Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image aldy alfajri

Pada hujan yang membawaku pergi (Bagian 1)

Sastra | 2024-08-26 13:30:36

20 Juni 1991

Garis waktu yang terbentang, kini membuatku selalu trauma dengan peristiwa di kota. Hujan yang mengguyur bumi telah menolong ku berkali-kali. Membawaku ke masa lalu dan masa depan, memberiku jawaban yang selama ini kupertanyakan. Tidak ada satupun yang bisa menjawabnya hingga membuatku terjebak dengan pertanyaanku sendiri.

Saat itu hujan begitu deras mengguyur kota. Udara terasa dingin dan menusuk tulang, bahkan aku bisa melihat uap dari nafas yang ku hembuskan. Semua warga kembali ke peraduannya masing-masing. Lampu di apartemen mulai dinyalakan karena langit semakin mendung dan gelap. Beberapa kendaraan masih lalu-lalang di jalanan seperti motor, mobil, truk, elf DLL. Aku duduk di halte sambil menunggu bus untuk pulang. Udara yang saking dinginnya membuatku terpaksa beranjak ke kafe terdekat untuk menghangatkan diri sejenak. Sambil melihat ke arah Halte. Berjaga-jaga jikalau bus telah sampai di Halte.

15 Menit berlalu, kopi pesananku telah kuhabiskan. Tepat di tegukkan terakhir, bus telah sampai di Halte. Aku segera beranjak ke Halte dan memasuki bus tujuanku pulang. Selama diperjalanan, aku hanya duduk sambil memandangi kota yang masih terus diguyur hujan. Sesaat, aku kembali mengingat mendiang istriku, Eriska. Kembali mengingat semua kenangan indah dan gundah bersamanya. Sesekali aku tersenyum sembari menitikkan air mata. Bagaimanapun juga, aku harus menjalani kehidupan ini dengan kuat.

Disaat aku terus mengingat kenangan bersama Eriska, Pak Sopir bus yang menyetir berteriak. Memecah keheningan di dalam bus “AWASSS!!!” Sontak membuatku terkejut.

Ternyata bus yang kutumpangi menabrak sebuah truk kontainer.

Ketika itu, aku tidak sadarkan diri. Mataku berkunang-kunang dan badanku seakan mati rasa. Dan beberapa saat kemudian, aku tidak sadarkan diri. Yang terakhir kurasakan adalah tetesan hujan yang menetes ke dahiku ketika bis terjungkal. Hujan yang mengguyur deras tetap ku dengar tempiasnya di kupingku.

*******

Aku terbangun di sebuah dataran hijau yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Entah kenapa aku bisa disini. Karena yang teringat di benakku adalah aku baru saja kecelakaan bis ketika pulang kerumah. Keadaan disini sama seperti kota, hujan deras, udara yang dingin serta kabut tipis menyelimuti dataran hijau ini. aku sama sekali tidak melihat sesuatu disini. Tidak ada bukit, rumah-rumah penduduk, bahkan sekedar gundukan batu saja tidak ada. tempat ini benar-benar datar ditumbuhi rerumputan hijau. beberapa menit telah berlalu, aku melihat sebuah rumah. Dari jauh kulihat ada bapak-bapak seorang diri tengah duduk didepan rumahnya sembari meneguk segelas kopi. Aku pun menghampirinya.

Ketika kuhampiri bapak itu, ternyata dia sudah menungguku jauh-jauh hari. Dia bahkan tahu namaku. Sejenak, ia menyuruhku untuk duduk dan ia membawakanku segelas kopi dan roti bungkus. Sambil menikmati kopi dan roti, aku berbincang-bincang dengan bapak itu. ia menjelaskan dimana keberadaanku saat ini, mengapa aku bisa disini dan semuanya ia jelaskan secara detail. Ketika aku mengalami kecelakaan, hujan membawaku kemari di tanah datar hijau ini. Alasan mengapa hujan membawaku kemari karena ia ingin memberitahuku suatu hal. Aku tidak tahu apa yang “Setelah ini aku bersama hujan akan membawamu ke suatu tempat, mungkin ini akan sedikit membuatmu heran tapi kau akan paham sendiri nantinya” Kemudian, bapak itu mengajakku keluar dari rumah. Hujan masih mengguyur deras hingga detik ini. Lalu sepersekian detik, hujan mengguyur kami lebih deras hingga membuatku tidak bisa melihat sekitar dan-

Aku berpindah ke suatu tempat, tubuhku seperti tertarik oleh sesuatu. Waktu terasa lebih lambat dan aku merasakannya. Kembali ke masa lalu yang lebih jauh.

BERSAMBUNG

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image