Pengaruh Keluarga Broken Home Terhadap Kesehatan Mental Anak
Lainnnya | 2024-07-29 11:34:13Keluarga memiliki peran krusial dalam kehidupan anak-anak, membentuk fondasi yang mendalam bagi kesejahteraan dan pertumbuhan mereka. Mengidentifikasi kebutuhan fisik anak adalah hal yang sangat mudah bagi orang tua. Mulai dari makanan dan minuman yang bergizi, pakaian yang sesuai, dan waktu istirahat yang pas.
Kesehatan mental anak dan tingkat emosionalnya mungkin tidak jelas,dan kesehatan mental anak sangat penting diperhatikan. Keluarga memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan mental anak. Namun banyak juga orang tua yang menyepelekan kesehatan mental anak.
Adanya keluarga menjadikan hidup lebih terarah dan tersusun dengan hadirnya anggota-anggota di dalam keluarga yang saling melengkapi satu sama lain. namun, dalam menjalani kehidupan keluarga, tidak sedikit terjadi hal-hal yang yang tidak sepemikiran dan sejalan. Perkelahian dan keributan terkadang muncul mewarnai kehidupan bahkan juga mengakibatkan keretakan atau biasa disebut broken home.
(Mahmun & ridjal,2021 ) memaparkan penyebab broken home ada bermacam-macam, bisa karena perceraian orangtua, ayah dan ibu, atau meninggalnya ayah, ibu, atau keduanya. Atau keduanaya bisa juga dengan jarak yang jauh bekerja diluar daerah.
Hasil penelitian Loughlin (Hartanti & Salsabila, 2020) menunjukkan bahwa anak-anak atau remaja yang menghadapi perceraian orang tuanya biasanya akan mengalami gejala gangguan kesehatan mental jangka pendek, yaitu stress, cemas, dan depresi.
Kondisi psikologis yang dirasakan oleh anak korban perceraian orang tuanya yaitu merasa tidak aman, adanya rasa penolakan dari keluarga, marah, sedih, kesepian, dan perasaan menyalahkan diri sendiri. Seseorang yang menjadi korban broken home biasanya mengalami gangguan dalam perkembangan emosi, kepribadian dan kehidupan sosial (Indari et al., 2021).
Dampak keluarga broken home dapat berdampak negatif bagi anak, terutama bagi anak yang sedang mengalami transisi dari masa anak-anak kenasa remaja. Kebersamaan keluarga yang rendah akan mengakibatkan kenakalan bagi remaja, kenakalan yang menjerumus kehal-hal yang negtif seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang, seks bebas, pelanggaran norma hukum, dan lain sebagainya. Dari kenakalan remaja terjadi karna ketidak berfungsinya kelurga sebagai figur ketauladaan bagi anak.
Menurut Grotberg (Muslimin, 2021)seseorang yang mengalami broken home akan kesulitan dalam menggambarkan perasaannya dengan jelas kepada orang lain, tidak dapat mengukur tingkat tempramen dirinya ketika menghadapi situasi sulit serta tidak mampu menyikapi dan menyelesaikan setiap permasalahan yang datang.
Pengaruh keluarga broken home terhadap kesehatan mental anak bisa sangat signifikan dan kompleks. Istilah "broken home" mengacu pada situasi di mana orang tua anak bercerai atau terpisah, dan anak harus menghadapi perubahan besar dalam kehidupan keluarga mereka. Beberapa dampak yang mungkin timbul pada kesehatan mental anak adalah sebagai berikut:
1. Distress Emosional : Anak-anak dalam keluarga broken home sering mengalami stres emosional yang signifikan. Mereka mungkin merasa bingung, marah, sedih, atau cemas akibat perubahan besar dalam kehidupan keluarga mereka.
2. Perasaan Abandonmen : Anak-anak bisa merasa ditinggalkan atau terlantar, terutama jika mereka merasa salah satu atau kedua orang tua tidak lagi tersedia secara emosional atau fisik seperti sebelumnya.
3. Masalah Perilaku : Beberapa anak mungkin mengalami penurunan dalam perilaku mereka, seperti kemunduran dalam prestasi akademis, meningkatnya perilaku agresif, atau perilaku berisiko lainnya.
4. Kesulitan dalam Hubungan Sosial : Anak-anak dari keluarga broken home mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat atau menemukan dukungan emosional dari teman sebaya.
5. Masalah Kesehatan Mental : Dalam beberapa kasus, dampak jangka panjang dari keluarga broken home dapat berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, atau masalah perilaku lainnya di masa dewasa.
Namun demikian, penting untuk diingat bahwa tidak semua anak dari keluarga broken home mengalami dampak negatif yang serius. Banyak faktor dapat mempengaruhi bagaimana anak menanggapi dan beradaptasi dengan perubahan tersebut, termasuk dukungan keluarga, lingkungan sekolah, dan sumber daya komunitas yang tersedia.
Penting bagi orang tua dan perawat untuk menyediakan dukungan emosional dan lingkungan yang stabil bagi anak-anak dalam situasi ini. Konseling atau terapi juga bisa menjadi sumber bantuan yang berharga bagi anak-anak yang mengalami kesulitan menyesuaikan diri atau mengatasi dampak psikologis dari keluarga broken home.
Nama : Siti Nur ‘Afwiyyah
Prodi : Ekonomi Syari’ah
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas KH. Mukhtar Syafa’at
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.