Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dhevy Hakim

Butuh Jaminan Makanan pada Anak

Info Terkini | 2024-08-20 14:50:54

Butuh Jaminan Makanan pada Anak

Oleh: Ummu Salsabila

Viral adanya kasus gagal ginjal pada anak. Berita mengenai nak-anak yang mengalami gagal ginjal dan harus cuci darah pun semakin berseliweran beritanya di berbagai media sosial.

Anak-anak yang mengalami gangguan ginjal hingga harus menjalani tindakan cuci darah banyak ditemukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Menurut keterangan dokter spesialis anak RSCM, Eka Laksmi Hidayati, mengungkapkan, saat ini ada 60 anak yang harus menjalani tindakan cuci darah secara rutin di RSCM. (kompas.id, 25/7/2024)

Sedangkan di Jawa Barat tercatat ada 77 anak yang rutin menjalani prosedur hemodialisis atau cuci darah. Angka tersebut tentu cukup mengkhawatirkan, sebab cuci darah yang terjadi pada anak menurut Staf Divisi Nefrologi RSHS Bandung, dr Ahmedz Widiasta penanganannya perlu dilakukan dalam jangka waktu yang panjang alias seumur hidup. (detik.com, 01/08/2024)

Lantas, jika sudah sedemikian banyak kasus gagal ginjal pada anak apa yang mesti dilakukan?

Anak-anak yang mengalami kasus gagal ginjal kebanyakan mereka sebelum divonis suka mengkonsumsi minuman yang berpemanis dalam kemasan. Sayangnya banyak makanan dan minuman berpemanis dijual bebas di pasaran. Parahnya produk-produk ini mengandung gula yang tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan dalam angka kecukupan gizi.

Padahal menurut penjelasan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), anak-anak sebaiknya diberikan real food, yakni makanan alami yang tidak atau minim proses, bebas dari tambahan bahan kimia, pemanis buatan, dan pengawet tanpa banyak modifikasi. Bahkan menurutnya pemberian susu kemasan atau Ultra High Temparature (UHT) untuk anak-anak sebaiknya tidak menjadi kebiasaan.

Artinya problem gagal ginjal pada anak saat ini tidak hanya berkaitan dengan masalah kesehatan saja tapi juga dipengaruhi oleh gaya hidup maupun industri kapitalistik saat ini.

Terkait industri makan dan minuman memang kenyataannya saat ini tersedia berbagai macam variasi dan merk. Sangat jauh bila dibandingkan dengan anak-anak yang lahir di era 80an. Semakin kesini dengan menjamurnya UMKM juga sedikit banyak mempengaruhi pola konsumsi makanan dan minuman yang kebanyakan adalah makanan siap saji, bertepung, berperasa sintetis, dan berpemanis buatan.

Selain itu, dalam sistem kapitalisme, perusahaan-perusahaan makanan dan minuman juga hanya mengejar keuntungan, tanpa memikirkan dampak jangka panjang kepada kesehatan konsumennya.

Salah satu produsen susu terbesar akhir-akhir ini banyak mendapatkan kecaman dari publik dan WHO, karena mereka dengan sengaja menambahkan gula pada susu formula dan produk sereal mereka. Gula tambahan ini jelas bertentangan dengan pedoman internasional yang melarang adanya kandungan pemicu obesitas dan penyakit kronis lainnya. Parahnya lagi produk yang mengandung gula tambahan ini hanya dijual di negara berkembang.

Selain itu perubahan gaya hidup pada generasi muda juga turut berperan penting. Saat ini kebanyakan anak-anak mengkonsumsi makanan yang mengandung gula berlebihan dan kurang bergerak akibat kecanduan gadget. Hal itu dalam jangka panjang bisa menyebabkan obesitas dan juga bisa merusak fungsi ginjal. Ketergantungan pada perangkat digital menyebabkan waktu untuk aktivitas fisik berkurang secara drastis, yang pada akhirnya berkontribusi pada penurunan kebugaran fisik dan kesehatan mental.

Oleh karenanya untuk menyelesaikan persoalan maraknya gagal ginjal pada anak harus diselesaikan dengan peran optimal negara dalam memberikan jaminan kesehatan yang halal dan thayib.

Jaminan halal dan thayib pada makanan dan minuman dapat dilakukan oleh negara dengan mengoptimalkan lembaga khusus seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). BPOM dapat melakukan tugas seperti mengontrol kualitas makanan yang beredar di tengah masyarakat, mengawasi industri pangan untuk memastikan bahwa produk-produk yang mereka hasilkan sesuai dengan ketentuan Islam.

Negara juga menyediakan tenaga ahli yang bertugas mengawasi industri pangan dan memberikan sanksi tegas bagi pihak-pihak yang melanggar aturan. Sebagai contoh, jika ada produsen makanan yang terbukti menggunakan bahan-bahan yang tidak halal atau meragukan, negara harus siap memberikan sanksi berupa denda atau penutupan usaha.

Di samping itu, negara harus melakukan sertifikasi dan pelatihan rutin kepada pengusaha makanan dan minuman agar kualitas produknya tetap terjaga. Dengan adanya sertifikasi halal, konsumen memiliki kepastian bahwa produk yang mereka beli telah memenuhi standar halal yang ditetapkan. Negara juga harus melakukan edukasi mengenai pentingnya makanan halal dan thoyyib kepada seluruh masyarakat melalui berbagai mekanisme dan sarana, seperti edukasi publik, seminar, dan program edukasi di sekolah-sekolah. Tujuan dari edukasi ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memilih makanan yang tidak hanya halal tetapi juga thoyyib, sehingga tercipta generasi yang sehat dan sadar akan pentingnya kesehatan pangan.

Negara juga menyediakan dan melakukan general check-up secara rutin kepada anak sekolah hingga mahasiswa untuk mendeteksi secara dini kondisi kesehatan mereka. Pemeriksaan kesehatan ini penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah kesehatan sejak dini, sehingga anak-anak dapat menjalani kehidupan yang sehat dan produktif. Misalnya, program pemeriksaan kesehatan tahunan dapat mencakup pengecekan indeks massa tubuh, kadar gula darah, dan tekanan darah untuk mencegah penyakit-penyakit yang berkaitan dengan gaya hidup.

Terakhir, negara wajib memberikan fasilitas dan layanan kesehatan yang berkualitas dan memadai untuk seluruh masyarakat. Ini termasuk akses ke layanan kesehatan yang terjangkau, fasilitas medis yang lengkap, dan tenaga medis yang kompeten. Dengan adanya fasilitas kesehatan yang baik, masyarakat dapat mendapatkan perawatan medis yang diperlukan tanpa harus menghadapi hambatan finansial atau geografis.

Dengan demikian peran aktif negara dalam mengurus urusan umat, cita-cita untuk melahirkan generasi muda yang beriman, sehat dan berkualitas dapat tercapai. Tidakkah kita menginginkannya?

Wallahu a’lam bi as-shawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image