Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Maisarah Safitri

Menikah Bukan Ajang Perlombaan dan Fomo: Angka Pernikahan di Indonesia Menurun Drastis

Agama | 2024-06-21 06:42:23

Pernikahan menjadi lembaran kisah yang baru bagi manusia. Katanya setelah memiliki pasangan, perjalanan hidup akan menjadi lebih berwarna. Namun siapa sangka jika angka pernikahan di Indonesia ternyata semakin menurun, khususnya dalam kurun waktu satu dekade terakhir. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan bahwa pada tahun 2023 jumlah pernikahan di Indonesia sebanyak 1.577.255. Angka tersebut ternyata menurun sebanyak 128.000 jika dibandingkan dengan tahun 2022.

Banyak hal yang berubah karena perkembangan zaman dan perubahan nilai atau norma di masyarakat. Salah satu perubahan yang cukup nampak terlihat dari gaya hidup dan perilaku generasi muda saat ini. Milenial dan generasi Z dinilai semakin selektif dalam menentukan kehidupan mereka kedepannya. Masa dewasa ini, banyak milenial dan generasi Z khususnya yang memiliki perspektif berbeda tentang pernikahan. Dipandang sebagai sesuatu yang penting dalam menjalani kehidupan, pernikahan sering kali dianggap sebagai sebuah keharusan secara norma dan budaya yang sangat dihargai oleh hampir semua kelompok etnis masyarakat. Padahal tentu jelas bahwa gaya hidup, pandangan, dan cara berinteraksi generasi yang lahir berbeda dengan generasi sebelumnya, terutama ketika memutuskan untuk menikah. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal, termasuk situasi sosial, ekonomi, pendidikan, teknologi dan informasi yang semakin berkembang. Dengan demikian, penyesuaian dengan lingkungan dan perubahan yang terjadi, terutama ketika masuknya budaya global dan gaya hidup generasi Z, dapat berdampak pada pilihan pernikahan yang lebih rasional dan realistis. Tidak sedikit dari mereka lebih memilih untuk menunda pernikahan bahkan menghindari pernikahan sama sekali. Namun terlepas dari hal tersebut, masing-masing dari mereka pasti mempunyai target tersendiri kapan waktu yang tepat untuk menikah dengan segala pertimbangan yang cukup. Sebab menikah adalah pilihan dan pernikahan bukanlah ajang perlombaan dan fomo (Fearing of Missing Out). Pernikahan adalah ibadah terpanjang dalam hidup yang mana perlu persiapan yang benar-benar diperhatikan. Jika beberapa waktu lalu marak kasus tentang pernikahan usia dini, namun pada dewasa ini banyak orang-orang yang memilih untuk menunda pernikahan, lantas dari fenomena menurunnya angka pernikahan ini banyak orang bertanya-tanya apakah faktor penyebabnya?

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Herliana Riska dan Nur Khasanah yang berjudul “Faktor yang Mempengaruhi Fenomena Menunda Pernikahan pada Generasi Z” dalam jurnal Indonesian Health menyatakan bahwa mayoritas responden mengatakan bahwa mereka lebih memilih untuk menunda pernikahan hingga meraih kesuksesan dalam karir atau Pendidikan, ada juga sebagian responden yang menganggap bahwa adanya tekanan dari lingkungan sosial dan perubahan sosial akan mempengaruhi mereka ketika akan memutuskan untuk menunda pernikahan. Berdasarkan hal tersebut maka Pendidikan, karir dan lingkungan sosial dapat mempengaruhi keinginan seseorang dalam merencanakan keputusan untuk menunda pernikahan.

Dalam era sekarang ini, luasnya pemikiran yang semakin kompleks membuat penentuan pilihan semakin bercabang. Sebagaimana dikutip pada laman infobanknewscom beberapa waktu lalu perusahaan riset Populix baru saja melakukan sebuah survei yang terhimpun dalam laporan berjudul “Indonesian Gen-Z & Millennial Marriage Planning and Wedding Preparation”. Berdasarkan survei tersebut, 58% generasi milenial dan Z mengatakan bahwa mereka telah memiliki rencana untuk menikah tetapi tidak dalam waktu dekat, sementara 23% mengatakan belum atau tidak memiliki rencana untuk menikah.

Faktor Penyebab Tidak Ingin Menikah di Usia Muda

1. Pekerjaan

Kesetaraan gender turut mempengaruhi dorongan perempuan untuk memiliki kesempatan yang setara dengan laki-laki. Sehingga banyak perempuan memilih untuk meningkatkan minat pada pendidikan dan karir yang tinggi, berpartisipasi di dunia kerja dan memilih mengembangkan karir daripada mendahulukan menikah. Karena pendidikan dan pekerjaan yang layak memiliki kesempatan untuk meningkatkan status yang lebih tinggi yang biasa dijuluki sebagai independent woman.

2. Belum siap

Salah satu perkembangan perspektif generasi saat ini yakni ketika ia memutuskan kapan akan menikah adalah ketika mereka siap, tidak hanya merujuk pada tuntutan sosial. Hal ini disebabkan karena mereka mulai mendapati realita bahwa dunia pernikahan tidak selalu bahagia dan membutuhkan perjuangan, sehingga merasa perlu banyak kesiapan dan pertimbangan yang harus dilakukan seperti finansial yang cukup hingga kesiapan mental.

3. Belum menemukan orang yang tepat

Pernikahan tidak selalu berbicara tentang kebahagiaan. Ada banyak kesiapan dan pertimbangan yang harus dilakukan, salah satunya ketika memilih pasangan. Ketika kita memutuskan untuk menikah artinya kita sudah siap melangkah ke arah yang lebih jauh, sehingga harus siap secara fisik, finansial, mental, dan tentunya komitmen, karena hidup akan terasa sempurna jika dijalani bersama orang yang tepat.

4. Takut menikah

Pada masa ini suka duka di dunia pernikahan semakin terekspos. Generasi mulai dapat melihat bahwa dunia pernikahan bukan sekedar kesenangan semata, tetapi ada juga dukanya. Sehingga, mereka mulai memiliki pertimbangan yang lebih mendalam sebelum beranjak ke dunia pernikahan. Beberapa tahun terakhir juga banyak kasus-kasus terkait pernikahan yang terekspos di media sosial. Tingginya angka perceraian dalam beberapa tahun terakhir juga memberikan dampak psikologis pada generasi milenial dan Z. Sehingga terjadi perubahan perspektif pada generasi ini dan mulai terjadi pemunduran usia ideal pernikahan.

5. Pendidikan dan masih ingin mengembangkan potensi diri

Pendidikan juga merupakan salah satu penyebab sebagian orang menunda pernikahan. Mereka yang berpendidikan tinggi cenderung memilih menunda pernikahan bahkan hingga masa studinya selesai. Momen ketika single atau belum menikah sering dimanfaatkan untuk lebih mengenali diri sendiri, karena itu menjadi salah satu fondasi penting ketika kita memutuskan untuk hidup dengan orang lain apalagi dalam jangka waktu yang lama. Menunda pernikahan juga dianggap dapat memberi banyak waktu luang yang lebih untuk membuat diri jauh lebih berkembang.

6. Faktor ekonomi

Ketidaksiapan secara finansial bahkan bisa menjadi faktor utama yang mendorong mereka untuk menunda perkawinan. Hal ini juga dilatarbelakangi oleh budaya pernikahan yang mahal. Mengingat tanggung jawab dan beban bagi laki-laki khususnya ketika sudah menikah tentu lebih berat maka perlu pertimbangan kesiapan finansial sebaik mungkin dan tidak bisa jika hanya dipertimbangkan dengan keputusan yang begitu singkat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image