Kontribusi Tari Sufi dalam Memperkaya Khazanah Budaya Islam
Sejarah | 2024-06-26 20:59:14Tari Sufi, juga dikenal sebagai "Whirling Dervishes" atau "Sema," adalah bentuk tarian meditatif yang berakar dalam tradisi sufi, cabang mistik dalam Islam. Tari ini tidak hanya merupakan ekspresi artistik tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam. Artikel ini akan membahas sejarah tari Sufi, perkembangannya dalam Khazanah Budaya Islam. Tari Sufi ini merupakan salah satu bentuk seni yang paling khas dan mempesona dalam tradisi Islam. Tari ini berasal dari Tarekat Mevlevi yang didirikan oleh Jalaluddin Rumi pada abad ke-13 di Konya, Turki. Rumi, seorang penyair dan sufi terkenal, mengembangkan tarian ini sebagai bentuk zikir (pengingat kepada Allah) yang mendalam. Tari Sufi memiliki sejarah yang panjang dan kaya, penuh dengan makna spiritual dan simbolisme yang mendalam.
Sejak kemunculannya, Tari Sufi telah memainkan peran penting dalam kehidupan spiritual dan budaya umat Islam. Tarian ini tidak hanya menjadi bagian dari ritus keagamaan tetapi juga menjadi simbol dari pencarian spiritual manusia dan hubungan mereka dengan Tuhan. Para dervish, atau penari Sufi, berputar dengan penuh konsentrasi dan ketulusan, mencerminkan rotasi planet dan galaksi dalam kosmos, yang semuanya berputar di sekitar pusat yang sama, yaitu Tuhan. Gerakan berputar ini bukan sekadar tarian, melainkan sebuah meditasi dinamis yang bertujuan untuk mencapai keadaan spiritual yang lebih tinggi.[1]
Sejarah Tari Sufi
Asal Usul dan Perkembangan Awal
Tari Sufi pertama kali muncul pada abad ke-13 di Konya, Turki, dipelopori oleh Jalaluddin Rumi, seorang penyair dan ulama Sufi terkenal. Rumi mendirikan Tarekat Mevlevi, yang dikenal dengan praktik tarian berputar sebagai bentuk zikir atau pengingat kepada Allah. Menurut beberapa sumber, inspirasi awal Rumi untuk tarian ini datang dari pengalaman spiritualnya saat mendengar dentuman palu seorang pandai besi, yang menurutnya mencerminkan pujian kepada Tuhan.
Meskipun tarian Sufi banyak terkait dengan agama Islam, praktik ini juga ditemukan di berbagai agama lainnya, termasuk Hindu, Budha, dan agama-agama lain yang memiliki tradisi mistik.Tarian Sufi juga diakui sebagai warisan budaya dunia dan dianggap sebagai salah satu bentuk seni yang paling menyentuh hati dan spiritualTasawuf merupakan suatu bentuk praktik spiritual dan filosofis yang berfokus pada pengalaman langsung dengan Tuhan, dan menempatkan pengalaman spiritual sebagai tujuan utama kehidupan manusia.
Praktik Tarian Sufi mulai muncul pada abad ke-13 di Persia dan kemudian menyebar ke berbagai wilayah Timur Tengah, termasuk Turki, Mesir, dan India.Tarian ini awalnya dilakukan oleh para pengikut tarekat Sufi sebagai sarana untuk mencapai kesatuan dengan Tuhan dan memperdalam pengalaman spiritual mereka.Dalam sejarahnya, tarian Sufi juga menjadi sumber inspirasi bagi seniman dan penari dari berbagai budaya, sehingga gerakan dan musik dari tarian Sufi mengalami perkembangan dan variasi yang berbeda-beda.
Meskipun demikian, inti dari praktik Tarian Sufi tetap sama, yaitu mencapai keadaan ekstasis atau kesadaran spiritual yang mendalam melalui gerakan yang berputar dan berkonsentrasi.Tarian sufi di Indonesia umumnya mengacu pada tarian-tarian yang berasal dari tradisi sufi Islam. Tarian ini biasanya dipentaskan oleh para pengikut tarekat sufi dan memiliki tujuan untuk mencapai kehadiran spiritual dan kedekatan dengan Tuhan.[2]
Pengaruh dalam Khazanah Budaya Islam
Tari Sufi telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam memperkaya khazanah budaya Islam. Tarian ini tidak hanya mempengaruhi praktik-praktik spiritual dan religius tetapi juga seni dan budaya di dunia Islam. Musik dan puisi yang mengiringi tarian Sufi sering kali diambil dari karya-karya Rumi dan sufi lainnya, menciptakan sinergi antara seni visual dan seni sastra yang memperdalam pengalaman spiritual para partisipan dan penontonnya. Selain itu, Tari Sufi telah menjadi bagian integral dari berbagai festival dan acara budaya di seluruh dunia Islam, memperkuat identitas dan warisan budaya Islam.[3]
Selain itu Pengaruh seni tari sufi dalam Khazanah Budaya Islam sangat signifikan. Seni tari sufi, yang berasal dari Timur Tengah, telah menjadi bagian integral dari budaya Islam dan memiliki makna yang mendalam. Berikut beberapa contoh pengaruh seni tari sufi dalam Khazanah Budaya Islam seperti Seni tari sufi digunakan sebagai media untuk mengungkapkan sikap pengabdian kepada Allah. Ernst Diez, seorang ahli teori, menjelaskan bahwa seni Islam adalah seni yang mengungkapkan pengabdian kepada Allah dengan menggunakan bahasa yang indah dan sesuai dengan ciri fitrah. Seni tari sufi juga dapat menggambarkan wujud diri dengan menggunakan bahasa yang indah dan sesuai dengan ciri fitrah.[4]
Seni tari sufi memiliki nilai-nilai tauhid yang internalisasi dalam kegiatan seni tari. Nilai tauhid ini meliputi pengamalan-pengamalan nilai tauhid dalam kegiatan seni tari sufi di komunitas Bamboe Cilacap – Banyumas. Dalam perkebanganya di Indonesia, seni tari sufi bersentuhan dengan unsur-unsur budaya pra-Islam yang telah menciptakan tatanan kehidupan sosial budaya yang penuh toleransi.[5]
Musik dan tarian sufistik digunakan sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jalaluddin Rumi, seorang filsuf dan penyair, menggunakan musik dan tarian sebagai salah satu media untuk mendekatkan diri kepada Allah. Musik dan tarian sufi juga digunakan dalam tradisi tasawuf untuk mengungkapkan kecintaan terhadap Allah Tari Sufi telah menjadi simbol akulturasi budaya Islam dan lokal di Indonesia. Tarian ini pertama kali dicetuskan oleh Mawlana Jalaluddin Rumi dan telah berkembang pesat di kalangan masyarakat Muslim, terutama di Jawa. Tari Sufi juga telah dikenal oleh UNESCO sebagai salah satu tradisi agung dan tidak ternilai harganya.[6]
Seni tari sufi merupakan perwujudan rasa cinta dan kasih sayang seorang hamba kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Tarian ini diiringi oleh musik khas Timur Tengah dengan nuansa mistik khas pemahaman sufistik. Penari harus melakukan beberapa ritual terlebih dahulu, seperti melakukan dzikir, sebelum melakukan tarian ini[7] Dalam sintesis, seni tari sufi memiliki pengaruh yang besar dalam Khazanah Budaya Islam. Seni tari sufi digunakan sebagai media untuk mengungkapkan pengabdian kepada Allah, internalisasi nilai tauhid, peran musik dan tarian dalam tasawuf, akulturasi budaya Islam dan lokal, serta perwujudan rasa cinta dan kasih sayang.
Kesimpulan
Tari Sufi, juga dikenal sebagai "Whirling Dervishes" atau "Sema," adalah bentuk tarian meditatif yang memiliki akar dalam tradisi sufi, cabang mistik dalam Islam. Tari ini sebagai bentuk zikir atau pengingat kepada Allah. Gerakan berputar dalam tari ini mencerminkan rotasi planet dan galaksi di sekitar Tuhan, bertujuan untuk mencapai keadaan spiritual yang lebih tinggi.
Sejak kemunculannya, Tari Sufi telah memainkan peran penting dalam kehidupan spiritual dan budaya umat Islam. Tarian ini tidak hanya menjadi bagian dari ritus keagamaan tetapi juga menjadi simbol dari pencarian spiritual manusia dan hubungan mereka dengan Tuhan.
Pengaruh Tari Sufi dalam khazanah budaya Islam sangat signifikan, memperkaya seni dan budaya Islam. Di Indonesia, Tari Sufi telah berakulturasi dengan budaya lokal, menciptakan tatanan kehidupan sosial budaya yang penuh toleransi. Secara keseluruhan, Tari Sufi merupakan perwujudan rasa cinta dan kasih sayang seorang hamba kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, dengan pengaruh yang besar dalam khazanah budaya Islam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.