Lelang Ikan di Ujung Kota Pekalongan
Info Terkini | 2024-07-27 08:49:09Deru angin laut mendobrak tubuh, gulungan ombak tipis menghampiri badan kapal, menggoyang-goyangkan basket ikan yang menunggu untuk diturunkan.
Kita lihat kapal di sebelah, lebih ramai dan sibuk, dengan kapasitas 200 ton, mereka melaut hingga ke ujung Indonesia, melaut ke Papua. 15 hari, bahkan 1 bulan, sang istri ditinggal berlayar oleh suaminya, rindu berat.
Mata Pak Mujianto melihat sekeliling, setiap hari membantu operasional TPI Pekalongan, karena otonomi daerah, yang hanya boleh membeli di sini adalah warga asli Pekalongan, namun banyak juga warga yang datang ke sini, dari Batang, Wonokerto, hingga Pemalang juga setiap hari melihat wajah Pak Mujianto.
TPI Boom, menjadi sandaran kapal yang mengangkut ratusan keluarga ikan, ada keluarga ikan yang ikut kapal 5 gros ton, 6-30 gros ton dan ada yang ikut kapal dengan berat lebih dari 30 gros ton. Keluarga ikan kecil seperti bandeng, layang dan lemuru tidak berkemas, namun biasanya ada ikan berkemas rapi itulah keluarga ikan yang besar-besar.
Setelah membongkar kapal, para pencari ikan ingin santai dahulu, kemarin mereka menerjang hujan dan ombak semalaman, tak sempat beristirahat, mereka bisa leha-leha di tempat yang telah disediakan TPI untuk istirahat, menunggu hasil lelang.
"Julaiha, lima juta dua puluh ribu rupiah", ucap Juru tawar. Kemampuan hafalannya jangan diragukan, dia bisa tahu semua nama bakul, alamat, nama suami bakul, bahkan bisa memprediksi isi dompet, Julaiha membawa uang lebih dari 5 juta, untuk membeli ikan dari nelayan. Hari ini ada nelayan yang membawa pulang uang lima juta rupiah, anak buah kapal tersenyum, punya uang untuk makan dan membayar sekolah anaknya. Namun kapal dengan 30 lebih gros ton sedikit muram, hasil uangnya dipotong pajak hingga 10%, uang yang cukup lumayan untuk liburan.
2 tahun lebih Pak Muhammad Mahson menjabat, menjelaskan tantangan bagi para nelayan, regulasi perizinan hingga pajak, membuat beliau sedikit sedih. Tapi tidak pernah menyerah untuk terus mengembangkan sumber daya manusia para nelayan, berharap agar aturan kementerian bisa lebih longgar.
Semua kru kapal berkumpul, butuh banyak tenaga untuk membongkar ikan, setiap hari nelayan membongkar kapal, dari jam 7 pagi hingga jam 10 pagi pula. 1000 keranjang diturunkan, bayangkan ada berapa keluarga ikan berkumpul? sekarang ini yang sedang berlibur ke daratan laut adalah ikan tongkol dan ikan layang, daging mereka enak, terutama ikan lokal.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.