Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Menjadi Wanita Mulia: Menerapkan 6 Nasehat Emas dalam Kehidupan Modern

Agama | Wednesday, 28 Aug 2024, 14:47 WIB
dokumen muslimah

Di era modern yang serba cepat dan kompleks ini, peran wanita dalam masyarakat terus berkembang dan berubah. Namun, di tengah arus perubahan tersebut, nilai-nilai fundamental yang menjadi panduan hidup seorang muslimah tetap relevan dan penting untuk dipertahankan. Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA, seorang ulama terkemuka, menyampaikan enam nasehat emas yang dapat menjadi kompas moral dan spiritual bagi para wanita muslimah dalam mengarungi kehidupan modern.

1. Beradab dalam Berbicara: Kekuatan Kata-kata yang Santun

Nasehat pertama, beradab dalam berbicara, menekankan pentingnya etika komunikasi dalam Islam. Berbicara dengan sopan, lemah lembut, dan penuh pertimbangan bukan hanya mencerminkan keanggunan seorang wanita, tetapi juga merupakan implementasi dari ajaran Islam tentang akhlak mulia.

Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, di mana kata-kata dapat menyebar dengan cepat dan luas, kemampuan untuk berkomunikasi dengan bijak menjadi semakin krusial. Seorang wanita muslimah dituntut untuk memilih kata-katanya dengan hati-hati, baik dalam percakapan langsung maupun di media sosial. Ini bukan berarti membatasi ekspresi atau pendapat, melainkan mengasah kemampuan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan dengan cara yang konstruktif dan menghormati orang lain.

Beradab dalam berbicara juga mencakup kemampuan untuk mendengarkan dengan empati dan responsif terhadap kebutuhan orang lain. Dengan menerapkan prinsip ini, seorang wanita dapat membangun hubungan yang lebih harmonis dalam keluarga, lingkungan kerja, dan masyarakat luas.

2. Tinggal di Rumah: Memaknai Ulang Konsep 'Rumah' di Era Modern

Nasehat kedua, tinggal di rumah, sering kali menjadi topik perdebatan dalam konteks peran wanita modern. Namun, penting untuk memahami esensi dari nasehat ini dalam konteks yang lebih luas. 'Tinggal di rumah' tidak harus diartikan secara harfiah sebagai larangan untuk beraktivitas di luar rumah, melainkan sebagai prioritas untuk membangun dan menjaga institusi keluarga.

Dalam era di mana banyak wanita memiliki karir di luar rumah, tantangannya adalah bagaimana menyeimbangkan tanggung jawab profesional dengan peran sebagai pilar keluarga. Konsep 'rumah' dapat dimaknai sebagai fondasi moral dan emosional bagi keluarga, yang dapat dibangun melalui keterlibatan aktif dalam pendidikan anak, pengelolaan rumah tangga yang efektif, dan penciptaan lingkungan yang nyaman dan islami.

Wanita yang memahami dan menerapkan nasehat ini dengan bijak akan menyadari bahwa kesuksesan sejati tidak hanya diukur dari pencapaian karir, tetapi juga dari kemampuan untuk membangun keluarga yang harmonis dan berakhlak mulia.

3. Jangan Bertabarruj: Menavigasi Konsep Kecantikan dalam Dunia Modern

Nasehat ketiga, larangan bertabarruj atau berlebihan dalam menampilkan perhiasan dan kecantikan, mengajak para wanita untuk merefleksikan kembali konsep kecantikan dalam Islam. Di tengah budaya populer yang sering kali mendorong eksploitasi citra tubuh, Islam menawarkan perspektif yang lebih holistik tentang kecantikan.

Menghindari tabarruj bukan berarti mengabaikan penampilan sama sekali, melainkan menemukan keseimbangan antara kecantikan lahiriah dan batiniah. Wanita muslimah didorong untuk merawat diri dan berpenampilan rapi, namun tetap dalam batas-batas kesopanan dan kesederhanaan yang diajarkan Islam.

Tantangan dalam menerapkan prinsip ini di era modern adalah bagaimana tetap percaya diri dan stylish tanpa terjebak dalam budaya konsumerisme dan standar kecantikan yang tidak realistis. Wanita muslimah dapat menjadi pionir dalam mendefinisikan ulang standar kecantikan yang lebih inklusif dan substansial, yang lebih menekankan pada kecerdasan, karakter, dan kontribusi positif kepada masyarakat.

4. Menegakkan Salat, Menunaikan Zakat, serta Taat kepada Allah dan Rasul-Nya: Spiritualitas sebagai Fondasi Kehidupan

Nasehat keempat menekankan pentingnya praktik ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya sebagai fondasi kehidupan seorang muslimah. Di tengah kesibukan dan tuntutan hidup modern, menjaga konsistensi dalam beribadah menjadi tantangan tersendiri.

Menegakkan salat bukan sekadar ritual, melainkan sarana untuk membangun kedekatan dengan Allah dan menjaga keseimbangan spiritual di tengah hiruk-pikuk kehidupan. Menunaikan zakat mengajarkan kepedulian sosial dan membantu membersihkan hati dari sifat tamak. Sementara ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi kompas moral yang mengarahkan setiap keputusan dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.

Wanita modern yang menerapkan nasehat ini akan menemukan bahwa spiritualitas bukan penghalang kesuksesan, melainkan sumber kekuatan dan ketenangan batin yang memperkaya segala aspek kehidupan.

5. Mempelajari Al-Qur'an dan Sunah Nabi Muhammad ﷺ: Pendidikan Sepanjang Hayat

Nasehat kelima mengajak para wanita untuk terus menuntut ilmu, khususnya memperdalam pemahaman terhadap Al-Qur'an dan Sunah Nabi Muhammad ﷺ. Prinsip ini sangat relevan dengan semangat pembelajaran sepanjang hayat yang diusung oleh masyarakat modern.

Mempelajari Al-Qur'an dan Sunah bukan hanya tentang membaca terjemahan atau menghafal ayat, tetapi juga tentang memahami konteks, merefleksikan makna, dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam era informasi, tantangannya adalah bagaimana memilih sumber belajar yang tepat dan memahami ajaran Islam dalam konteks kekinian.

Wanita muslimah yang aktif dalam menuntut ilmu agama akan memiliki fondasi yang kuat untuk menghadapi berbagai tantangan hidup. Mereka juga dapat menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan bagi keluarga dan komunitas mereka, sehingga berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih cerdas dan berakhlak.

6. Taat kepada Suami: Membangun Kemitraan dalam Rumah Tangga

Nasehat terakhir, taat kepada suami, sering kali menjadi topik yang sensitif dalam diskusi tentang kesetaraan gender. Namun, penting untuk memahami bahwa ketaatan dalam konteks Islam tidak berarti penundukan atau penghilangan hak-hak wanita. Sebaliknya, ini adalah tentang membangun kemitraan yang harmonis dalam rumah tangga berdasarkan rasa saling menghormati dan memahami peran masing-masing.

Dalam konteks modern, ketaatan kepada suami dapat dimaknai sebagai komitmen untuk bekerja sama dalam membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Ini melibatkan komunikasi yang terbuka, pengambilan keputusan bersama, dan saling mendukung dalam mencapai tujuan bersama.

Wanita yang memahami esensi dari nasehat ini akan menyadari bahwa keharmonisan rumah tangga adalah fondasi penting bagi kesuksesan pribadi dan kontribusi positif terhadap masyarakat yang lebih luas.

Kesimpulan

Enam nasehat emas yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA, menawarkan panduan komprehensif bagi wanita muslimah dalam menjalani kehidupan modern. Tantangannya adalah bagaimana menginterpretasikan dan mengaplikasikan nasehat-nasehat ini dalam konteks kekinian tanpa kehilangan esensi dan nilai-nilai fundamental yang terkandung di dalamnya.

Wanita muslimah modern dihadapkan pada berbagai pilihan dan peran yang kompleks. Namun, dengan berpedoman pada nasehat-nasehat ini, mereka dapat menavigasi tantangan hidup dengan lebih bijak, membangun karakter yang kuat, dan memberikan kontribusi positif bagi keluarga dan masyarakat.

Pada akhirnya, menjadi wanita mulia dalam perspektif Islam bukanlah tentang membatasi diri, melainkan tentang mengoptimalkan potensi diri dalam kerangka nilai-nilai spiritual dan moral yang luhur. Dengan memahami dan menerapkan nasehat-nasehat ini secara kontekstual, wanita muslimah dapat menjadi agen perubahan yang efektif, memadukan kearifan tradisional dengan tuntutan zaman modern, serta menjadi teladan bagi generasi mendatang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image