Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zahra Nuroktaviani

Deposit-Refund System: Mendulang Rupiah dari Sampah?

Teknologi | 2024-07-21 22:50:49

Tingkat masalah sampah di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Setiap hari, negara ini memproduksi ribuan ton sampah yang sebagian besar berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), sungai, dan laut, menyebabkan pencemaran lingkungan yang serius. Tumpukan sampah ini berdampak negatif pada kesehatan manusia, ekosistem laut, dan juga ekonomi. Menurut Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2023, dari 280 kabupaten/kota yang melaporkan data, jumlah timbunan sampah nasional mencapai 30,9 juta ton. Dari total tersebut, 76,83% (23,7 juta ton) dapat terkelola, sementara 23,17% (7,1 juta ton) belum terkelola dengan baik.

Pada tahun 2024, krisis sampah ini dikhawatirkan akan semakin parah. Situasi ini diperburuk oleh peningkatan timbunan sampah tanpa pengelolaan yang optimal, yang menyebabkan berbagai masalah lingkungan, kebersihan, dan kesehatan. Contohnya ketika warga membuang sampah rumah tangga, termasuk kemasan plastik dan kaleng bekas, ke sungai di dekat rumahnya karena tidak ada sistem pengelolaan sampah yang baik di kampung halamannya. Hal ini tidak hanya mencemari sungai tetapi juga membahayakan kehidupan akuatik dan kesehatan masyarakat yang menggunakan air dari sungai tersebut. Pemerintah dan sektor swasta di Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk menanggulangi masalah meningkatnya sampah. Selain mengimplementasikan kebijakan, pemerintah juga terus mengedukasi masyarakat agar mengadopsi gaya hidup yang menghasilkan sedikit sampah.

Ada tiga prinsip utama yang ditekankan dalam upaya mengatasi masalah sampah plastik. Pertama, membatasi penggunaan produk sekali pakai, terutama plastik sekali pakai. Kedua, mendorong masyarakat untuk berbelanja dengan mengurangi kemasan atau bahkan tanpa kemasan sama sekali, dengan membawa tas belanja sendiri saat pergi ke pasar atau supermarket. Ketiga, menggalakkan praktik pemilahan sampah di rumah sehingga sampah plastik dapat dipisahkan dari sampah organik, memudahkan proses daur ulang. Meskipun demikian, tantangan tetap ada, termasuk kesenjangan dalam implementasi kebijakan antar daerah, kurangnya kesadaran masyarakat, serta keterbatasan infrastruktur pengelolaan sampah yang memadai. Oleh karena itu, diperlukan solusi-solusi kreatif dan inovatif untuk mengatasi masalah ini. Salah satu solusi dari permasalahan ini yang paling menjanjikan adalah Deposit-Refund System.

Apa itu Deposit-Refund System

Deposit-Refund System merupakan suatu kebijakan yang mewajibkan setiap orang atau badan usaha yang membeli produk minuman ringan berkewajiban untuk membayar uang deposit kepada penjual. Uang deposit tersebut akan dikembalikan apabila sampah botol dikembalikan untuk didaur ulang atau dengan cara yang ramah lingkungan. Dengan adanya kewajiban untuk membayar deposit, konsumen akan termotivasi mengembalikan sampah untuk mendapatkan uang deposit mereka kembali. Salah satu negara yang telah berhasil menerapkan Deposit-Refund System adalah negara Jerman. Menurut Eurostat (2020) Jerman telah berhasil menanggulangi sekitar 1,5 juta ton sampah yang didaur ulang dengan cara menerapkan Deposit-Refund System.

Menurut Global Waste Index 2022, Jerman telah menempati peringkat ke-6 dengan sampah umum yang dihasilkan sebesar 632 kg, 302 kg sampah daur ulang dan 6.68 juta ton sampah anorganik. Jika sampah anorganik di Jerman tidak dikelola secara kompleks akan menimbulkan masalah serius terhadap lingkungan. Bagaimanapun sampah merupakan campuran segala macam barang (tidak terpakai), campuran tersebut seringkali terbukti selalu merusak tanah dan air tanah. Lalu, sampah anorganik tidak dapat terdegradasi secara alami sehingga memerlukan proses berpuluhan tahun agar hancur.

Untuk menanggulangi sampah yang ada, Jerman melakukan penanganan sampah botol Polyethylene Terephthalate (PET) melalui sebuah sistem yang disebut dengan Deposit-Refund System. Deposit-Refund System di Jerman mendukung pengumpulan wadah PET, aluminium, dan kaca dengan volume 0,1-3 liter. Botol yang berisi bir, air, minuman ringan berkarbonasi dan non-karbonasi, dan minuman beralkohol campuran harus dikembalikan melalui Deposit-Refund System. Dengan sistem ini Jerman mengalami peningkatan yang signifikan dalam tingkat daur ulang sampah PET terbukti dengan keberhasilannya dengan menghapuskan masalah sampah PET di Jerman, sebesar 97% botol PET telah didaur ulang. Tidak hanya botol PET saja melainkan nyaris sekitar 88% sampah kertas dan kardus serta sebesar 85% bahan kaca dapat didaur ulang di Jerman. Swedia (77%) dan Lithuania (92%) berhasil menerapkan Deposit-Refund System dengan tingkat pengembalian sampah untuk didaur ulang berbahan plastik termasuk botol PET.

Peluang di Indonesia

Penerapan Deposit-Refund System di Indonesia memiliki banyak peluang yang menjanjikan seperti mengurangi sampah plastik, meningkatkan daur ulang, meningkatkan kesadaran lingkungan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan meningkatkan citra Indonesia. Deposit-Refund System dapat membantu mengurangi jumlah sampah plastik yang mencemari lingkungan, terutama di lautan dan daratan. Dengan memberikan insentif kepada konsumen untuk mengembalikan botol dan wadah plastik, DRS dapat mendorong daur ulang dan mengurangi pembuangan sampah sembarangan. Hal ini sejalan dengan target nasional Indonesia untuk mengurangi sampah plastik di laut sebesar 70% pada tahun 2025.

Wadah plastik yang dikembalikan dapat diolah kembali menjadi produk baru, sehingga mengurangi kebutuhan untuk memproduksi plastik baru dari sumber daya alam. Penerapan ini juga dapat mendorong ekonomi sirkular dengan menjaga material plastik berputar dalam siklus produktif, sehingga plastik tidak lagi menjadi limbah. Deposit-Refund System menawarkan peluang menarik untuk pengelolaan sampah plastik di Indonesia, tetapi ada beberapa tantangan yang perlu dipertimbangkan sebelum menerapkannya, seperti biaya implementasi. Membangun infrastruktur yang diperlukan, termasuk tempat pengumpulan, sistem pemrosesan, dan logistik, membutuhkan biaya signifikan yang harus ditanggung oleh pemerintah, produsen, pengecer, dan konsumen. Infrastruktur pengelolaan sampah yang masih belum memadai di beberapa daerah serta variasi jenis dan bentuk kemasan botol plastik juga menjadi kendala. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang matang, kerjasama multi-pihak, dan edukasi publik yang berkelanjutan untuk mewujudkan pengelolaan sampah plastik yang efektif di Indonesia dan berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image