Produk Impor Membanjiri Pasar, Disaat Produk Tekstil Lokal Semakin Terpuruk
Bisnis | 2024-08-21 02:38:25Produk Impor Membanjiri Pasar, Disaat Produk Tekstil Lokal Semakin Terpuruk
Oleh : Dhevy Hakim
Cintailah produk-produk dalam negeri.
Rupanya slogan ini semakin hari makin menghilang terkalahkan dengan trend mode maupun adanya produk impor yang menguasai pasar baik di pasar tradisional maupun online shop. Dengan harga yang murah dan tampilan yang kelihatan trendy membuat daya tarik masyarakat lebih memilih membeli barang impor. Sekalipun belum tentu kualitasnya bagus.
Seperti yang terjadi di Pusat Grosir Tanah Abang Jakarta, beberapa waktu lalu pakaian impor dari China membanjiri pasar. Pakaian bayi dan baju anak-anak terlihat jelas berlabel “Made in China” dan tidak ada logo Standar Nasional Indonesia (SNI), padahal untuk pakaian anak dan bayi seharusnya wajib ber-SNI.
Harganya memang murah. Harga per potong baju anak hanya sekitar Rp20.000 - Rp50.000, tergantung ukuran dan model pakaian. Sedangkan untuk pakaian bayi, dibanderol dengan harga Rp25.000 - Rp35.000 per potongnya.
Namun secara kualitas sebenarnya tidaklah begitu bagus. Seperti jahitan renggang, mudah sobek dan cenderung menggunakan bahan katun kualitas standar. Jika dipegang, bahan itu terasa sedikit kasar dan tidak menyerap keringat. Hanya saja kelebihannya adalah memiliki motif dan model yang lebih beragam dan menarik, sehingga seolah-olah yang melihat terhipnotis untuk membelinya.
Masuknya produk-produk impor secara terus menerus dan dengan jumlah yang banyak tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sebab membanjirnya produk-produk impor tentunya mempengaruhi industri tekstil di negeri ini.
Kondisi industri tekstil dalam negeri yang semakin terpuruk, banyak yang gulung tikar dan marak PHK akan semakin terpuruk k jika produk impor dibiarkan. Bahkan lama kelamaan industri tekstil mati tak tersisa.
Oleh karenanya negara seharusnya melakukan tindakan yang tegas. Sekalipun adanya impor menambah devisa negara tapi bukan berarti mengorbankan mata pencaharian rakyatnya.
Disadari atau tidak adan produk impor yang membanjiri pasar dalam negeri sesungguhnya menunjukkan adanya praktek liberalisasi pasar yang sudah menyentuh jauh hingga pada tataran akar rumput. Dari sisi ini, sebagai negara berkembang jelaslah Indonesia hanya dijadikan sebagai pangsa pasar saja, sedangkan negara importirlah yang tetap meraup keuntungan sebanyak-banyaknya.
Dengan demikian seyogyanya negara bersikap tegas untuk tidak memasukkan produk impor dan lebih fokus pada revitalisasi industri di dalam negeri, sehingga ekonomi rakyat bisa terselamatkan dan negara pun berpotensi menuju negara yang lebih maju lagi. Wallahu a’lam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.