Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatmadiyahmufrihah Ali

Belajar Parenting di Usia 20-an: Langkah Cerdas atau Terlalu Cepat?

Parenting | 2024-08-26 19:25:53
https://pin.it/FPPokOlQL" />
Sumber Gambar: https://pin.it/FPPokOlQL

Banyak orang beranggapan bahwa usia 20-an adalah masa untuk mengejar karier, traveling, dan menikmati kebebasan sebelum memasuki kehidupan berkeluarga. Namun, siapa sangka bahwa belajar parenting di usia muda justru bisa menjadi langkah cerdas yang membantu kamu lebih siap menjalani masa depan?

Di era digital ini, akses informasi tentang parenting semakin mudah. Mulai dari buku, seminar, hingga akun media sosial, semua dapat memberikan wawasan tentang bagaimana menjadi orang tua yang baik. Tetapi, apakah belajar parenting di usia 20-an dianggap terlalu cepat? Atau justru langkah ini bisa memberikan banyak manfaat di masa depan?

Mengapa Belajar Parenting di Usia 20-an?

Pertama, di usia ini, otak kita masih dalam tahap perkembangan yang pesat, sehingga kemampuan untuk menyerap ilmu baru masih sangat optimal. Bayangkan jika kamu sudah memiliki pengetahuan dasar tentang parenting sejak dini, bagaimana hal ini bisa mempengaruhi cara kamu membentuk hubungan dengan anak-anak di masa depan? Menurut Ibu Aisyah Dahlan, seorang psikolog dan pakar parenting Islami, "Belajar parenting tidak hanya mempersiapkan kita menjadi orang tua yang lebih baik, tetapi juga membantu kita memahami diri sendiri dan orang lain dengan lebih mendalam."

Persiapan yang Lebih Matang

Tak hanya itu, belajar parenting di usia muda memungkinkan kita untuk mempersiapkan diri secara matang, baik secara emosional maupun mental. Mungkin kamu belum merencanakan untuk berkeluarga dalam waktu dekat, tapi memiliki pengetahuan tentang parenting dapat membentuk kamu menjadi pribadi yang lebih sabar, pengertian, dan bijaksana dalam menghadapi berbagai situasi.

Selain itu, ilmu parenting tidak hanya bermanfaat saat menjadi orang tua, tetapi juga dalam interaksi sehari-hari. Misalnya, bagaimana cara berkomunikasi dengan baik, menangani konflik, atau memahami perasaan orang lain—semua ini adalah skill yang penting di berbagai aspek kehidupan.

Apa Kata Mereka yang Sudah Mencoba?

Banyak anak muda yang telah mencoba belajar parenting di usia 20-an dan merasa lebih siap menghadapi kehidupan berkeluarga. farah, 22 tahun, seorang guru SMPIT Mutiara Ilmu (Banyumas, 2024), mengatakan, "Awalnya, saya ikut seminar parenting hanya karena penasaran. Tapi setelahnya, saya menyadari bahwa ilmu ini membantu saya berkomunikasi lebih baik dengan murid-murid dan orang tua mereka. Saya jadi lebih peka terhadap kebutuhan emosional anak-anak di kelas."

Tidak sedikit pula yang merasa bahwa ilmu Parenting membantu mereka dalam menghadapi tantangan di lingkungan sekolah. "Dalam pekerjaan saya sebagai guru, ilmu Parenting membantu saya memahami anak-anak dengan lebih baik. Saya jadi lebih tahu bagaimana cara mendekati murid dengan latar belakang yang berbeda-beda dan menciptakan suasana belajar yang lebih nyaman dan mendukung," ujar Dita, 21 tahun, seorang guru SD Abata (Temanggung, 2024)

Jadi, Apakah Salah Belajar Parenting di Usia 20-an?

Jawabannya tentu tidak! Justru, ini bisa menjadi investasi besar bagi masa depan kamu. Mulai dari membangun hubungan yang lebih sehat dengan orang lain hingga persiapan menjadi orang tua yang bijaksana, ilmu parenting di usia muda akan memberikan banyak manfaat yang mungkin tidak kamu duga sebelumnya.

Jika kamu merasa siap untuk belajar sesuatu yang baru dan bermanfaat untuk jangka panjang, mengapa tidak mulai sekarang? Ingat, tidak ada kata terlalu dini untuk mempersiapkan diri menjadi versi terbaik dari dirimu, terutama dalam hal parenting.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image