Seberapa Burukkah Makanan yang Diproses Secara Ultraproses?
Kuliner | 2024-09-10 14:08:39Makanan olahan adalah makanan yang tidak dapat Anda buat di rumah, karena mengandung perasa dan bahan kimia yang mengubah rasa atau rasa makanan. Makanan semacam itu mungkin juga melalui metode persiapan yang tidak mungkin dilakukan di dapur rumah.
Makanan ini biasanya mengandung garam, gula, dan lemak yang tinggi. Para ilmuwan menghubungkan konsumsi makanan yang diproses secara berlebihan dengan hasil kesehatan yang buruk. Kelebihan berat badan adalah salah satu akibatnya dan hal ini dapat menyebabkan diabetes dan penyakit jantung.
Risiko kesehatan lain yang mungkin terjadi adalah depresi dan demensia. Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan ini dapat meningkatkan risiko kematian dini.
Penelitian sejauh ini menemukan hubungan - bukan bukti - mengenai efek kesehatan dari makanan ini. Produsen makanan berargumen bahwa proses pengolahan meningkatkan keamanan pangan dan persediaan makanan. Mereka mengatakan bahwa hal ini juga menawarkan cara yang murah dan mudah untuk menyediakan makanan yang beragam dan bergizi.
Associated Press meminta beberapa ahli gizi untuk menjelaskan makanan-makanan ini agar masyarakat dapat membuat pilihan yang tepat. Apa itu makanan yang diproses ulang? Sebagian besar makanan diproses ulang, entah dengan cara dibekukan, digiling, difermentasi, di-pasteurisasi, atau dengan cara lain.
Pada tahun 2009, ahli epidemiologi Brasil Carlos Monteiro dan timnya pertama kali mengusulkan cara untuk menglasifikasikan makanan berdasarkan seberapa banyak makanan tersebut diproses, bukan berdasarkan kandungan nutrisinya. Ini disebut sistem klasifikasi Nova. Sistem ini digunakan oleh badan-badan internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia.
Kevin Hall adalah seorang peneliti yang mempelajari metabolisme dan diet di National Institutes of Health. Dia mengatakan bahwa makanan yang berada di bagian atas skala empat tingkat Nova adalah makanan yang disiapkan dengan proses industri dan bahan-bahan seperti zat aditif, pewarna, dan pengawet yang tidak dapat Anda gunakan di dapur rumah.
“Tidak semua makanan olahan itu tidak sehat,” kata Hall kepada learningenglish.voanews.com.
Roti gandum, yogurt, tahu, dan susu formula bayi, misalnya, merupakan makanan yang diproses. Namun, banyak penelitian menunjukkan bahwa diet tinggi makanan olahan terkait dengan hasil kesehatan yang buruk. Penyebab pastinya masih belum jelas.
Hall dan mitranya melakukan penelitian kecil dengan 20 orang yang tinggal di sebuah pusat kesehatan selama sebulan. Beberapa orang makan makanan yang diproses ulang, sementara yang lain makan makanan yang tidak diproses ulang.
Kedua kelompok mendapatkan jumlah kalori, gula, lemak, serat, dan nutrisi yang sama selama dua minggu. Mereka bisa makan sebanyak yang mereka suka. Ketika orang makan makanan yang mengandung makanan yang tidak diproses, mereka mengonsumsi sekitar 500 kalori per hari lebih banyak daripada ketika mereka makan makanan yang tidak diproses, para peneliti menemukan.
Berat badan mereka bertambah rata-rata sekitar 1 kilogram selama masa penelitian. Orang yang hanya makan makanan yang tidak diproses dalam waktu yang sama kehilangan berat badan sekitar 1 kilogram. ***
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.