Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Srimahfuzah

Sempro di Awal: Pilihan Bijak atau Ujian Mental

Curhat | 2024-06-20 11:07:22
https://pin.it/d9IrMGXJr

Aku adalah seorang mahasiswa semester 5, yang berada di tengah-tengah perjalanan menuju impian orang tua (S1) :v. Perasaan campur aduk mulai menguasai: khawatir, lelah, dan kurang tidur. Meski begitu, alhamdulillah masih bisa tidur wkk.

Lulus dalam tiga setengah tahun atau tepat waktu adalah impian bagi setiap mahasiswa. Namun, pada semester-semester awal seperti satu hingga empat, impian ini masih terasa jauh. Masa-masa ini seringkali dipenuhi dengan kebahagiaan menikmati status baru sebagai mahasiswa: berkumpul di kampus, mengerjakan tugas, aktif dalam organisasi, hingga merencanakan healing bersama teman-teman setelah ujian akhir semester. Memilih outfit untuk ke kampus pun menjadi momen tersendiri, karena inilah satu-satunya kesempatan untuk bebas berekspresi melalui pakaian.

Namun, semua itu mulai berubah saat memasuki semester lima dan enam. Kekhawatiran, kebingungan, dan kelelahan mulai muncul, hingga akhirnya menyerahkan semuanya kepada-Nya melalui doa. Tugas akhir yang sebelumnya hanya berupa ujian semester kini berubah menjadi seminar proposal (sempro). Jika dulu kita menghindari masalah, sekarang kita justru mencari masalah melalui rumusan masalah. FYP di TikTok pun berubah, dari yang tadinya tentang outfit dan tempat healing, menjadi tips-tips skripsi dan nasihat dari dosen pembimbing.

Masa-masa ini, seminar proposal (sempro) menjadi trending topik yang selalu dibicarakan. Hampir di setiap mata kuliah, dosen selalu menyinggung tentang judul proposal. Yang lebih menantang lagi, beberapa mata kuliah mensyaratkan acc proposal untuk mendapatkan nilai A di ujian akhir. Siapa sangka, di semester 5 ini sudah harus berhadapan dengan sempro, wow... tapiiii...

Proses ACC proposal dimulai dengan konsul judul pertama yang berakhir dengan revisi. Konsultasi kedua, latar belakang disetujui namun tetap harus direvisi. Konsultasi ketiga menyelesaikan sub-bab di bab satu, dengan dosen pembimbing hanya merevisi kesalahan ketik. Pada konsultasi keempat, setelah menyelesaikan revisi, dosen langsung menandatangani ACC. Rasa tak percaya menyelimuti, “Kok secepat ini? Habis ini aku harus apa?” pikirku. Tapi tetap saja, aku ucapkan terima kasih kepada bapak dosen.

Pulang dengan perasaan campur aduk, musik "Di Ambang Karang - Amigdala" sepertinya sangat cocok mengiringi perjalanan ini. Dua hari setelah tanda tangan ACC, jadwal sempro keluar bersamaan dengan nama dosen penguji dan dosen pembimbing. Ternyata, dosen yang menguji sempro berbeda dengan dosen yang menandatangani ACC karena dosen pembimbing sebelumnya telah pensiun. Takbir!

Malam sebelum sempro, pikiran dan hati kacau. Rasa cemas dan tidak yakin menghantui, membuatku tidak bisa tidur hingga dini hari. Pada hari H, Kamis 14 Desember pukul 10:00 WITA, sempro pun dimulai dan meledaklah pembantaian revisi proposal. Ternyata kegelisahan semalam memang menjadi kenyataan pada hari Kamis yang berkesan ini. Rasanya lega kaya mohon Maap habis buang air besarr

Alhamdulillah, setelah sempro selesai, semua pikiran dan kegelisahan hilang. Banyak yang mengucapkan selamat meskipun mereka menyaksikan kegugupanku. Malu, tapi ya sudahlah. Banyak kejutan di semester lima, salah satunya adalah sempro kloter awal.

Apa motivasinya sempro di semester lima? Mungkin FoMo (Fear of Missing Out) dengan judul proposal sendiri, seperti yang disinggung oleh dosen penguji. Motivasi lainnya mungkin karena dorongan ACC dari dosen pembimbing dan kebodohan pribadi.

Satu quotes yang menjadi pelajaran dari pengalaman ini adalah: “Alam semesta ini tidak pernah terburu-buru tapi semuanya tercapai” (Dr. Fahruddin Faiz). Kacau dan syukur, syukur karena berhasil melewatinya.
Harapan kita semua semoga segala urusan kita dimudahkan dan diselesaikan dengan kebahagiaan dan rasa syukur. Aamiin.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image