dompet harus tebal untuk memenuhi segala keinginan duniawi.

Maka ramai-ramai gadai SK oleh wakil rakyat seusai dilantik menjadi sebuah tradisi di sistem politik yang buruk ini. Ongkos demokrasi memang mahal. Karena sistem ini menuntut manusia untuk membeli jabatan dan kekuasaan dengan cara suka-suka. Tak peduli dengan kepentingan dan kemaslahatan rakyat, karena rakyat justru dijadikan tumbal kekuasaan.

Segala aturan dari Sang Pencipta demi kebaikan umat manusia di dunia tak lagi menjadi perhatian. Buat apa aturan agama jika menghambat kesuksesan dunia? Demikianlah yang disebut sistem sekulerisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan. Seorang muslim boleh shalat, puasa dan haji, namun menghalalkan segala cara demi mendapatkan kepuasan materi.

Politik pragmatis dan politik uang adalah warna demokrasi yang bertentangan dengan sistem politik Islam. Politik dalam Islam adalah riayah su'unil ummah, yakni pengaturan urusan umat dengan syariat Islam.

Sebagai seorang muslim seharusnya tidak menafikan syariat Islam untuk menata kehidupan. Baik kehidupan pribadi hingga tatanan bermasyarakat dan bernegara.

Dalam Islam terdapat konsep wakil rakyat yang disebut Majelis Ummah. Namun sungguh jauh berbeda dengan DPR yang ada dalam demokrasi. Majelis ummah benar-benar terwujud untuk mewakili suara dan aspirasi rakyat. Uniknya hal ini dilakukan mereka atas motivasi keimanan dan kepedulian terhadap rakyat. Karena Majelis Ummah juga bagian dari rakyat yang memiliki hak mendapatkan kesejahteraan dari penguasa. Majelis Ummah dipilih atas dasar kepercayaan, bukan karena dibeli dengan segala pencitraan dan janji-janji manis.

Hal ini tidak ditemukan dalam sistem demokrasi, karena suara rakyat hanya butuh dimanfaatkan untuk mengantarkan ke kursi jabatan. Sistem yang katanya "dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat" ternyata hanya jargon tanpa makna. Dalam sistem rusak ini tak akan ditemukan wakil rakyat yang sibuk mengurusi kepentingan rakyat. Fakta yang dipertontinkan selama ini adalah kesibukan wakil rakyat memperkaya diri dan melanggengkan kekuasaan.

Padahal dalam Islam senantiasa diajarkan bahwa jabatan dan kekuasaan adalah amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa dan pemimpin rakyat hakikatnya adalah pelindung dan pengayom rakyat.

Konsep terbaik ini akan mampu direalisasikan dalam sistem kehidupan Islam, bukan demokrasi. Karena sistem Islam memiliki landasan akidah Islam. Syariat pun akan terpancar dari akidah Islam untuk mengatur kehidupan ini agar berjalan sesuai dengan aturan Allah Swt. Tidak ada kehidupan bernegara yang lebih indah daripada tegaknya hukum-hukum Allah yang akan membawa keberkahan di maka bumi. Wallahu’alam bish-shawab..

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image